ETIKA BEKERJA DAN MENCARI NAFKAH

Keutamaan dan Dorongan Bekerja

    Diantara ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang keutamaan dan dorongan bekerja adalah firman Allah Swt dalam surat An Naba’ ayat 11 :

Artinya : “ dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan ”.

Allah Swt menyebutkan ayat ini sebagai bentuk anugerah kepada manusia.

Allah Swt berfirman dalam surat Al A’raaf ayat 10 :

Artinya : “ Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur ”.

Allah Swt menjadikan sumber kehidupan ini sebagai bentuk kenikmatan dari-Nya, dan memerintahkan agar mensyukurinya.

Allah Swt berfirman dalam surat Al Jumu’at ayat 10 :

Artinya : “ apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung ”.

Sedangkan diantara hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dan dorongan bekerja adalah sabda baginda Nabi Muhammad Saw,
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا أَعْطَاهُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ فَيَسْأَلُهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ
 “sungguh jika salah satu diantara kalian mengambil tali untuk mencari kayu bakar dan di panggul di atas punggungnya, maka itu lebih baik baginya daripada mendatangi laki-laki lain yang telah di beri anugerah oleh Allah Swt, kemudian dia meminta padanya, baik di beri ataupun tidak.”

Suatu hari baginda Nabi Muhammad Saw pernah duduk-duduk bersama para sahabatnya, kemudian mereka melihat seorang pemuda yang gagah dan kuat berangkat bekerja pagi-pagi. Para sahabat berkata, “celakalah dia, seandainya masa muda dan kekuatannya ia gunakan dijalan Allah -niscaya itu lebih baik-!.” Beliau Nabi Saw bersabda,
لَا تَقُوْلُوْا هَذَا فَإِنَّهُ إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيْرَيْنِ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يَعِفهَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ الشَّيْطَانِ
 “janganlah kalian berkata demikian, karena sesungguhnya jika anak muda ini bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil, maka dia berjuang di jalan Allah. Jika dia keluar untuk bekerja agar dirinya terhindar dari perkara haram, maka diapun berada di jalan Allah. Dan jika dia berangkat kerja karena riya’ dan membanggakan diri, maka dia berada di jalan syetan.”

Baginda Nabi Saw pernah di tanya, “pekerjaan apakah yang paling baik wahai Rosulullah?.” Beliau menjawab,
عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِّهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ
 “pekerjaan laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik.”

Rosulullah Saw bersabda,
خَيْرُ الْكَسْبِ كَسْبُ اْلعَامِلِ إِذَا نَصَحَ
 “pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan seorang pegawai jika bertujuan yang baik.”
yaitu melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, tidak menipu dan memenuhi hak pekerjaan yang di lakukannya.

Sahabat Umar Ra berkata, “ janganlah salah satu diantara kalian semua hanya duduk tanpa mencari rizki dan hanya berkata, ‘ya Allah berilah aku rizki.’ Karena sesungguhnya kalian tahu bahwa langit tidak menurunkan hujan emas dan perak!.”

Sahabat Ibn Mas’ud Ra berkata, “sesungguhnya aku benci jika melihat laki-laki pengangguran, baik dalam urusan duniawi ataupun akhiratnya.”

Ada yang bertanya kepada imam Ahmad bin Hambal Ra, “apakah pendapat anda, jika melihat seseorang yang hanya duduk di rumah atau masjidnya dan berkata, ‘aku tidak akan mengerjakan sesuatu sehingga rizki datang sendiri padaku’,?.” Beliau menjawab, “ini adalah laki-laki yang tahu tentang ilmu. Apakah dia tidak pernah mendengar sabda baginda Nabi Muhammad Saw, ‘sesungguhnya Allah meletakkan rizkiku dibawah bayang-bayang tombakku’. Dan sabda beliau As ketika menjelaskan tentang burung, beliau, ‘burung pergi pagi-pagi dalam keadaan perut kosong dan kembali di sore hari dalam keadaan keyang.’ Beliau menjelaskan bahwa sesungguhnya burung saja berangkat pagi-pagi untuk mencari rizki.”

Para sahabat Rosulullah Saw ada yang berdagang melalui jalur darat atau air, dan ada juga yang bekerja bertani pohon kurma, maka merekalah yang layak kita jadikan panutan. Bagi orang yang tidak memiliki harta warisan, maka dia tidak akan selamat dari meminta-minta kecuali dengan bekerja dan berdagang.

Memang demikian, namun tidak bekerja itu lebih baik bagi orang ‘alim yang sibuk mengajarkan ilmu dhahir yang bermanfaat bagi manusia di dalam agama mereka, seperti mufti -yaitu ahli fiqh, tafsir, hadits dan sesamanya-, atau laki-laki yang sibuk mengurus kemaslahatan muslimin seperti shulton, qodli, dan syahid. Jika mereka sudah tercukupi dengan harta yang telah di persiapkan untuk kemaslahatan atau harta wakaf yang di peruntukkan faqir miskin atau para ulama’, maka kosentrasi dengan tugas yang telah di tekuninya itu lebih utama daripada sibuk bekerja mencari uang.

Oleh sebab itu, para sahabat menyuruh Abu Bakar Ra agar tidak usah bekerja ketika beliau telah diangkat menjadi kholifah. Karena jika beliau bekerja, niscaya akan terganggu untuk mengurus kemaslahatan umum. Beliau mengambil kebutuhannya dari harta mashalih dan merasa memang itu yang lebih baik. Kemudian saat menjelang wafat, beliau berwasiat agar mengembalikannya ke baitulmal, namun pada mulanya beliau merasa yang lebih baik adalah mengambil upah dari baitulmal.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Perbedaan Nabi dan Rasul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer