Hikmah Puasa Ramadhan

Hikmah Puasa Ramadhan

Ibadah puasa dalam Islam dimakduskan untuk pembinaan, baik rohani maupun jasmani pemeluknya. Dari segi rohani, ibadah puasa setidaknya mengandung nila-nilai sebagai berikut :

1. Menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua sama-sama hamba Allah SWT. sehingga akan timbul sifat untuk saling menghargai sesama, tidak merendahkan orang lain, dan tidak semena-mena.

2. Menanamkan kejujuran. Betapapun lapar dan haur kita tidak akan makan minum sekalipun tidak ada yang mengawasinya.

3. Menumbuhkan rasa kasih sayang dan kedermawanan. Rasa lapar dan haus seringkali menggugah kesadaran kita untuk menyayangi anak-anak yatim dan fakir miskin sekaligus berusaha menyantuni mereka.

4. Menanamkan kesabaran dalam menghadapi cobaan. Betapa orang yang berpuasa selalu berusaha menahan amarah dan menghindari pertengkaran sekalipun ia didzalimi. Semua itu dilakukan semata-mata agar puasanya tidak batal.

5. Menumbuhkan sifat pemaaf dan persahabatan. Ketidakinginan bertengkar yang dapat membatalkan puasa, menyebabkan kita memaafkan orang lain dan merentangkan tali persahabatan.

6. Mematikan sifat rakus terhadap makanan. Ingatlah kita ketika sedang tidak berpuasa, berapa banyak makanan dan minuman yang kita konsumsi dalam sehari? Sering kali kita tidak pernah merasa kenyang, dan tidak pernah merasa puas. Akibatnya kita menjadi pelit untuk berbagi makanan dengan orang lain sekalipun kadang terhadap anggota keluarga kita sendiri. Dan ketika berpuasa kita berbuka dengan semangkok kolak sudah luar biasa puasnya.

7. Menumbuhkan rasa syukur. Kalau kita berpuasa kadangkala keinginan kita untuk makan minum begitu liar. Padahal jika kita berpuasa, sekalipun menahan haus dan lapar seharian, sewaktu berbuka mendengar kumandang adzan saja kita sudah bersyukur. Kita bersyukur dapat menyelesaikan puasa pada hari itu. Dan setelah menikmati segelas minuman kita juga bersyukur karena dahaga telah teratasi.

Dari segi jasmani puasa jelas menjadikan tubuh kita sehat. Betapa tidak, pada hari-hari biasa hampir setiap saat makan minum sepuas-puasnya. Akibatnya organ percernaan kita bekerja secara terus menerus. Hal ini terjadi setiap hari dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan.

Mesin saja yang sudah didesain dengan matang kapasitasnya dan ketangguhannya, jika terus menerus dioperasikan cepat mengalami aus. Akibatnya terjadilah kerusakan pada bagian-bagian tertentu. Begitu pula dengan organ pencernaan kita, jika terus menerus memproses makanan dan minuman yang kita konsumsi akan menyebabkan kerusakan (penyakit). Beberapa ahli kedokteran pernah menyatakan, bahwa banyak penyakit menimpa manusia berasal dari perut. Faktanya memang demikian. Orang-orang yang banyak makan minum umumnya menderita berbagai macam penyakit antara lain seperti kelebihan kolesterol, kencing manis (gula), dan asam urat. Oleh karena itu tidak sedikit dokter yang menyarankanpasiennya berpuasa sebagai terapi penyembuhannya. Dengan demikian benarlah jika dikatakan bahwa puasa dapat menambah atau memulihkan kesehatan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa begitu luar biasa hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa. Namun mengapa perilaku mayoritas umat Islam yang senantiasa menjalankan puasa setiap tahunnya (setidaknya berpuasa wajib pada bulan Ramadhan) tidak lebih baik dari umat lainnya? Itu karena puasa yang mereka kerjakan tidak disertai dengan niat yang benar.

Prof. DR. Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Fiqh jilid 1 (Dana Bhakti Wakaq, Yogyakarta, 1995) mengutarakan pengamatan dan analisa beberapa ahli agama Islam, bahwa kehilangan nilai, makna, dan roh puasa yang banyak terlihat dalam masyarakat selama ini adalah karena mereka melaksanakan puasa dalam bentuk-bentuk :

a. puasa rutin atau tradisi, yakni puasa yang dilakukan karena adat kebiasaan yang tumbuh berkembang di lingkungannya dan telah dilaksanakan oleh orang-orang tua mereka turun temurun.

b. lebih mementingkan nilai-nilai jasmani dari puasa (hanya menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan intim suami istri). Sebaliknya nilai-nilai rohani dari puasa mereka lupakan.

c. lebih mementingkan formalitas, sekedar untuk dilihat dan disebut sebagai "orang Islam".

d. hanya menjalankan syariat dan rukun puasa saja. Memang dengan melaksanakan syarat dan rukun ini, maka tuntutan kewajiban untuk berpuasa telah terpenuhi. Namun nilai dan hikmah berpuasa tidak diperoleh, sebab ibadah-ibadah sunnah yang dianjurkan dalam puasa tidak dilaksanakan dengan baik.      

1 komentar:

  1. Namun lebih tepatnya menggunakan DL dalam penulisan "Ramadlan " karena dilihat dari kekuatan sifat ض itu sendiri

    BalasHapus

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer