(Fasal)
menjelasakan hukum-hukum laqith.
|
(فَصْلٌ)
فِيْ أَحْكَامِ اللَّقِيْطِ
|
Laqith adalah anak kecil
yang terlantar dan tidak ada yang mengurusnya baik ayah, kakek, atau orang-orang
yang menggantikan keduanya.
|
وَهُوَ صَبِيٌّ مَنْبُوْذٌ لَا كَافِلَ لَهُ مِنْ
أَبٍّ أَوْ جَدٍّ أَوْ مَنْ يَقُوْمُ مَقَامَهُمَا
|
Disamakan
dengan anak kecil, sebagaimana yang diungkapkan oleh sebagian ulama’, adalah
orang gila yang sudah baligh.
|
وَيُلْحَقُ بِالصَّبِيِّ كَمَا قَالَ بَعْضُهُمُ
الْمَجْنُوْنُ الْبَالِغُ
|
Hukum
Mengambil Laqith
Ketika ada seorang laqith, dengan makna malquth
(anak yang ditemukan), ditemukan di pinggir jalan, maka mengambilnya dari
sana, merawat dan menanggungnya hukumnya adalah wajib kifayah.
|
(وَإَذَا
وُجِدَ لَقِيْطٌ) بِمَعْنَى مَلْقُوْطٍ (بِقَارِعَةِ الطَّرِيْقِ فَأَخْذُهُ)
مِنْهَا (وَتَرْتِيْبُهُ وَكَفَالَتُهُ وَاجِبَةٌ عَلَى الْكِفَايَةِ)
|
Ketika
ia sudah diambil oleh sebagian orang yang berhak untuk merawat laqith, maka tuntutan dosa menjadi
gugur dari yang lainnya.
|
فَإِذَا الْتَقَطَهُ بَعْضٌ مِمَنْ هُوَ أَهْلٌ
لِحَضَانَةِ اللَّقِيْطِ سَقَطَ الْإِثْمُ عَنِ الْبَاقِيْ
|
Sehingga,
jika tidak ada seorangpun yang mau mengambilnya, maka semuanya berdosa.
|
فَإِنْ لَمْ يَلْتَقِطْهُ أَحَدٌ أَثِمَ الْجَمِيْعُ
|
Seandainya
yang mengetahuinya hanya satu orang, maka tuntutan hanya tertentu pada orang tersebut
(fardlu ‘ain).
|
وَلَوْ عَلِمَ بِهِ وَاحِدٌ فَقَدْ تَعَيَّنَ
عَلَيْهِ
|
Menurut
pendapat al ashah, wajib mengangkat
saksi atas temuan anak terlantar.
|
وَيَجِبُ فِيْ الْأَصَحِّ الْإِشْهَادُ عَلَى
الْتِقَاطِهِ
|
Syarat
Orang yang Mengambil Laqith
Mushannif
memberi isyarah terhadap syarat-syarat penemu anak terlantar dengan perkataan
beliau -di bawah ini-.
|
وَأَشَارَ الْمُصَنِّفُ لِشَرْطِ الْمُلْتَقِطِ
بِقَوْلِهِ.
|
Seorang
laqith tidak diserahkan kecuali pada orang yang dapat dipercaya, merdeka,
islam dan rasyid.
|
(وَلَا
يُقَرُّ) اللَّقِيْطُ (إِلاَّ فِيْ يَدِّ أَمِيْنٍ) حُرٍّ مُسْلِمٍ رَشِيْدٍ
|
Jika
ditemukan harta besertaan dengan anak tersebut, maka seorang hakim
menafkahinya dari harta itu. Bagi si penemu tidak diperkenankan menafkahi
anak tersebut dari harta itu kecuali dengan izin hakim.
|
(فَإِنْ
وُجِدَ مَعَهُ) أَيِ اللَّقِيْطِ (مَالٌ أَنْفَقَ عَلَيْهِ الْحَاكِمُ مِنْهُ)
وَلَا يُنْفِقُ الْمُلْتَقِطُ عَلَيْهِ مِنْهُ إِلَّا بِإِذْنِ الْحَاكِمِ
|
Jika
tidak ditemukan harta besertaan dengan anak tersebut, maka nafkahnya
diambilkan di baitulmal, jika memang ia tidak memiliki hak pada harta yang
umum seperti harta wakaf untuk anak-anak terlantar.
|
(وَإِنْ
لَمْ يُوْجَدْ مَعَهُ) أَيِ اللَّقِيْطِ (مَالٌ فَنَفَقَتُهُ) كَائِنَةٌ (فِيْ
بَيْتِ الْمَالِ) إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَالٌ عَامٌ كَالْوَقْفِ عَلَى
اللُّقَطَاءِ
|
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Baca juga artikel kami lainnya : Takdir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar