Hak-Hak Orang Muslim

Hak-hak sesama muslim adalah mengucapkan salam ketika berjumpa dengannya, memenuhi undangannya, mendoakan saat dia bersin, menjenguk saat dia sakit, mengiring jenazahnya ketika dia meninggal dunia, berbuat baik saat dia bersumpah padamu, memberi nasihat saat dia memintanya, dan menjaganya saat dia bepergian.

Diantara haknya lagi adalah engkau senang melakukan padanya hal yang engkau sukai jika di lakukan pada dirimu, dan tidak suka melakukan padanya hal yang tidak engkau sukai jika hal tersebut di lakukan padamu.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوٌ مِنْهُ تَدَاعَى سَائِرَهُ بِالْحُمَى وَالسَّهْرِ
 “sifat kasih sayang dan cinta diantara orang-orang mukmin adalah seperti sifatnya satu badan, yang mana ketika salah satu anggota badan tersebut sakit niscaya rasa demam akan terasa oleh seluruh anggota badan yang lain dan seluruh badan tidak akan bisa tidur nyeyak.”

    Diantaranya lagi adalah tidak menyakiti seorang muslim pun, baik dengan perbuatan ataupun ucapan.

    Diriwayatkan dari bagida Nabi Saw,

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti satu bangunan, yang mana sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain”

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِّهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ الْمُؤْمِنُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ السُّوْءَ وَاجْتَنَبَهُ
“yang di maksud dengan orang muslim adalah orang tidak menyakiti orang muslim lain dengan tangan dan lisannya. Yang di maksud dengan orang mukmin adalah orang yang mana kaum mukminin merasa aman darinya baik pada nyawa dan harta mereka. Dan yang di maksud dengan orang yang hijroh adalah orang yang meninggalkan dan menjauhi perbuatan yang jelek.”

Beliau Nabi juga bersabda,

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرْوِعَ مُسْلِمًا
 “tidak halal bagi orang muslim untuk menakut-nakuti orang muslim yang lain”.

    Diantaranya lagi adalah rendah diri dan tidak sombong pada setiap orang muslim.  Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لَا يَفْخُرَ أَحَدُ عَلَى أَحَدٍ
 “sesungguhnya Allah telah memberi wahyu padaku agar kalian semua bersikap rendah diri, hingga tidak ada seseorang yang menyombongkan diri kepada orang yang lain.”

Diantaranya adalah tidak mendengarkan pembicaraan sebagian orang kepada sebagian yang lain (بلاغات الناس ), dan tidak menyampaikan ucapan seseorang pada orang yang lain. Dalam sebuah hadits di sebutkan,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ
 “tidak akan masuk surga orang yang suka memfitnah.“

Diantaranya lagi adalah tidak bersikap diam tidak meyapa pada orang yang di kenal melibihi tiga hari ketika marah padanya.


Rosulullah Saw bersabda,

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ
 “tidak halal bagi orang islam untuk tidak menyapa saudaranya melebihi tiga hari, saat berjumpa, maka yang ini memalingkan wajah begitupula yang satunya, dan yang paling baik diantara keduanya adalah orang yang mengucapkan salam terlebih dahulu.”

Dewi ‘Aisyah Ra berkata, “Rosulullah Saw tidak pernah marah karena pribadi beliau sendiri. Kecuali ketika kehormatan agama Allah Swt di rusak, maka beliau marah hanya karena Allah Swt”.

Dalam sebuah hadits di sebutkan,

مَا زَادَ اللهُ رَجُلًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
 “tidaklah Allah menambahkan kepada seorang lelaki yang mau memaafkan -kesalahan orang lain- kecuali kemulian.”

    Diantara haknya lagi adalah berbuat baik semampunya pada setiap orang, tanpa membeda-bedakan antara orang yang suka berbuat baik atau bukan.

Dalam sebuah atsar di ungkapkan, “berbuat baiklah kepada orang yang ahli berbuat baik atau bukan. Jika memang perbuatanmu tepat pada ahli kebaikan, maka dia memang termasuk ahlinya, dan ketika kebaikanmu tidak tepat pada ahlinya, maka engkaulah yang termasuk ahli kebaikan.”

Dalam atsar yang lain di ungkapkan, “inti akal setelah agama adalah menyayangi orang lain dan berbuat baik pada setiap orang yang baik atau yang tidak”.

Tidak ada seorang pun yang berbicara kepada baginda Nabi Muhammad Saw kecuali beliau menghadapkan wajah padanya, dan sama sekali tidak berpaling hingga dia selesai berbicara.

    Diantaranya lagi adalah tidak masuk ketempat salah satu orang muslim kecuali mendapat izin darinya. Jika telah meminta izin sebanyak tiga kali namun tidak mendapatkan izin darinya, maka hendaknya pulang dan kembali lain waktu. Sebagian haknya lagi adalah bersikap pada semua orang dengan akhlak yang mulia, dan bergaul dengan mereka sesuai dengan porsi dan cara-cara mereka.

    Diantara haknya lagi adalah menghormati orang-orang yang lebih tua dan menyayangi anak-anak dan yang lebih muda.

Dalam sebuah hadits di terangkan,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوْقِرْ كَبِيْرَنَا وَلَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا
 “bukanlah termasuk dari golongan kita, orang yang tidak memuliakan orang yang tua dari kita dan tidak menyayangi orang yang muda dari kita”.

Menyayangi dan bersikap lembut kepada anak-anak kecil merupakan kebiasaan yang di lakukan oleh baginda Rosulullah Saw.

Ketika Nabi Saw datang dari bepergian, maka beliau di sambut oleh anak-anak kecil, kemudian beliau memerintahkan agar mereka di angkat, sebagian di gendong oleh beliau di depan dan sebagian lagi di belakang. Beliau juga memerintahkan agar para sahabat menggendong sebagian anak-anak kecil tersebut.

Suatu ketika ada seseorang dengan membawa balita  mendatangi Nabi, agar beliau berkenan memberikan nama dan mendoakan balita tersebut agar mendapatkan berkah. Beliau pun mengambil dan meletakkan balita tersebut di pangkuannya. Bahkan terkadang ada balita yang kencing di pangkuan beliau sehingga beliau mencuci pakaian setelah itu.

    Diantaranya lagi adalah menampakkan wajah ceria dan berseri-seri serta belas kasih kepada semua orang.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda, “tahukah kalian, neraka itu di haramkan pada siapa?.” “Allah dan Rosul-Nyalah yang tahu!” sahut para sahabat.

عَلَى اللَّيِّنِ الْهَيِّنِ السَّهْلِ الْقَرِيْبِ
 “yaitu bagi orang yang lembut, gampangan, dan dekat baik dengan orang lain,” Terang baginda Nabi.

Beliau bersabda,

اتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
 “takutlah kepada neraka walaupun dengan sepotong buah kurma, jika tidak ada maka dengan ucapan yang baik nan indah.”

    Diantara haknya lagi adalah tidak berjanji kepada orang muslim kecuali memang akan di penuhi.
Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

الْعِدَّةُ عَطِيَّةٌ
 “janji adalah pemberian”.

Beliau bersabda,

الْعِدَّةُ دَيْنٌ
 “janji adalah hutang”.

Dan beliau juga bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى مَنْ إِذَا حَدَثَ كَذِبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
 “tiga hal yang mana jika seseorang memilikinya maka dia adalah orang munafiq walaupun dia melaksanakan sholat dan berpuasa. Yaitu orang yang ketika berbicara maka dia berbohong, ketika berjanji maka dia mengingkari, dan jika di percaya maka dia berkhianat”.

    Diantaranya lagi adalah berbuat adil pada semua orang, dan tidak melakukan kecuali sesuatu yang dia sukai jika di lakukan pada dirinya.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ أَحْسِنْ مُجَاوَرَةَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا
 “wahai Aba Darda’, berbuat baiklah pada orang yang bertetangga denganmu niscaya engkau menjadi orang mukmin (yang sempurna), dan berbuatlah pada manusia dengan sesuatu yang engkau sukai jika sesuatu tersebut di lakukan pada dirimu, niscaya engkau akan menjadi orang islam (yang sempurna)”.

Diantaranya lagi adalah lebih menghormati orang yang keadaan dan pakaiannya menunjukkan bahwa dia memiliki derajat tinggi. Sehingga hendaknya bisa menempatkan setiap orang pada porsinya masing-masing.

    Diantaranya lagi adalah mendamaikan orang islam yang sedang berseteru ketika mampu melakukannya.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيِّنِ
 “sedekah yang paling utama adalah mendamaikan orang yang sedang berseteru.”

Dalam sebuah hadits di sebutkan,

لَيْسَ بِكَذَّابٍ مَنْ أَصْلَحَ بَيْنَ اثْنَيْنِ فَقَالَ خَيْرًا
 “bukanlah orang yang berdusta, orang yang mengatakan kebaikan-kebaikan demi mendamaikan dua orang yang sedang berseteru”.

Hadits ini menunjukkan kewajiban untuk mendamaikan manusia, karena sesungguhnya tidak berbohong hukumnya adalah wajib, dan sesuatu yang wajib tidak bisa gugur kecuali dengan kewajiban lain yang lebih kuat.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

كُلُّ الْكَذِبِ مَكْتُوْبٌ إِلَّا أَنْ يَكْذِبَ الرَّجُلُ فِيْ اْلحَرْبِ فَإِنَّ الْحَرْبَ خَدَعَةٌ أَوْ يَكْذِبَ بَيْنَ اثْنَيْنِ فَيُصْلِحُ بَيْنَهُمَا أَوْ يَكْذِبَ لِامْرَأَتِهِ لِيُرْضِيَهَا
 “setiap kebohongan itu di catat kecuali orang laki-laki yang berbohong saat dalam pertempuran, karena pertempuran itu sendiri penuh dengan tipu daya. Atau seseorang yang berbohong demi mendamaikan dua orang yang berseteru. Atau seseorang yang berdusta agar istrinya rela dan ridlo.”

    Diantara haknya lagi adalah menutupi kekurangan dan kejelekan setiap orang islam. Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

مَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ سَتَرَهُ اللهُ تَعَالَى فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“barang siapa menutupi kekurangan orang islam, maka Allah akan menutupi kekurangannya di dunia dan akhirat.”

Beliau bersabda,

لَا يَرَى الْمُؤْمِنُ مِنْ أَخِيْهِ عَوْرَةً فَيَسْتُرُهَا عَلَيْهِ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
 “tidak ada seorang mukmin yang melihat kekurangan saudaranya kemudian menutupinya kecuali dia akan masuk surga.”

Beliau juga bersabda,

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيْمَانُ فِيْ قَلْبِهِ لَا تَغْتَابُوْا النَّاسَ وَلَا تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يُفَضِّحْهُ وَلَوْ كَانَ فِيْ جَوْفِ بَيْتِهِ
 “wahai golongan orang yang beriman hanya dengan lisannya dan tidak ada iman yang masuk di dalam hatinya. Janganlah kalian menggunjing manusia dan janganlah meneliti kesalahan-kesalahan mereka.
Karena sesungguhnya orang yang meneliti kekurangan saudaranya sesama muslim, maka Allah akan meneliti kekurangannya. Barang siapa yang kekurangannya di teliti oleh Allah, niscaya Allah akan mempermalukannya walaupun dia berada di dalam rumahnya.”

Diriwayatkan bahwa diantara Khulafaurrosyidin ada seorang Kholifah yang berkeliling di suatu malam. Saat di perjalanan, beliau mendengar seorang lelaki yang sedang bernyayi di rumahnya.
Beliau langsung masuk dan menemukan seorang wanita serta minuman keras di sisi lelaki tersebut. Beliau berkata, “wahai musuh Allah, apakah kau menyangka bahwa Allah akan menutupimu sedangkan kau bermaksiat pada-Nya!.”

Lelaki itu menjawab, “wahai Amirulmukminin, jangan tergesah-gesah, pelan-pelanlah, aku telah melakukan satu bentuk kemaksiatan kepada Allah. Sedangkan anda telah melakukan tiga kemaksiatan kepada Allah. Allah telah berfirman وَلَا تَجَسَّسُوْا (janganlah kalian meneliti kesalahan orang lain) dan anda telah melakuan tajasus. Allah berfirman وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوْا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا (bukan termasuk hal yang baik, masuk rumah dari belakang), dan anda telah mengejutkanku dari belakang. Dan sesungguhnya Allah telah berfirman لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتاً غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ (janganlah kalian memasuki rumah selain rumahmu sendiri), dan sesungguhnya anda telah masuk rumahku tanpa meminta izin dan mengucapkan salam.”

Amirulmukminin berkata “apakah engkau akan melakukan kebaikan jika aku memaafkanmu?.” “jika anda memaafkanku, maka aku tidak akan melakukan hal seperti ini lagi selamanya,” jawab lelaki tersebut. Maka beliau pun memaafkan dan keluar meninggalkannya.

Sesungguhnya baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ السُّوْءَ سِرًّا ثُمَّ يُخْبِرُ بِهِ
 “semua umatku di ampuni dosanya kecuali orang yang melakukan dosa secara terang-terangan. Dan diantara perbuatan dosa yang terang-terangan adalah seorang lelaki yang melakukan kejelekan secara sembunyi-sembunyi namun kemudian dia menceritakannya pada orang lain.”

Beliau Nabi Saw juga bersabda,

مَنْ أَسْمَعَ خَبَرَ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ صُبَّ فِيْ أُذُنِهِ الْآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“barang siapa yang mendengarkan pembicaraan sekelompok orang sedangkan mereka tidak suka untuk di dengarnya, maka kelak di hari kiamat telinganya akan di masukki tima panas.”

    Diantaranya lagi adalah menghindari tempat dan perbuatan-perbuatan yang mendatangkan prasangka buruk. Karena untuk menjaga hati manusia agar tidak su’udhan dan menjaga lisan mereka agar tidak menggunjing. Karena ketika orang-orang bermaksiat pada Allah dengan menggunjing dirinya dan peyebabnya adalah dia sendiri, maka diapun ikut andil bermaksiat pada Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam surat Al An’am ayat 108 :

Artinya : “dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”.

Baginda Nabi Saw bersabda pada para sahabat,

كَيْفَ تَرَوْنَ مَنْ سَبَّ أَبَوَيْهِ
 “bagaimanakah pendapat kalian terhadap orang yang mencaci maki kedua orang tuanya sendiri?.”
Para sahabat balik bertanya, “adakah seseorang yang mencaci maki kedua orang tuanya?.”

Baginda Nabi Saw menjawab,

نَعَمْ يَسُبُّ أَبَوَيْ غَيْرِهِ فَيَسُبُّوْنَ أَبَوَيْهِ
 “ada, yaitu seseorang yang mencaci maki kedua orang tua orang lain, kemudian orang lain tersebut mencaci maki kedua orang tuanya.”

Sahabat Umar Ra berkata “orang yang menempatkan dirinya di tempat-tempat yang mencurigakan, maka jangan salahkan orang yang berprasangka buruk padanya.”

Diantara haknya lagi adalah membantu setiap orang islam yang memiliki keperluan kepada orang yang memiliki  kedudukan. Dan berusaha memenuhi kebutuhan orang tersebut sesuai dengan kemampuan yang di miliki.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

اِشْفَعُوْا تُؤْجَرُوْا
 “berilakanlah pertolongan, maka kalian akan di beri pahala!.”

Diantaranya lagi adalah mengucapkan salam terlebih dahulu setiap bertemu dengan seseorang sebelum memulai pembicaraan. Dan bersalaman saat mengucapkan salam. Allah Swt berfirman dalam surat An Nisa’ ayat 86 :

Artinya : “apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa), Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِّهِ لَا تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ
 “demi Dzat yang menguasai diriku, kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman. Dan kalian belum beriman (secara sempurna) kecuali kalian saling menyayangi. Apakah kalian mau aku beritahu tentang amal yang jika di lakukan, maka kalian akan saling menyanyangi?.”
Para sahabat menjawab, “iya wahai Rosulullah!.”

Beliau bersabda,

أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
 “sebarkanlah ucapan salam diantara kalian.”

Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan dari beliau Nabi di sebutkan,

يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِيْ وَإِذَا سَلَّمَ عَنِ الْقَوْمِ وَاحِدٌ أَجْزَأَ عَنْهُمْ
 “hendaknya orang yang naik kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki. Ketika salah satu sudah ada yang mengucapkan salam, maka mencukupi dari yang lain (kaum)”.
Sahabat Anas Ra pernah bertemu dengan sekelompok anak kecil, dan beliau yang mendahului mengucapkan salam kepada mereka.

Dalam sebuah riwayat di jelaskan bahwa baginda Nabi Muhammad Saw juga melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh sahabat Anas Ra. Di riwayatkan bahwa sesungguhnya baginda Nabi Saw suatu hari pernah bertemu dengan sekelompok orang yang sedang duduk-duduk di masjid. Kemudian beliau memberi isyarat dengan tangan di sertai ucapan salam kepada mereka.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى مَجْلِسٍ فَلْيُسَلِّمْ فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ ثُمَّ إِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الْأُوْلَى بِأَحَقَّ مِنَ الْأَخِيْرَةِ
 “ketika salah satu dari kalian sampai di sebuah majlis, maka hendaknya ucapkanlah salam. Kemudian jika memang ingin duduk, maka duduklah. Ketika berdiri ingin meninggalkan tempat, maka ucapkanlah salam, karna salam yang pertama tidaklah lebih berhak di jawab dari pada salam yang terakhir”.

Diriwayatkan bahwa sesungguhnya termasuk dari kesempurnaan penghormatan adalah berjabat tangan.
Imam Hasan Basri berkata, “berjabat tangan akan bisa menambah rasa kasih sayang.”

Tidaklah masalah mencium tangan orang yang di muliakan menurut syareat karena untuk mencari berkah dan memuliakannya. Diriwayatkan bahwa sesungguhnya baginda Nabi Saw memperkenankan tangan dan kepala beliau untuk di cium.

Membungkuk saat mengucapkan salam hukumnya di larang. Sedangkan merangkul dan mencium adalah sesuai dengan dalil yang menjelaskan anjuran melakukan keduanya saat datang dari bepergian. Mengambil pelana kendaraan para ulama’ guna memuliakan mereka adalah sesuai dengan atsar sahabat, yaitu apa yang di lakukan oleh Ibn Abbas Ra yang mengambil pelana Zaid bin Tsabit Ra.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

لَا يُقِمِ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ وَلَكِنْ تَوَسَّعُوْا وَتَفَسَّحُوْا
 “janganlah ada seorang laki-laki yang menyuruh lelaki yang lain untuk berdiri dari tempat duduknya kemudian dia  duduk di sana, akan tetapi kalian jadikan tempat yang longgar dan luas.”

Bagi orang yang baru datang saat mengucapkan salam dan tidak menemukan tempat yang kosong, disunnahkan agar tidak meninggalkan tempat akan tetapi duduk di belakang barisan. Suatu ketika, ketika baginda Nabi Saw duduk di masjid, tiba-tiba ada tiga kelompok menghadap beliau. Kemudian ada dua orang yang baru datang dan menghadap beliau. Salah satu dari dua orang itu menemukan tempat yang longgar sehingga dia duduk di sana, sedangkan yang satunya duduk di belakang yang lain. Dan ada satu orang lagi yang pergi dan meninggalkan tempat tersebut. Setelah selesai, beliau bersabda pada para sahabat,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللهِ فَآوَاهُ اللهُ وَأَمَّا الثَّانِيْ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللهُ مِنْهُ وَأَمَّا الثَّالِثُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ
 “akan aku beritahu kalian tentang keadaan ketiga orang itu. Adapun orang yang pertama, dia berlindung kepada Allah sehingga Allah melindunginya. Orang yang kedua, dia merasa malu maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan orang yang ketiga, dia berpaling maka Allah pun juga berpaling darinya”.
Suatu ketika Umi Hanik Ra pernah mengucapkan salam kepada baginda Nabi Saw. Kemudian beliau Nabi bertanya “siapakah wanita ini?”. “Umi Hanik”, sebuah suara meyahut. Lalu beliau bersabda, “marhaban wahai Umi Hanik.”

Diantara haknya lagi adalah menjaga harga diri, nyawa dan harta saudara sesama muslim dari kedhaliman orang lain, selama dia mampu menolak, melindungi dan menolongnya. Semua itu wajib di lakukan karena merupakan kosekwensi dari ikatan persaudaraan sesama islam.

Dalam sebuah hadits Rosulullah Saw di jelaskan,

مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِيْ مَوْضِعٍ يُنْتَهَكُ فِيْهِ عِرْضُهُ وَتُسْتَحَلُّ حُرْمَتُهُ إِلَّا نَصَرَهُ اللهُ فِيْ مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيْهِ نَصْرَهُ وَمَا مِنِ امْرِئٍ خَذَلَ مُسْلِمًا فِيْ مَوْطِنٍ تُنْتَهَكُ فِيْهِ حُرْمَتُهُ إِلَّا خَذَلَهُ اللهُ فِيْ مَوْضِعٍ يُحِبُّ فِيْهِ نُصْرَتَهُ
 “tidak ada seorang muslim pun yang menolong muslim yang lain di saat harga diri saudaranya ini di rusak dan kehormatannya di ganggu, kecuali orang tersebut akan di tolong oleh Allah di saat ia menginginkan pertolongan-Nya. Dan tidak ada seorang pun yang melecehkan dan merendahkan orang islam di saat kehormatannya di ganggu, keculai orang tersebut akan di hinakan oleh Allah di saat ia menginginkan pertolongan-Nya”.

Diantara haknya lagi adalah mendoakan orang yang bersin. Baginda Nabi Muhammad Saw menjelaskan tentang orang yang bersin,

فِيْ الْعَاطِسِ يَقُوْلُ الْحَمْدُ لِلهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَيَقُوْلُ الَّذِيْ يُشَمِّتُهُ يَرْحَمُكُمُ اللهُ وَيَرُدُّ عَلَيْهِ الْعَاطِسُ فَيَقُوْلُ يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
 “ orang yang bersin sunnah mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ (segala puji hanya milik Allah dalam semua keadaan) , dan orang yang mendoakan mengucapkan يَرْحَمُكُمُ اللهُ (semoga Allah memberikan rahmat-Nya pada kalian). Kemudian orang yang bersin menjawab doa tersebut dengan mengucapkan يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ (semoga Allah memberikan hidayah pada kalian dan memperbaiki hati kalian)”.
Saat bersin di sunnahkan untuk memelankan suara bersinya dan menutup wajah. Ketika menguap (angop:jawa) di sunnahkan untuk meletakkan tangan di mulut.

Diantaranya lagi adalah sesungguhnya ketika mendapatkan cobaan berjumpa dengan orang yang berperilaku jelek, maka hendaknya dia tetap bersikap baik dan menghindari kejelekannya.

Sebagian ulama’ berkata, “selamatkan orang mukmin dengan sesungguh-sungguhnya, dan bersikaplah baik pada orang yang berperilaku jelek, karena sesungguhnya dia akan merasa senang dengan sikap yang baik secara dhohir.”

Sahabat Abu Darda’ Ra berkata, “sesungguhnya Aku bersikap baik di depan kaumku, padahal sesungguhnya hatiku melaknati mereka.” Ini adalah bentuk sikap halus yang di tampakkan kepada orang yang di khawatirkan akan berbuat jelek.

Allah Swt berfirman dalam surat Fushshilat ayat 34 :

Artinya : “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

Sahabat Ibn Abbas Ra menjelaskan bahwa yang di maksud dengan firman Allah Swt dalam surat Ar Ra’d ayat 22 :

Artinya : “serta menolak kejahatan dengan kebaikan”;

Adalah sikap seseorang yang jelek dan suka menyakiti di balas dengan ucapan salam dan sikap yang halus nan ramah.

Dewi ‘Aisyah Ra berkata, “ suatu ketika ada seorang lelaki yang meminta izin untuk bertemu Rosulullah Saw, kemudian beliau berkata pada para sahabat ‘berikanlah izin kepadanya, karena dia adalah orang yang paling jelek sikapnya.’ Ketika lelaki itu sudah menghadap kepada Nabi Saw, maka beliau berkata halus padanya. Saat lelaki itu sudah pergi, maka aku bertanya pada Nabi, ‘kenapa saat lelaki itu datang, anda mengatakan demikian. Namun kemudian berkata halus dan ramah padanya?.’ Beliau Nabi menjawab, ‘wahai ‘Aisyah, sesungguhnya orang yang paling jelek derajatnya di sisi Allah kelak di hari kiamat adalah orang yang di perlakukan baik oleh manusia karena untuk menghindari perbuatan jelek yang akan di lakukannya”.

Dalam sebuah hadits di sebutkan,

مَا وَقَى الرَّجُلُ بِهِ عِرْضَهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ
 “sesuatu yang di gunakan seseorang untuk melindungi harga dirinya, maka itu termasuk sedekah baginya”.

Imam Muhammad Al Hanafiyah Ra berkata, “bukanlah orang yang bijak, orang yang tidak bisa bergaul secara baik dengan orang yang mesti bergaul dengannya, sehingga Allah memberikan jalan keluar untuknya.”

Diantaranya lagi adalah berbaur dengan orang-orang miskin dan berbuat baik kepada anak-anak yatim.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

اَللَّهُمَّ أَحْيِنِيْ مِسْكِيْنًا وَأَمِتْنِيْ مِسْكِيْنًا وَاحْشُرْنِيْ فِيْ زُمْرَةِ الْمَسَاكِيْنِ
 “Ya Allah, hidupkanlah hamba dalam keadaan miskin, matikanlah hamba dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah hamba di dalam golongan orang-orang miskin.”

Telah di riwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi Sulaiman As di dalam kerajaannya, ketika beliau masuk masjid dan melihat orang miskin, maka beliau menghampiri dan duduk di dekat orang tersebut seraya berkata, “orang miskin sedang duduk bersama orang miskin”.

Dalam sebuah hadits di jelaskan,

لَا تَغْبِطَنَّ فَاجِرًا بِنِعْمَةٍ فَإِنَّكَ لَا تُدْرِيْ إِلَّامَ يَصِيْرُ بَعْدَ الْمَوْتِ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ طَالِبًا حَثِيْثًا
 “sungguh jangan sampai kau ingin seperti orang yang meyalah gunakan kenikmatan. Karena seseungguhnya kau tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mati. Sesungguhnya di balik kematian ada sesuatu yang mencari sangat cepat sekali”.

Adapun perintah berlaku baik kepada anak yatim adalah berdasarkan sabda baginda Nabi Muhammad Saw yang berbunyi,

مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا حَتَّى يَسْتَغْنِيَ فَقَدْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
 “barang siapa menanggung anak yatim hingga dia merasa tercukupi, maka sesungguhnya wajib baginya masuk sorga”.

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمِ كَهَاتَيْنِ
 “aku dengan orang yang menanggung yatim itu seperti dua jari ini”, sabda Beliau Nabi seraya memberi isyarat dengan kedua jari.

Beliau bersabda,

مَنْ وَضَعَ يَدَّهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيْمٍ تَرَحُّمًا كَانَتْ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ تَمُرُّ عَلَيْهَا يَدُّهُ حَسَنَةٌ
 “barang siapa meletakkan tangannya di kepala anak yatim sebagai bentuk kasih sayang, maka dia mendapatkan pahala kebaikan sejumlah helai rambut yang terkena tangannya.”

Beliau juga bersabda,

خَيْرُ بَيْتٍ مِنَ الَمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُحْسَنُ إِلَيْهِ وَشَرُّ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ بَيْتٌ فِيْهِ يَتِيْمٌ يُسَاءُ إِلَيْهِ
 “rumah orang muslim yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang di perlakukan dengan baik, dan rumah orang islam yang paling jelek adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang di perlakukan tidak baik.”

Diantara haknya lagi adalah mengharapkan kebaikan untuk setiap orang islam dan berusaha membuat hati mereka senang.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبُّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
 “salah satu dari kalian tidaklah beriman -secara sempurna- sehingga dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”

Di riwayatkan dari Nabi Saw,

مَنْ أَقَرَّ عَيْنَ مُؤْمِنٍ أَقَرَّ اللهُ عَيْنَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
 “barang siapa menenangkan hati orang mukmin, maka Allah akan menenangkan hatinya kelak di hari kiamat”.

Beliau bersabda,

مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُؤْمِنٍ مَغْمُوْمٍ أَوْ أَعَانَ مَظْلُوْمًا غُفِرَ لَهُ
 “barang siapa menghibur orang mukmin yang sedang bersedih atau menolong orang yang di dhalimi, maka dosa-dosanya akan diampuni”.

Dan dari beliau Nabi lagi,

إِنَّ مِنْ أَحَبِّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى قَلْبِ الْمُؤْمِنِ وَأَنْ يُفَرِّجَ عَنْهُ غَمًّا أَوْ يَقْضِيَ عَنْهُ دَيْنًا أَوْ يُطْعِمَهُ مِنْ جُوْعٍ
 “sesungguhnya diantara amal-amal yang paling di sukai Allah Swt adalah membahagiakan hati orang mukmin, menghilangkan kesusahannya, melunasi hutangnya atau memberi makan saat orang mukmin itu lapar.”

Diantara haknya lagi adalah menjenguk orang-orang islam yang sedang sakit. Etika saat menjenguk adalah menjenguk dalam kadar waktu tidak terlalu lama, tidak banyak bertanya, menampaknya rasa belas kasih, mendoakan agar cepat sembuh, dan menutup mata dari kejelekan-kejelekan di tempat tersebut.

 Saat minta izin masuk, hendaknya tidak berada tepat di tengah pintu, dan mengetuk pintu pelan-pelan. Ketika ada yang bertanya, “siapa??”, maka hendaknya tidak menjawab dengan kata, “aku!”.

Dalam hadits baginda Nabi Muhammad Saw di sebutkan,

إِذَا عَادَ الْمُسْلِمُ أَخَاهُ أَوْ زَارَهُ قَالَ اللهُ تَعَالَى طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مَنْزِلًا فِيْ الْجَنَّةِ
“ketika ada orang islam yang menjenguk atau berkunjung kepada saudaranya sesama muslim, maka Allah Swt berfirman, ‘kamu adalah orang yang bagus, perjalananmu bagus, dan kamu telah berada di sebuah tempat di surga.”

Di riwayatkan dari sahabat Utsman Ra, beliau berkata “suatu ketika aku sakit, kemudian Rosulullah Saw menjengukku. Beliau berdoa:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, أُعِيْذُكَ بِاللهِ الأَحَدِ الْصَمَدِ الَّذِيْ لَمْ يُلَدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كَفُوًا أَحَدٌ مِنْ شَرِّ مَا تَجِدْ
‘bismillahirahmanirahim, aku memohonkan perlindungan untukmu dari setiap hal jelek yang kau temui, kepada Allah, Dzat yang Esa dan Yang di butuhkan oleh semua makhluk, yang tidak beranak dan tidak di peranakkan, serta tidak ada satupun yang menyamai-Nya’, beliau Nabi mengulangi-ulangi doa tersebut berulang kali”.

Bagi yang sakit  juga di sunnahkan untuk membaca do’a :

أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ
“aku berlindung dengan kemulian dan kekuasaan Allah dari kejelekan setiap hal yang aku jumpai”

Imam Thawus Ra berkata, “menjenguk yang paling baik adalah yang paling cepat”.
Secara umum, etika orang yang sedang sakit adalah bersabar, tidak sering mengeluh, sering berdoa, dan setelah berobat, maka berpasrah diri pada Tuhan yang menciptakan obat.

    Diantara haknya lagi adalah mengiring jenazah kaum muslimin. Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

مَنْ شَيَّعَ جَنَازَةً فَلَهُ قِيْرَاطٌ مِنَ الْأَجْرِ فَإِنْ وَقَفَ حَتَّى دُفِنَ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ وَالْقِيْرَاطُ مِثْلُ أُحُدٍ
“barang siapa mengiring jenazah, maka dia akan mendapat pahala sebesar satu Qiroth, jika dia menyertai jenazah itu hingga dimakamkan, maka akan mendapatkan dua Qirath. Satu Qiroth itu sama dengan gunung Uhud.”

Gunung Uhud adalah gunung yang besar di kota Madinah Al Munawwarah. Tujuan mengiring jenazah adalah memenuhi hak saudara sesama muslim dan mengambil pelajaran /  I’tibar.

    Diantaranya lagi adalah berziarah ke makam orang-orang muslim. Tujuan melakukan hal ini adalah mendoakan, mengambil I’tibar dan melunakkan hati.

Baginda Nabi Muhammad Saw,

مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا إِلَّا وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
 “aku tidak pernah melihat pemandangan kecuali kuburan adalah pemandangan yang lebih jelek daripada pemandangan tersebut.”

Imam Hatim al A’sham berkata, “barang siapa melewati makam kemudian dia tidak berfikir dan tidak mendoakan mereka, maka sesungguhnya dia telah berkhianat pada dirinya dan pada mereka.”

Imam Maimun ibn Mahran berkata, “suatu ketika aku pergi bersama Umar bin Abdul Aziz ke maqbarah. Ketika melihat kuburan, maka  beliau menangis seraya berkata, ‘wahai Maimun, ini adalah makam para orang tuaku, seakan akan mereka tidak pernah ikut merasakan kenikmatan-kenikmatan penduduk dunia. Apakah engkau tidak merasa bahwa mereka telah tertidur dan sesungguhnya mereka telah beristirahat dan melewati berbagai ujian. Badan mereka telah di makan oleh binatang-binatang kecil.’ Kemudian beliau menangis dan berkata lagi, ‘demi Allah, aku tidak mengetahui seseorang yang lebih mendapatkan kenikmatan daripada orang-orang yang di makamkan di pemakaman ini, dan sesungguhnya mereka telah aman dan selamat dari siksa Allah.”

    {etika orang yang ta’ziyah} rendah diri, menampakkan rasa sedih, sedikit berbicara, tidak senyam-senyum.

    {etika mengiring jenazah} selalu khusyu’, tidak berbicara, memandang mayat, berfikir tentang mati dan bersiap-siap menghadapinya. Segera memberangkatkan jenazah  hukumnya adalah sunnah.

Ini adalah beberapa etika yang mengingatkan terhadap  etika hubungan sosial dengan makhluk.
[kesimpulan yang bisa mencakup semuanya] adalah tidak merendahkan siapapun dari semua orang, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia. Karena mencela orang lain bisa membuatmu celaka, sebab kamu tidak tahu mungkin saja orang yang kau hina itu sebenarnya lebih baik darimu. Kalaupun sekarang dia kelihatan sebagai orang yang fasiq tapi mungkin engkau kelak di akhir hayatmu yang akan seperti dia dan malah dia yang akan khusnul khotimah.

Jangan melihat mereka dalam urusan duniawi dengan pandangan mengagungkan, karena sesungguhnya dunia dan seisinya adalah sesuatu yang kecil di mata Allah Swt. Jangan menyerahkan agamamu demi mendapatkan dunia dari mereka, karena akan menyebabkan dirimu hina di mata mereka sehingga mereka pun tidak akan memberikan dunia padamu. Jangan memusuhi mereka dalam keadaan apapun kecuali ketika engkau melihat kemungkaran dalam urusan agama, maka engkau harus memusuhi dan membenci kelakuan dan perbuatan jelek mereka.

 Jangan merasa senang dan tentram dengan pujian dan sikap manis yang mereka tampakkan di hadapanmu, karena terkadang semua itu hanya semu belaka tidak sesuai dengan hakikat sebenarnya dari mereka. Jangan mengeluhkan permasalahanmu pada mereka sehingga Allah Swt akan memasrahkan urusanmu pada mereka. Jangan berharap bahwa sikap baik akan selalu mereka berikan saat kamu tidak ada seperti sikap baik yang mereka berikan saat kamu ada, karena semua itu adalah harapan palsu.

Jangan mengharapkan apapun yang mereka miliki, karena semua itu akan mempercepat kehinaan pada dirimu. Ketika engkau meminta bantuan pada salah seorang dari mereka dan dia mau memberikan bantuan, maka dia adalah teman yang bisa memberi faedah. Dan jika dia tidak mau membantu, maka jangan mencaci makinya, karena akan menyebabkan dia menjadi musuhmu yang berkepanjangan. Janganlah menasihati orang yang engkau rasa bahwa sama sekali tidak ada tanda-tanda dia akan menerima, sebab dia tidak akan mendengarkan nasihatmu bahkan akan memusuhimu.

Ketika memberi nasihat, maka hendaknya nasihatmu berbentuk ta’ridl (sindiran) dan berbentuk surat tanpa terang-terangan menyebutkan nama seseorang. Ketika engkau mendengar gunjingan dari mereka tetang dirimu atau kau melihat perbuatan jelek mereka padamu, maka serahkanlah urusan mereka pada Allah swt, dan mohonlah perlindungan pada Allah Swt dari perbuatan jelek mereka. Jangan menyibukkan diri dengan melawan apa yang mereka perbuat, sebab semua itu akan menambah kesulitan dan dampak negatif. Jadilah orang yang mendengarkan perbuatn hak mereka, yang tuli akan perbuatan bathil mereka, dan yang menyampaikan hak-hak mereka.

Jangan bersahabat dengan orang yang terlalu banyak, karena mayoritas mereka tidak bisa memaafkan kesalahan dan kekeliruan, tidak menutupi kekurangan, selalu melihat kesalahan orang lain walaupun sebesar qithmir (perkara sedikit), dan dengki terhadap perkara yang sedikit dan yang banyak.

Janganlah langsung percaya terhadap kasih sayang dan persahabatan dengan seseorang yang belum benar-benar engkau ketahui. Akan tetapi buktikanlah terlebih dahulu, yaitu bergaullah dengannya dalam beberapa waktu untuk menguji perilakunya, berinteraksi dengannya menggunakan dinar dan dirham, ketika kau dalam kesulitan sehingga kau butuh padanya, atau engkau mengajaknya untuk bepergian.

Jika kau meyukai kelakuan dan sikap-sikapnya, maka jadikanlah dia sebagai ayah kalau dia sudah tua, atau menjadi anak jika dia masih kecil, atau sebagai saudara jika dia seusia denganmu.
Semua ini adalah kumpulan etika bergaul dan berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Kisah 25 Nabi dan Rasul Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer