Etika Bergaul Dan Bersinggungan Dengan Berbagai Macam Lapisan Masyarakat

Sebagian ahli hikmah berkata, “jika engkau ingin bergaul dengan baik, maka temuilah teman dan musuhmu dengan wajah penuh ridlo. Muliakan dirimu tanpa ada rasa sombong di hati, rendah dirilah namun tidak sampai menghinakan diri.

Dalam semua hal maka beradalah pada posisi tengah-tengah, sebab dua hal yang menjadi tepi posisi tengah-tengah adalah keadaan yang tercela. jangan melihat pada عطفيك , jangan terlalu banyak menoleh, jangan meninggalkan kelompok yang banyak, jangan duduk dengan posisi jongkok, hindarkan dirimu dari melakukan tasybik jemari tangan dan bermain-main dengan jenggot, cincin, membersihkan gigi, memasukkan jari ke hidung, sering meludah dan mengeluarkan dahak, sering menggeliat, menguap di depan orang banyak, saat sholat atau saat melakukan hal yang lain.

Hendaknya posisi dudukmu agak merendah dan ucapanmu runtut teratur serta memahamkan. Dengarkan hal-hal baik yang di ucapkan oleh orang yang berbicara padamu tanpa menampakkan kekaguman yang keterlaluan dan jangan memintanya untuk mengulangi ucapannya.

Diamlah saat ada yang membuat tertawa, janganlah mengungkap kekagumanmu pada anak, rambut, karya dan semua yang menjadi kekhususanmu. Jangan berhias menyerupai orang perempuan, jangan merendahkan diri hingga seperti rendahnya seorang budak. Jangan terlalu menampakkan kebutuhan-kebutuhan. Jangan mendorong orang lain untuk melakukan kedhaliman. Jangan memberitahukan jumlah hartamu pada anak dan keluargamu apa lagi orang lain, karena jika mereka mengganggap bahwa hartamu sedikit, maka mereka akan meremehkanmu, dan jika banyak, maka engkau sama sekali tidak akan bisa mendapatkan keridloan mereka.

Takut-takutilah teman-temanmu tanpa kekerasan, dan lunaklah pada mereka namun jangan terkesan lemah. Ketika bersengketa, maka muliakanlah lawanmu, hindari sifat bodohan, jangan tergesah-gesah, pikirkan hujjahmu, jangan terlalu banyak berisyarat dengan tangan, jangan terlalu banyak menoleh pada orang di belakangmu, ketika emosimu redah baru berkatalah, jangan jadikan hartamu lebih mulia daripada harga dirimu.”

    Ketika engkau mendatangi perkumpulan, maka etika yang baik adalah mengucapkan salam terlebih dahulu, tidak melangkahi orang yang sudah datang duluan, dan duduk di tempat yang longgar jika memang tempat tersebut lebih menghantarkan ke posisi yang tawadlu’. Ketika duduk maka hendaknya mengucapkan salam kepada orang yang berada di dekatmu, dan jangan duduk di jalan.

    Ketika engkau dalam posisi duduk, maka etika yang baik adalah menutup mata -dari hal-hal yang tidak baik-, menolong dan menyelamatkan orang yang di dholimi, menolong orang yang lemah, menunjukkan orang yang tersesat, menjawab salam, memberi orang yang meminta, memerintah perbuatan baik dan mencegah perbuatan mungkar, menutup tempat ludah, tidak meludah ke arah kiblat, dan jangan sampai bercanda keterlaluan dengan orang yang cerdas atau tidak cerdas, karena orang yang cerdas akan dendam padamu sedangkan orang yang bodoh tidak akan menghormatimu.

    Bagi orang yang mendapatkan cobaan dengan berada di tempat yang penuh dengan canda tawa dan omongan yang tidak berguna, maka hendaknya melakukan dzikir kepada Allah Swt saat berdiri meninggalkan tempat tersebut.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

مَنْ جَلَسَ فِيْ مَجْلِسٍ فَكَثرَ فِيْهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِيْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
 “ barang siapa duduk di sebuah majlis yang banyak terdapat omongan-omongan yang tidak berguna, lalu sebelum berdiri meninggalkan tempat tersebut dia membaca do’a :

" سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ "
“aku mensucikan engkau wahai Allah dan aku memuji Engkau, Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Engkau, aku memohon ampun pada-Mu dan aku bertaubat pada-Mu”
Maka Allah Swt akan mengampuni semua dosa yang dia lakukan di tempat tersebut.”

Hak Sesama Muslim, Sanak Famili, Dan Tetangga

    Ketahuilah sesungguhnya manusia butuh untuk berinteraksi dengan sesama jenisnya. Sehingga secara pasti dia harus mengerti dan belajar tentang etika-etika bergaul. Ada etika yang harus di lakukan ketika bergaul dengan setiap orang. Etika yang di lakukan harus di sesuaikan dengan ukuran hak dan hubungannya. Apakah hubungannya adalah sanak famili yang merupakan hubungan yang lebih khusus, ataukah hubungan sesama orang islam yaitu hubungan yang lebih umum.

Bahasa teman dan sahabat sudah tercakup di dalam maknanya persaudaraan. Adakalahnya hubungan yang terjalin adalah hubungan tetangga, teman di perjalanan, di perpustakaan, belajar, hanya sekedar teman atau bahkan saudara. Masing-masing hubungan ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Kerabat memiliki hak, namun hak kerabat dekat “rahim” lebih kuat. Mahram juga memiliki hak, namun hak kedua orang tua lebih kuat. Begitupula hak tetangga, juga berbeda-beda di lihat jauh dekatnya dari rumah.

Perbedaan ini akan nampak ketika di nisbatkan (di banding-bandingkan), sehingga orang yang satu daerah ketika berada di daerah lain seakan dia adalah kerabat dekat di daerah asal karena memiliki kekhususan dengan hak tetangga di daerah tersebut. Begitupula hak seorang muslim akan semakin kuat sebab kuatnya perkenalan dan bergaulan.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Kisah 25 Nabi dan Rasul Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer