Hak-Hak Kerabat Dan Famili (rahim)

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى أَنَا الرَّحْمَنُ وَهَذِهِ الرَّحِمُ شَقَّقْتُ لَهَا اسْمًا مِنِ اسْمِيْ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
 “Allah Swt berfirman, ‘Aku adalah dzat yang Rahman, dan nama famili ini (rohmi) Aku ambilkan dari nama-Ku. Barang siapa meyambung tali silaturahmi, maka Aku akan meyambung ikatan dengannya, dan barang siapa memutus tali silaturrahmi, maka Aku pun akan memutus hubungan dengannya.”
Ada yang bertanya pada baginda Nabi Saw, “siapakah manusia yang paling utama?.” Beliau Nabi Saw menjawab,

أَتْقَاهُمْ لِلهِ وَأَوْصَلُهُمْ لِرَحِمِهِ وَآمَرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَأَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
“orang yang paling bertaqwa kepada Allah, paling menyambung silaturrahmi, yang paling memerintahkan kebajikan, dan yang paling melarang dari perbuatan mungkar.”

Baginda Nabi Saw bersabda,

الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَهِيَ عَلَى ذِيْ الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَّةٌ
 “sedekah kepada orang miskin itu di hitung satu, sedangkan sedekah kepada orang yang memiliki hubungan famili (rahmi) itu di hitung dua, yaitu sedekah dan menyambung silaturahmi.”

    Ketika sahabat Abu Thalhah hendak mensedekahkan kebun yang sangat di sukainya guna mengamalkan firman Allah Swt dalam surat Ali Imron ayat 92 :

Artinya : “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

Maka beliau berkata kepada baginda Nabi Saw, “wahai Rosulullah, kebun ini aku berikan ke jalan Allah, orang-orang faqir, dan orang-orang miskin.” Kemudian Nabi Saw menjawab, “pahalamu akan di berikan oleh Allah, bagikan kebunmu itu kepada kerabat-kerabatmu.”

Hak-Hak Orang Tua dan Anak

    Tidak samar lagi bahwa sesungguhnya jika hak kerabat dan famili itu kuat, maka kerabat yang paling khusus adalah hubungan orang tua dan anak, sehingga hak di dalam ikatan ini bertambah kuat. Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

بِرَّ أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ فَأَدْنَاكَ
 “berbaktilah kepada ibu, bapak, saudara perempuan dan saudara laki-lakimu, kemudian kerabat yang lebih dekat, lalu kerabat yang agak jauh.”

Seorang laki-laki bertanya kepada baginda Rosulullah Saw, “apakah masih ada bentuk bakti kepada orang tua setelah keduanya meninggal dunia?.” Beliau menjawab,

نَعَمِ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالْاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا وَصِلَّةُ الرَّحِمِ الَّتِيْ لَا تُوْصَلُ إِلَّا بِهِمَا
“iya masih ada, yaitu mensholati keduanya, memintakan ampunan, melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-temannya, meyambung silaturahmi yang telah terjalin oleh kedua orang tua.”

Beliau Nabi Saw bersabda,

إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ بَعْدَ أَنْ يُوْلِى الْأَبُّ
 “termasuk perbuatan bakti kepada orang tua yang paling tinggi adalah seorang lelaki yang menyambung silaturahmi dengan orang-orang yang di kasihi ayahnya setelah ayahnya tidak ada.”

Dari baginda Nabi Saw,

رَحِمَ اللهُ وَالِدًا أَعَانَ وَلَدَهُ عَلَى بِرِّهِ
 “Allah Swt akan merahmati orang tua yang mau menolong anaknya berbuat bakti pada dirinya.”

Maksudnya tidak menyebabkan anaknya durhaka kepada orang tua sebab perbuatan jeleknya. Di riwayatkan dari baginda Nabi Saw,

سَاوُوْا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ فِيْ الْعَطِيَّةِ
 “setarakanlah (berbuat adillah) pemberian diantara anak-anakmu.”

    Diriwayatkan dari baginda Nabi Saw,

مِنْ حَقِّ الْوَلَدِ عَلَى الْوَالِدِ أَنْ يُحْسِنَ أَدَبَهُ وَيُحْسِنَ اسْمَهُ
“diantara hak seorang anak atas orang tuanya adalah memperbaiki etika dan namanya”

Di sunahkan belas kasih kepada anak. Suatu saat al Aqro’ ibn Habis pernah melihat Rosulullah Saw mencium cucunya, Hasan bin Ali Ra. Aqro’ berkata pada Rosulullah Saw, “sesungguhnya aku mempunyai sepulu anak dan aku belum pernah mencium salah satu dari mereka.” Mendengar itu, maka beliau Nabi Saw bersabda,

إِنَّ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
 “sesungguhnya orang yang tidak berbelas kasih maka dia tidak akan mendapatkan belas kasih.”
Sahabat Mu’awiyah Ra pernah bertanya kepada al Ahnaf bin Qois Ra, “apakah pendapatmu tentang anak?.”

Al Ahnaf menjawab, “wahai Amirul Mukminin, anak-anak adalah buah hati kita, sandaran punggung, kita bagaikan bumi yang hina serta langit yang menaungi mereka, aku mengharapkan semua kebaikan untuknya, jika mereka meminta sesuatu maka berikanlah, jika mereka marah maka redamlah, sehingga mereka akan memberikan rasa cinta dan usaha sekuat tenaga untukmu, janganlah anda menjadi orang yang mempersulit dan memberatkan mereka, sebab mereka akan merasa bosan dengan hidupmu, menginginkan kematianmu, dan tidak suka dekat denganmu”.

Sahabat Mu’awiyah berkata, “demi Allah wahai Ahnaf, sesungguhnya engkau telah membuatku ridlo terhadap salah seorang anakku yang aku marahi”. Beliau juga menyambung silaturahmi kepada Ahnaf dengan memberikan pemberian yang banyak.

    Ketahuilah sesungguhnya mayoritas ulama’ berpendapat bahwa wajib mentaati perintah kedua orang tua dalam hal-hal yang syubhat, walaupun tidak wajib taat dalam hal yang murni haram. Bagi seorang anak tidak di perkenankan bepergian yang mubah atau sunnah kecuali dengan izin kedua orang tua.

Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,

حَقُّ كَبِيْرِ الْإِخْوَةِ عَلَى صَغِيْرِهِمْ كَحَقِّ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
 “hak saudara tua atas saudara yang lebih muda, itu seperti hak orang tua atas anaknya.”
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Kisah 25 Nabi dan Rasul Lengkap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer