Etika-Etika Orang Yang Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Jumlah etika orang yang menjalankan hal ini ada tiga hal, yaitu ilmu, wira’i dan budi pekerti mulia / akhlakul karimah.

Adapun ilmu, maka dia harus mengetahui tempat-tempat amar ma’ruf nahi mungkar, agar supaya tidak melampaui batas-batas syareat.

Adapun masalah wira’i, maka hendaknya sifat wira’I ini bisa mencegah dirinya dari menyalahi apa yang sedang dia kerjakan, dan tidak ada tujuan yang bisa mendorongnya untuk melampaui batas yang di legalkan oleh syareat, dan agar supaya ucapannya bisa di terima. Karena jika yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar adalah orang fasiq, maka dia akan di sepelekan, dan hal ini akan menambah keberanian melakukan kemungkaran.

Adapun akhlak mulia, maka hendaknya sebisa mungkin bersikap halus dan lunak. Ini merupakan pondasi dasar dalam hal ini. Ilmu dan wira’i saja belum mencukupi, karena ketika emosi mulai bergerak, maka ilmu dan wira’i saja tidak akan mampu meredam selama dia tidak mempunyai tabiat menghadapi emosi dengan akhlak mulia.

Dengan adanya tiga hal ini, maka amar ma’ruf nahi mungkar akan bernilai ibadah dan kemungkaran pun akan bisa di hentikan. Sedangkan jika ketiga hal ini tidak ada, maka kemungkaran tidak akan teratasi. Sesungguhnya telah di kisahkan bahwa suatu saat al Makmun pernah di nasehati seseorang dengan ucapan yang kasar.

Al Makmun berkata pada orang tersebut, “wahai orang laki-laki, bersikaplah yang halus, karena sesungguhnya Allah Swt telah mengutus orang yang lebih baik daripada kamu untuk orang yang lebih jelek daripada aku. Dan Allah Swt memerintahkan utusan-Nya itu agar bersikap halus. Allah Swt berfirman padanya :

‘Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut’".

Maka hendaknya orang yang bergelut dalam hal ini harus mengikuti sikap halus dan yang di contohkan oleh para Nabi  showatullah alaihim.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Kisah Hidup Nabi Muhammad