MELAKSANAKAN AMALAN-AMALAN IHRAM YANG DHOHIR SECARA TERATUR SEJAK BERANGKAT SAMPAI PULANG

Amalan-Amalan Ihram Ada Sepuluh Kelompok

# Kelompok amalan pertama, saat perjalanan yaitu sejak pertama berangkat hingga melaksanakan ihram. Dalam bagian ini terdapat beberapa permasalahan :
1.      Masalah harta.
Orang yang akan melaksanakan ihram hendaknya memulai aktifitasnya dengan bertaubat, mengembalikan barang-barang yang di dhalimi, melunasi hutang, mempersiapkan nafkah untuk orang-orang yang wajib di nafkahi hingga pulang, mengembalikan barang-barang titipan, membawa bekal yang halal dan cukup selama perjalanan serta tidak terlalu ngirit, yaitu membawa perbekalan yang agak banyak agar bisa leluasa di gunakan diri sendiri dan di berikan pada orang-orang yang lema dan fuqoro’, dan bersedekah sebelum berangkat. Jika meyewa kendaraan, maka hendaknya menjelaskan pada peyewa apa saja yang akan di bawa, baik sedikit ataupun banyak agar si peyewa betul-betul rela.
2.      Masalah teman dalam perjalanan.
Hendaknya mencari teman yang sholeh, senang terhadap kebaikan, suka menolong, jika lupa maka mengingatkan, jika ingat maka menolong, jika takut maka dia memberikan keberanian, jika lemah maka menguatkan, dan jika hati sedih maka dia membuat sabar. Orang yang akan ihram hendaknya berpamitan pada teman-temannya yang mukim dan tetangga-tetangganya serta meminta doa mereka. Saat berpamitan sunnah berdoa :
" أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِمَ عَمَلِكَ "
“aku titipkan pada Allah, agamamu, amanatmu dan akhir dari amal perbuatanmu”
Baginda nabi Muhammad Saw berdo’a untuk orang yang hendak berangkat bepergian:
" فِيْ حِفْظِ اللهِ وَكَنَفِهِ زَوَّدَكَ اللهُ التَقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَوَجَّهَكَ الْخَيْرَ أَيْنَمَا كُنْتَ "
“semoga engkau selalu dalam penjagaan dan perlindungan Allah. Semoga Allah memberi bekal taqwa padamu, mengampuni dosa-dosamu dan mengarahkan kebaikan padamu di manapun engkau berada”
3.      Saat keluar dari rumah.
Ketika akan keluar dari rumah hendaknya melaksanakan sholat dua rokaat terlebih dahulu. Selesai sholat kemudian mengangkat kedua tangan dan berdoa secara ikhlas kepada Allah Swt dengan mengucapkan do’a :
" اَللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِيْ السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةِ فِيْ الأَهْلِ وَالْوَلَدِ وَالْأَصْحَابِ احْفَظْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ كُلِّ أَفَةٍ وَعَاهَةٍ . اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ مَسِيْرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالْتَقْوَى , وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَي . اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِثَاءِ السَّفَرِ وَكَأْبَةِ الْمُنْقَلَبِ وَسُوْءِ الْمَنْظَرِ فِيْ الْأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْوَلَدِ "
“ya Allah, Engkaulah dzat yang menemani di perjalanan dan menjadi pengganti untuk keluarga, anak dan teman-temanku, maka jagalah aku dan mereka dari segala bahaya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon taqwa pada-Mu di perjalanan daratku ini, dan memohon hal yang Engkau ridloi dari amal perbuatan. Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung pada-Mu dari kesulitan di dalam perjalanan, susahnya tempat kembali dan jeleknya pandangan pada keluarga, harta dan anak kami .”
4.      Ketika berada di pintu rumah.
Ketika berada di pintu rumah -hendak berangkat- maka hendaknya membaca doa :
" بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَذِلَّ أَوْاُذَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلَا بَطَرًا وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً بَلْ خَرَجْتُ اِتِّقَاءَ سُخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ وَقَضَاءَ فَرْضِكَ وَاتِّبَاعَ سُنَّةِ نَبِيِّكَ "
“dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri pada Allah, tidak ada daya kekuatan kecuali dari Allah. Ya Tuhanku, aku berlindung padamu dari perbuatan sesat, meyesatkan, hina, membuat hina, dhalim, di dhalimi, bodoh, di bodohi, atau aku di buat bodoh. Ya Allah, sesungguhnya aku tidak berangkat dalam keadaan sombong, tinggi diri, riya’ dan pamer. Akan tetapi aku berangkat karena takut murka-Mu, mengharap ridlo-Mu, memenuhi kewajiban-Mu dan mengikuti sunnah Nabi-Mu”
5.      Saat naik kendaraan.
Ketika naik kendaraan hendaknya berdoa :
" سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ, وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ "
“Mahasuci Tuhan yang telah melulutkan hal ini padaku dan aku tidak ikut melulutkannya. Dan sesungguhnya kita akan kembali pada Tuhan kita”

Kelompok amalan ke dua adalah etika saat ihram mulai dari miqot sampai masuk ke Makkah :
1.      Melakukan mandi disertai niat mandi ihram, yaitu ketika sampai di miqot tempat orang-orang melaksanakan ihram. Menyempurnakan mandinya dengan membersihkan seluruh badan, meyisir jenggot dan rambut kepala, memotong kuku dan kumis, berusaha menyempurnakan kebersihan dengan melakukan apa yang telah aku jelaskan dalam bab thaharah.
2.      Melepas semua pakaian yang berjahit dan mengenakan dua pakaian ihram, berselendang, mengenakan jarik berwarna putih, dan memakai wewangian pada pakaian dan badan.
3.      Setelah mengenakan pakaian, hendaknya bersabar dulu -tidak langsung niat ihram- hingga kendaraan bergerak -jika naik kendaraan- atau mulai berjalan -jika berjalan kaki-. Pada saat inilah baru niat ihram haji atau umrah, baik cara qiron atau ifrod sesuai dengan yang di kehendaki,  seraya mengucapkan doa :
" لَبَيْكَ اللَّهُمَّ لَبَيْكَ لَا شَرِيْكَ لَك لَبَيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالْنِعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ بِحَجَّةٍ حَقًّا تَعَبُّدًا وَرِقًّا, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّدٍ "
Aku penuhi panggilanmu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu,tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat itu milik Engkau dan seluruh kekuasaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu dengan melaksanakan haji sebagai bentuk hak, karena untuk beribadah dan menghambakan diri. Ya Allah, curahkanlah rahmat-Mu pada Nabi Muhammad dan keluarga Beliau”
4.      Sunnat mengulang-ngulangi talbiyah selama ihram, terutama saat bertemu rombongan lain, saat berkumpulnya manusia, setiap naik tempat yang tinggi, turun dari tempat yang tinggi, naik kendaraan, turun dari kendaraan seraya mengeraskan suara, namun tidak sampai menyebabkan tenggorokannya sakit -tidak terlalu keras-. Karena sesungguhnya dia tidak berdoa pada Dzat yang tuli dan Dzat yang jauh sebagaimana yang di jelaskan di dalam hadits. Ketika  baginda nabi Muhammad Saw kagum pada sesuatu, maka beliau bersabda, “aku penuhi panggilanmu ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat.

# Kelompok amalan ke tiga adalah etika saat masuk Makkah hingga melaksanakan thowaf.
Sunnah melakukan mandi di Dzi Thuwah karena akan masuk Makkah. Ketika melihat Ka’bah hendaknya mengucapkan :
" اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ وَدَارُكَ دَارُ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَاذَاالْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا بَيْتُكَ عَظَّمْتَهُ وَكَرَّمْتَهُ وَشَرَّفْتَهُ اّللَّهُمَّ فَزِدْهُ تَشْرِيْفًا وَتَكْرِيْمًا وَزِدْهُ مَهَابَةً وَزِدْ مَنْ حَجَّهُ بِرًّا وَكَرَامَةً . اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَأَدْخِلْنِيْ جَنَّتَكَ وَأَعِذْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ "
Kemudian tidak melakukan sesuatu sebelum melakukan thowaf  Qudum, kecuali menjumpai orang-orang yang sedang melakukan jama’ah sholat fardlu, maka ikut sholat berjama’ah dulu kemudian melakukan thowaf.

# Kelompok amalan ke empat adalah amalan saat thowaf
Ketika akan memulai thowaf, baik thowaf Qudum atau thowaf yang lain, hendaknya menjaga enam perkara :
1.      Menjaga syarat-syarat sholat, yaitu suci dari hadats dan najis pada pakaian, badan, tempat thowaf dan menutup aurat. Karena thowaf di Baitullah itu sama dengan sholat, hanya saja Allah Swt memperbolehkan berbicara saat thowaf. Hendaknya mengenakan selendang sebelum melakukan thowaf, yaitu meletakkan bagian tengah selendang di bawah ketiak kanan dan meletakkan kedua ujungnya di pundak, dengan menurunkan satu ujung ke arah punggung dan ujung satunya ke arah dada. Menghentikan bacaan talbiyah dan menggantinya dengan membaca do’a-do’a yang di riwayatkan dari baginda Nabi Muhammad Saw.
2.      Setelah selesai berselendang, maka hendaknya memposisikan Ka’bah di sebelah kiri badan, dan menempatkan diri di samping Hajar Aswad agak kebelakang sedikit agar posisi hajar aswad berada di depannya, sehingga saat mulai thowaf, maka seluruh badan bisa tepat pada Hajar Aswad. Hendaknya jarak dirinya dengan Ka’bah kira-kira tiga langka agar lebih dekat dengan Ka’bah, karena sesungguhnya itu yang lebih utama.
3.      Sebelum melewati Hajar Aswad bahkan saat memulai thowaf, maka membaca doa :
" بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ وَتَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "
Lalu thowaf.
4.      Melakukan romal -berjalan agak cepat- di tiga putaran pertama, dan berjalan seperti biasa di empat putaran terakhir. Makna romal adalah berjalan agak cepat dengan memperkecil jangka. Kadar kecepatan Romal itu di bawah kecepatan lari dan di atas berjalan biasa. Tujuan dari memakai selendang seperti di atas dan melakukan romal adalah menampakkan kegagahan dan keperkasaan, begitulah awal mula dulu -saat zaman baginda Nabi-, Karena untuk menciutkan nyali orang kafir. Dan sampai sekarang kesunahan ini di lestarikan. Yang afdol adalah melakukan romal di dekat Ka’bah. Jika tidak memungkinkan karena terlalu ramai –berdesakkan-, maka yang afdol adalah melakukan romal agak jauh dari Ka’bah, yaitu hendaknya berada di pinggir tempat thowaf dan melakukan romal tiga kali, kemudian mendekat ke Ka’bah dengan berdesak-desakan dan berputar empat kali. Jika memungkinkan mengusap Hajar Aswad di setiap putaran maka itu lebih baik, namun jika tidak bisa karena berdesak-desakan maka cukup memberi isyarat dengan tangan dan menciumnya. Begitupula sunnah mengusap rukun Yamani, salah satu dari rukun-rukunnya –sudut-sudut- Ka’bah.
5.      Ketika sudah sempurna melakukan thowaf tujuh kali, maka hendaknya berada di Multazam, yaitu tempat diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Ini adalah tempat yang mustajab untuk berdoa. Hendaknya dia menempel pada Ka’bah, memegang selambunya, menempelkan perut, meletakkan pipi kanan, kedua lengan dan kedua telapak tangan pada Ka’bah serta berdoa :
" اَللَّهُمَّ رَبَّ بَيْتِ الْعَتِيْقِ أَعْتِقْ رَقَبَتِيْ مِنَ النَّارِ . اَللَّهُمَّ هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ "
“ya Allah, Tuhan Ka’bah, merdekakanlah tubuhku dari api neraka. Ya Allah, ini adalah tempat orang yang berlindung pada-Mu dari api neraka”
Kemudian hendaknya berdo’a sesuai dengan hajatnya dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
6.      Ketika selesai melakukan itu semua, maka hendaknya sholat dua rokaat di belakang Maqam Ibrahim, yaitu sholat dua rokaat setelah thowaf. Setelah selesai hendaknya berdoa dengan mengucapkan doa :
" اَللَّهُمَّ يَسِّرْ لِيْ الْيُسْرَى وَجَنّبْنِيْ الْعُسْرَى وَاغْفِرْلِي فِي الْأُخْرَى وَالْأُوْلَى "
“ya Allah, mudahkanlah surga bagiku dan jauhkanlah neraka dariku, dan ampunilah aku di akhirat dan duni”

Kelompok amalan ke lima adalah amalan saat sa’I
Setelah selesai thowaf, maka hendaknya keluar dari pintu Shofa. Setelah sampai di Shofa yaitu sebuah bukit, maka naik ke anak tangga yang berada di puncak bukit kemudian melakukan sa’I tujuh kali di antara bukit Shofa dan Marwa. Hukum thaharah saat sa’I adalah sunnah tidak wajib, berbeda dengan saat thowaf.

Kelompok amalan ke enam adalah amalan-amalan saat wukuf dan sebelumnya
Bagi orang haji yang sudah sampai di Arafah pada hari Arafah, maka hendaknya tidak masuk Makkah dan melakukan Thowaf Qudum sebelum melaksanakan wukuf. Namun jika beberapa hari sebelum itu sudah sampai Makkah, maka melakukan thowaf Qudum dan tetap ihram hingga tanggal tujuh Dzul Hijjah. Kemudian ada seorang imam yang melakukan khutbah satu kali setelah Dhuhur di dekat Ka’bah, dengan memerintahkan agar orang-orang bersiap-siap menuju Mina pada hari Tarwiyah dan menginap di sana. Lalu di pagi harinya berangkat ke Arafah untuk menjalankan wukuf fardlu setelah Zawal (Dhuhur). Karena waktunya wukuf adalah mulai dari zawal hingga terbitnya fajar Shodiq hari raya kurban.
Saat berangkat ke Mina hendaknya sambil membaca talbiyah dan berada di sana semalaman. Ketika Shubuhnya hari Arafah, maka melakukan sholat Shubuh dan berangkat ke Arafah saat matahari nampak di puncak gunung Tsabir. Hendaknya melakukan mandi karena wukuf, melakukan jama’ qoshor sholat Dhuhur dan Ashar dengan satu kali adzan dan dua iqomat serta memperbanyak bacaan tahmid, tasbih, tahlil, memuji Allah Azza Wa Jalla, do’a dan bertaubat.
Pada hari ini hendaknya dia tidak berpuasa agar kuat untuk selalu berdoa. Di hari Arafah hendaknya tidak memutus bacaan talbiyah secara total, akan tetapi sesekali membaca talbiyah dan sesekali berdoa. Hendaknya dia berdo’a apapun yang ada di benaknya, memohon ampun buat dirinya, kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin dan muslimat. Saat berdo’a, hendaknya dengan cara yang seakan memaksa dan meminta yang besar dan banyak. Karena sesungguhnya menurut Allah tidak ada sesuatu yang banyak dan besar.

Kelompok amalan ke tujuh adalah amalan-amalan yang lain di dalam ibadah haji
Ketika berangkat dari Arafah setelah terbenamnya matahari, maka hendaknya dia dalam keadaan tenang dan damai. Setelah sampai di Muzdalifah, maka melakukan sholat jama’ qoshor Maghrib dan Isya’ dengan satu kali adzan dan dua iqomat, kemudian bermalam di sana. Membawa bekal batu kerikil dari sana sebanyak tujuh puluh, karena itu sudah mencukupi kebutuhan. Kemudian melakukan mandi, melakukan sholat Shubuh dan berjalan hingga sampai di Mas’aril Haram -batas akhir Muzdalifah-, berada disana dan berdoa hingga waktu isfar -agak terang-. Kemudian beranjak dari sana sebelum terbitnya matahari hingga sampai ketempat yang bernama “Wadi Muhassir”. Ketika sampai di tempat tersebut, maka sunnah untuk menggerakkan kendaraannya hingga melewati bentangan luas tempat tersebut. Jika berjalan kaki maka sunnah untuk mempercepat jalannya.
Ketika masuk waktu Shubuh hari raya kurban, maka hendaknya mencampur bacaan talbiyah dengan takbir. Sesekali membaca talbiyah dan sesekali membaca takbir. Setelah sampai di Mina dan di tempat melempar Jumrah yang berjumlah tiga, maka dia menuju ke Jumrah Aqabah tanpa melempar Jumrah Ula dan Tsaniyah. Karena pada hari raya kurban tidak ada kewajiban melempar kedua jumrah tersebut.
Melempar Jumrah di mulai setelah terbitnya matahari dengan menggunakan tujuh buah kerikil seraya mengangkat tangan, menghadap kiblat atau menghadap jumrah. Dan setiap melempar satu kerikil, maka sunnah mengucapkan :
" اَللهُ أَكْبَرُ عَلَى طَاعَةِ الرَّحْمَنِ وَرَغَمِ الشَّيْطَانِ اَللَّهُمَّ تَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ "
“Allahuakbar, atas taat kepada Yang Maha Belaskasih dan untuk menghancurkan syetan. ya Allah, karena membenarkan kitab-Mu dan mengikuti sunnah Nabi-Mu”
Kemudian menyembeli binatang yang menjadi hadiah jika memang ada. Yang lebih utama adalah menyembelih sendiri dan hendaknya mengucapkan doa :
" بِسْمِ اللهِ اَللُه أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَبِكَ وَإِلَيْكَ تَقَبَّلْ مِنِّيْ كَمَا تَقَبَّلْتَ مِنْ خَلِيْلِكَ إِبْرَاهِيْمَ "
Yang paling utama adalah kurban onta kemudian sapi lalu kambing. Kambing domba lebih utama dari pada kambing kacang. Binatang yang berwarna putih lebih utama dari pada yang berwarna abu-abu dan hitam. Hendaknya memakan sebagian dari binatang hadiahnya jika memang hadiah yang sunnah. Dan jangan menyembelih binatang kurban yang pincang, hilang telinganya dan yang kurus. Kemudian setelah itu hendaknya melakukan halqu –bercukur-.
Ketika melakukan halqu setelah melempar jumrah maka dia telah melaksanakan tahallul awal, sehingga hal-hal yang di haramkan saat ihram menjadi halal selain yang berhubungan dengan wanita dan binatang buruan. Setelah itu berangkat ke Mekkah dan melaksanakan thowaf sebagaimana yang telah aku jelaskan. Thowaf ini adalah thowaf rukun di dalam haji dan di sebut dengan thowaf ziaroh. Awal pelaksanaannya adalah mulai dari tengah malam hari raya kurban. Sedangkan waktu yang paling utama adalah siang hari raya kurban.
Tidak halal berhubungan dengan wanita hingga selesai melaksanakan thowaf. Setelah selesai thowaf, maka tahallul menjadi sempurna, halal melakukan jima’, dan hal-hal yang terkait dengan ihram sudah selesai kecuali melempar jumrah di hari Tasyrik dan mabit di Mina, yaitu beberapa kewajiban yang di laksanakan setelah selesainya ihram karena masih mengikut pada haji.
Sebab hasilnya tahallul ada tiga, yaitu melempar jumrah Aqabah, halqu, dan thowaf rukun. Ketika sudah melaksanakan dua dari tiga hal di atas, maka dia telah melaksanakan satu tahallul (tahallul awal). Tidak masalah melakukan ketiganya sebelum atau setelah menyembelih binatang hadiah, akan tetapi yang lebih baik adalah melempar jumrah, kemudian menyembelih binatang, lalu halqu dan terakhir thowaf.
Ketika selesai thowaf, maka kembali ke Mina untuk melakukan mabit dan melempar jumrah hari tasyrik. Dan pada malam itu menginap di Mina. Di pagi hari kedua dari hari raya -tanggal 11- ketika tergelincirnya matahari, maka melaksanakan mandi karena hendak melempar jumrah, kemudian menuju jumrah Ula dan melemparnya dengan tujuh buah kerikil. Ketika selesai melewati jumrah Ula, maka berdiri dengan menghadap kiblat, memuji kepada Allah Swt, membaca tahlil, takbir dan berdoa dengan menghadirkan hati dan anggota badan dalam keadaan tenang. Kemudian menuju ke Jumrah Wushto, melemparnya dan berdiri setelahnya sama seperti ketika melempar jumrah Ula. Lalu menuju jumrah Aqabah dan melemparnya tujuh kali.
Setelah itu, kembali ke penginapan dan malam itu menginap di Mina. Besoknya setelah selesai sholat Dhuhur di hari tasyrik kedua, maka melempar jumrah di hari itu dengan dua puluh satu buah kerikil seperti saat melempar di hari sebelumnya.
Setelah itu, maka dia di perkenankan memilih antara tetap berada di Mina atau kembali ke Mekkah. Jika keluar dari Mina sebelum terbenamnya matahari, maka dia tidak terkena kewajiban apa-apa. Namun jika masih berada di Mina hingga malam tiba, maka tidak di perkenankan baginya keluar dari Mina, akan tetapi harus melakukan mabit hingga selesai melempar jumrah di hari ketiga sebanyak dua puluh satu buah kerikil seperti hari-hari sebelumnya.
Ketika meninggalkan mabit dan tidak melempar jumrah, maka wajib menyembelih binatang sebagai denda. Baginya di perkenankan berkunjung ke Baitullah di malam-malam saat mabit di Mina dengan syarat menginap di Mina. Hendaknya jangan sampai meninggalkan jamaah sholat fardlu bersama imam di masjid Al Khoif, karena fadilahnya sangat besar.

# Kelompok amalan ke delapan adalah tentang sifat umrah dan amaliah setelahnya hingga pelaksanaan thowaf Wada’.
Bagi orang yang akan melaksanakan umrah sebelum atau setelah haji, maka hendaknya melakukan mandi dan mengenakan pakaian ihram seperti di dalam pelaksanaan ihram haji. Melaksanakan ihram di sertai niat umrah dari miqot, membaca talbiyah, sholat dua rokaat dan berdoa sesuai dengan yang di inginkan. Kemudian kembali ke Mekkah seraya membaca talbiyah hingga masuk ke masjid al Haram. Ketika sudah masuk masjid, maka menghentikan bacaan talbiyah, melakukan thowaf tujuh kali dan melakukan sa’I diantara bukit Shofa dan Marwa tujuh kali seperti yang telah aku jelaskan. Setelah itu melakukan halqu maka ibadah umrah yang dia lakukan sudah selesai.
Bagi orang yang berada di Makkah hendaknya memperbanyak melakukan umrah, dan thowaf. Hendaknya juga membanyak minum air zamzam hingga puas.

Kelompok amalan ke sembilan adalah tentang thowaf Wada’
Ketika hendak pulang ke daerah asal setelah selesai menyempurnakan ibadah haji dan umrah, maka hendaknya pertama kali menuntaskan aktifitasnya dan mempersiapkan pemberangkatan. Dan hendaknya aktifitas yang di lakukan terakhir adalah berpamitan ke Baitullah.
Cara berpamitan ke Baitullah adalah melakukan thowaf tujuh kali seperti yang sudah di jelaskan, namun tanpa melakukan romal dan tanpa mengenakan selendang. Setelah itu melaksanakan sholat di belakang maqam Ibrohim dan minum air Zamzam, kemudian menuju Multazam dan berdoa dengan sepenuh hati dengan mengucapkan :
" اَللّهُمَّ أَصْحِبْنِي الْعَافِيَةَ فِيْ بَدَنِيْ وَالْعِصْمَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَأَحْسِنْ مُنْقَلَبِيْ وَارْزُقْنِيْ طَاعَتَكَ أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِيْ وَاجْمَعْ لِيْ خَيْرَالدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ "
“ya Allah, sertakanlah kesehatan pada badanku, penjagaan pada agamaku, baguskanlah tempat kembali, berilah rizki padaku bisa taat pada Engkau selamanya, dan kumpulkanlah kebaikan dunia akhirat padaku. Sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Mahakuasa atas semua perkara”

# Kelompok amalaan ke sepuluh adalah tentang berkunjung ke kota Madinah dan etika saat berkunjung ke sana.
Bagi orang yang akan berkunjung ke Madinah hendaknya memperbanyak membaca sholawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw selama perjalanan. Sebelum masuk Madinah hendaknya mandi terlebih dahulu, memakai wewangian, dan mengenakan pakaiannya yang paling bersih.
Ketika masuk Madinah, maka hendaknya masuk dalam keadaan tawadlu’ dan ta’dzim, Menuju masjid dan melaksanakan sholat dua rokaat di samping mimbar. Kemudian menuju ke Makam baginda Nabi Muhammad Saw dan menghadap ke wajah beliau, dengan membelakangi kiblat dan menghadap ke dinding makam yang berada kira-kira empat dziro’ dari tiang yang berada di sudut dinding makam.
Tidak sunnah menyentuh dan mencium dinding makam karena sesungguhnya menyentuh dan mencium makam adalah kebiasaan orang Nasrani dan Yahudi, bahkan berada agak jauh itu lebih memuliakan.
Berdiri seraya mengucapkan :
اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ اللهِ, اَلسّلَامُ عَلَيْكَ يَا أَمِيْنَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا حَبِيْبَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا صَفْوَةَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيِكَ يَا أَبَا الْقَاسِمِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا خَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا قَاعِدَ الْخَيْرِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا فَاتِحَ الْبِرِّ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ الرَّحْمَةِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا هَادِيَ الْأُمَّةِ, اَلسَّلَاُم عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِ بَيِتِكَ وَأَصْحَابِكَ الطَّيِّبِيْنَ جَزَاكَ اللهُ عَنَّا أَفْضَلَ مَا جَزَى نَبِيًّا عَنْ قَوْمِهِ وَرَسُولًا عَنْ أُمَّتِهِ وَصَلَّى عَلَيْكَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَأَكْمَلَ مَا صَلَّى عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ كَمَا اسْتَنْقَذْنَا بِكَ مِنَ الضَّلَالَةِ وَبَصُرْنَا بِكَ مِنَ الْعِمَايَةِ وَهَدَانَا بِكَ مِنَ الْجَهَالَةِ أَشْهَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّيْتَ الْأَمَانَةِ وَنَصَحْتَ الْأُمَّةَ وَجَاهَدْتَ عَدُوَّكَ وَهَدَيْتَ أُمَّتَكَ وَعَبَدْتَ رَبَّكَ حَتَّى أَتَاكَ الْيَقِيْنُ فَصَلَّى اللهُ عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِكَ الطَّيِّبِيْنَ وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَعَظَّمَ
            Kemudian mundur kira-kira satu dziro’ dan mengucapkan salam kepada sahabat Abu Bakar Ra. Lalu mundur kira-kira satu dziro’ lagi dan mengucapkan salam kepada sahabat Umar Al Faruq Ra serta mengucapkan, “assalamualaikuma wahai kedua patih baginda Nabi Muhammad Saw dan penolong beliau untuk menegakkan agama saat Nabi masih hidup, dan yang mengurusi permasalahan agama umat ketika beliau sudah tiada. Anda berdua telah mengikuti jejak baginda Nabi Saw di dalam menegakkan agama dan melaksanakan sunnah beliau. Semoga Allah memberikan kepada anda berdua balasan terbaik yang pernah di berikan pada kedua patih seorang Nabi atas agamanya.
            Kemudian menuju ke Raudloh dan sholat dua rokaat serta berdoa sebanyak-banyaknya yang mampu dia lakukan. Sunnah mendatangi gunung Uhud untuk berziarah ke makam para syuhada’. Mendatangi pemakaman Baqi’ dan berziarah kepada orang-orang pilihan di sana. Mendatangi masjid Kuba’ setiap hari Sabtu dan melaksanakan sholat di sana. Jika memungkinkan berada di Madinah dengan menjaga khidmah maka hal itu mengandung keutamaan yang sangat besar.
            Kemudian jika ingin keluar dari Madinah, maka sunnah ziarah ke Makam baginda Nabi Muhammad Saw dan mengulangi do’a ziarah seperti di depan, serta memohon pada Allah Swt agar di beri rizki bisa kembali ziarah ke makam baginda beliau. Kemudian sholat dua rokaat di Raudloh. Saat keluar, maka hendaknya mengeluarkan kaki kiri dulu kemudian kaki kanan. Dan hendaknya bersedekah semampunya pada orang-orang yang bertetangga dengan baginda Nabi Muhammad Saw.

Kesunahan-Kesunahan Saat Pulang Dari Perjalanan Ihram

Setiap berada di tempat yang subur / mulia, maka sunnah membaca takbir tiga kali seraya mengucapkan,
" لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.أَيِّبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ"
“tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Seluruh kekuasaan dan pujian hanya untuk-Nya. Ia Mahakuasa atas semua perkara. Kami adalah orang-orang yang kembali, taubat, menyembah, sujud dan memuji pada Tuhan kami’
            Ketika sudah mendekati daerahnya, maka sunnah mengerakkan kendaraan dan mengirimkan seseorang yang membawa kabar kepada keluarganya agar kedatangannya tidak mengejutkan. Dan sebaiknya tidak pulang ke rumah di malam hari.
            Ketika masuk daerahnya, maka hendaknya pertama kali menuju ke masjid dan melaksanakan sholat dua rokaat. Setelah berada di rumah, hendaknya tidak lupa atas nikmat yang di berikan Allah Swt padanya, yaitu bisa berkunjung ke tanah Haram dan ke makam baginda Nabi Muhammad Saw. Dia dianggap mengkufuri nikmat ini jika kembali lupa kepada Allah Swt, melakukan hal-hal yang tidak berguna dan terjerumus dalam kemaksiatan. Maka perilaku jelek seperti ini bukanlah tanda haji Mabrur, akan tetapi tanda haji Mabrur adalah pulang dalam keadaan cinta kepada urusan akhirat dan setelah berkunjung ke Baitullah, maka mempersiapkan diri untuk bertemu Allah Swt, Tuhan Baitullah.

(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Arti Mukmin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer