ETIKA YANG LEMBUT DAN AMALAN YANG BATHIN

Adab Yang Lembut Ada Tujuh

Pertama, biaya yang di gunakan haji berupa harta halal dan tujuannya hanya karena Allah Ta’ala dan mengagungkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Bagi orang yang melaksanakan haji atas nama orang lain, maka hendaknya bertujuan untuk ziarah ke Baitullah dan menolong saudaranya yang muslim untuk menggurkan kawajibannya, bukan menjadikannya sebagai pekerjaan dan lahan perdagangan. Karena hal itu berarti menjadikan agama sebagai perantara mendapatkan perkara duniawi sehingga dia mencari harta duniawi dengan amal akhirat. Akan tetapi hendaknya dia menjadikan semua ini untuk menggapai hal yang bernilai agama yaitu bisa melaksanakan haji dan ziaroh- dengan perantara sesuatu yang bernilai duniawi.

            Kedua, memperbanyak bekal, rela sepenuh hati ketika menyerahkan harta, menafkahkan harta tidak terlalu ngirit dan tidak terlalu boros, namun sedang-sedang saja. Membelanjakan bekal saat perjalanan haji adalah menafkahkan harta di jalan Allah Azza Wa Jalla. 

Sahabat Ibn Umar Ra berkata, “diantara kemuliaan seorang laki-laki adalah membawa bekal yang bagus saat bepergian ”.

            Ketiga, menghindari rofats -ucapan jelek-, fusuq –maksiat- dan jidal –bertengkar-, sebagaimana yang di jelaskan oleh Al Qur’an. Rofats adalah sebuah kata yang mencakup segala bentuk ucapan yang tidak berguna dan ucapan tercela. Diantaranya adalah merayu wanita, ngobrol tentang jima’ dan pemanasannya, karena semua itu bisa membangkitkan gairah jima’ yang di haramkan. Sesuatu yang mengajak ke perkara yang haram maka hukumnya adalah haram. Fusuq adalah sebuah kata yang mencakup segala bentuk perbuatan yang melenceng dari taat kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Jidal adalah terlalu berlebihan di dalam berdebat dengan cara yang menyebabkan sakit hati dan bertentangan dengan akhlak yang mulia. Maka hendaknya tidak terlalu sering berbuat kasar pada teman, sopir atau yang lainnya, akan tetapi hendaknya berbuat yang halus adan tawadlu’ kepada orang-orang yang hendak menuju ke Baitullah Azza Wa Jalla dan selalu menjaga akhlak yang mulia. Akhlak mulia bukan hanya mencegah perbuatan yang menyakiti orang lain, akan tetapi juga menahan diri jika di sakiti.

            Keempat, menghindari hal-hal yang biasa di kenakan oleh orang-orang yang bermegah-megahan dan sombong. Agar dirinya tidak memiliki kecenderungan  kepada hal yang terkesan sombong dan bermegah-megahan, sehingga dia di masukkan pada catatan golongan orang-orang yang sombong dan di keluarkan dari golongan orang-orang yang sholeh. Dalam sebuah hadits di sebutkan, “orang yang haji itu dalam keadaan kusut rambut dan wajahnya.” Allah Swt berfirman dalam surat Al Hajj ayat 29 :

Artinya : “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka”.

 
            At tafasts adalah kusut wajah dan rambutnya. Menghilangkan kusut itu dengan cara mencukur rambut, memotong kumis dan kuku.

            Kelima, belas kasih pada binatang yang di jadikan kendaraan. Maka hendaknya tidak memberi muatan terlalu berat yang tidak mampu di tanggungnya, tidak menempuh perjalanan terlalu jauh  dan sesekali menghentikan perjalanan untuk istirahat, karena berbuat baik pada kendaraannya.

            Keenam, melakukan kurban dengan menyembelih binatang walaupun hukumnya tidak wajib baginya. Berusaha mencari binatang yang gemuk dan baik, dan memakan sebagian daging jika memang bukan kurban wajib. Tujuan dari kurban ini bukanlah mencari dagingnya, akan tetapi tujuannya murni untuk membersihkan hati, mensucikannya dari sifat kikir dan menghiasinya dengan sifat mengagungkan kepada Allah Swt. Allah Swt befirman dalam surat Al Hajj ayat 37 :
 
Artinya : “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. 

Ketujuh, rela sepenuh hati atas apa yang di nafkahkan, baik hadyah atau biaya yang lain, atas apa yang menimpahnya, baik kerugian atau musibah pada harta atau badan. Karena setiap kesulitan dan kesusahan yang menimpa itu mengandung pahala yang tidak akan tersisa-sisa sedikitpun di sisi Allah Azza Wa Jalla. Ada yang mengatakan bahwa di antara tanda haji yang di terima oleh Allah Swt adalah meninggalkan segala yang bernilai maksiat, mendapat teman-teman yang sholeh sebagai ganti dari teman-teman yang jelek, dan mendatangi majlis-majlis dzikir dan ingat kepada Allah dengan meninggalkan majlis-majlis yang tidak berguna serta lupa kepada Allah Swt.

(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Arti Mukmin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer