Tanda Baca AlQuran

Tanda Tanda Baca Dan Pencetakan AlQur'an

Dalam mushhaf Utsmani, penulisan Al-Qur'an memakai huruf-huruf kuufii. Yakni huruf yang berbentuk menyerupai garis lurus, tanpa titik dan baris. Penulisan Al-Qur'an tersebut saat itu tidaklah bermasalah bagi para sahabat, karena mereka selain fasih berbahasa Arab juga telah menghafalnya dengan lancar. Setelah banyak orang non-Arab memeluk Islam, timbullah kesulitan besar dalam membaca tulisan Al-Qur'an.

Karena itu salah seorang pemuka tabi'in yang bernama Abu Al-Aswad Ad-Duwali yang hidup pada zaman Muawiyah bin Abu Sufyan berinisiatif memberi tanda titik-titik sebagai tanda fatha, kasroh, dhommah, serta syaddah, sukun dan tanwin dalam Al-Qur'an.

Karena tanda-tanda baca itu belum banyak menolong orang awam, maka ditambahkan tanda titik untuk menandakan huruf tertentu oleh Yahya bin Ya'mur dan Nasir bin Asim pada masa Kholifah Abdul Malik bin Marwan. Dengan begitu mudah dibedakan antara huruf ba, ta, tsa, dan ya.

Tanda-tanda baca tersebut tetap dipakai sampai abad ke-4, permulaan Dinasti Abbasiyah.
Selanjutnya tanda fatha, kasroh, dhommah, serta syaddah, sukun dan tanwin berupa titik-titik yang dibuat oleh Abu Al-Aswad AdDuwali disempurnakan oleh Kholil bin Ahmad bin Amr bin Tamim al-Farihidi sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an yang beredar saat ini. Dan pada masa Kholifah Al-Ma'mun, para ahli giroah menambahkan lagi beberapa tanda dalam penulisan Al-Qur'an, seperti tanda ayat, tanda ibtida (memulai membaca) dan wagof berhenti membaca), Selain itu mereka juga menambahkan keterangan nama, tempat turunnya, dan jumlah ayat pada setiap awal surat, serta dilengkapi dengan tanda pemisah juz berikut penomorannya. Begitu seterusnya penulisan Al-Qur'an mengalami perbaikan secara bertahap hingga lengkap sebagaimana kita dapati sekarang ini.

Sampai abad ke-16 Al-Qur'an disalin dari diperbanyak dari mushhaf 'Utsmani dengan cara ditulis tangan. Baru pada tahun 1694 penggandaan Al-Qur'an dilakukan dengan menggunakan mesin cetak.

Pencetakan Al-Qur'an pertama kali dilakukan di Hamburg, Jerman, beberapa waktu setelah penemuan mesin cetak oleh Bangsa Eropa. Pencetakan Al-Qur'an oleh umat Islam sendiri baru dilakukan pada tahun 1787 dan diterbitkan di St. Petersburg, Rusia. Kemudian dicetak pula di Kazan (pada tahun 1828), di Persia (Iran) pada tahun 1838, dan di Istanbul (Turki) tahun 1877.

Fluegel, seorang orientalis berkebangsaan Jerman, pada tahun 1858 juga menerbitkan Al-Qur'an yang dilengkapi dengan pedoman (tanda-tanda baca) yang bermanfaat. Terkenallah Al-Qur'an itu dengan nama Edisi Fluegel dan banyak dijadikan rujukan kalangan orientalis dari berbagai generasi. Tetapi dalam Al-Qur'an terbitan Fluegel tersebut akhirnya ditemukan adanya kesalahan besar. Yakni penomoran ayat-ayatnya berbeda dengan sistem yang ada mushhaf Utsmani. Karena itulah sejak awal abad ke-20, pencetakan Al-Qur'an dilakukan di dunia Islam sendiri. Tentu saja dengan pengawasan yang sangat ketat oleh para ulama guna menghindari kesalahan cetak.

Al-Qur'an yang banyak beredar di dunia Islam dewasa ini, adalah cetakan edisi Mesir yang diprakarsai oleh Raja Fuad. Edisi Mesir tersebut ditulis berdasarkan Qiroah Nasir bin Asim yang diriwayatkan oleh Hafs dan diterbitkan pertama kali di Kairo tahun 1925. Lalu tahun 1947, atas prakarsa Sa'id Nursi seorang kaligrafi Turki terkemuka, pemerintah Turki mencetak Al-Qur'an memakai teknik cetak offset dengan huruf-huruf yang indah. Dan pencetakan Al-Qur'an dalam berbagai ukuran mulai dilakukan pada tahun 1976 di Berlin (Jerman) oleh percetakan yang dikelola pengikut Sa'id Nursi.

Pencetakan dan penerbitan Al-Qur'an di Indonesia haruslah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Untuk keperluan tersebut, pemerintah dan Kementerian agama membentuk suatu lembaga khusus yang bernama Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an yang bertugas, antara lain, mengoreksi dan mentashih setiap Al-Qur'an yang mau diterbitkan. Dengan adanya lembaga ini maka diharapkan Al-Qur'an yang diterbitkan dan diedarkan di Indonesia terjaga dari segala bentuk kekeliruan dan kesalahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer