(Fasal) menjelaskan hak talak suami yang merdeka,
suami yang berupa budak dan permasalahan-permasalahan yang lain.
|
(فَصْلٌ)
فِيْ طَلَاقِ الْحُرِّ وَالْعَبْدِ وَغَيْرِ ذَلِكَ
|
Suami yang merdeka memiliki hak talak tiga kali
atas istrinya walaupun istrinya berstatus budak.
|
(وَيَمْلِكُ)
الزَّوْجُ (الْحُرُّ) عَلَى زَوْجَتِهِ وَلَوْ كَانَتْ أَمَّةً (ثَلَاثَ تَطْلِيْقَاتٍ
|
Dan suami yang berstatus budak hanya memiliki hak
talak dua kali atas istrinya, baik istrinya berstatus merdeka ataupun budak.
|
وَ) يَمْلِكُ (الْعَبْدُ) عَلَيْهَا (تَطْلِيْقَيْنِ)
فَقَطْ حُرَّةً كَانَتِ الزَّوْجَةُ أَوْ أَمَّةً
|
Budak muba’adl, mukatab, dan budak mudabbar itu
sama dengan budak yang murni.
|
وَالْمُبَعَّضُ وَالْمُكَاتَبُ وَالْمُدَبَّرُ كَالْعَبْدِ
الْقِنِّ
|
Istisna’ (Mengecualikan) Dalam Talak
Istisna’ dalam talak hukumnya sah ketika istisna’ bersambung dengan talak yang
diucapkan.
|
(وَيَصِحُّ
الْاِسْتِثْنَاءُ فِيْ الطَّلَاقِ إَذَا وَصَلَهُ بِهِ)
|
Maksudnya sang suami menyambung lafadz “mustasna (yang dikecualikan)” dengan
lafadz “mustasna minhu (yang
diambil pengecualiannya)” dengan
bentuk penyambungan secara ‘urf,
dengan arti kedua lafadz tersebut dianggap satu perkataan secara ‘urf.
|
أَيْ وَصَلَ الزَّوْجُ لَفْظَ الْمُسْتَثْنَى بِالْمُسْتَثْنَى
مِنْهُ اتِّصَالًا عُرْفِيًّا بِأَنْ يُعَدَّ بِالْعُرْفِ كَلَامًا وَاحِدًا
|
Juga disyaratkan suami harus niat mengecualikan
sebelum selesai mengucapkan kalimat talak.
|
وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا أَنْ يَنْوِيَ الْاِسْتِثْنَاءَ
قَبْلَ فَرَاغِ الْيَمِيْنِ
|
Dan tidak cukup mengucapkan pengecualian tanpa disertai niat untuk mengecualikan.
|
وَلَا يَكْفِيْ التَّلَفُّظُ بِهِ مِنْ غَيْرِ نِيَّةِ
الْاِسْتِثْنَاءِ
|
Dan juga disyaratkan yang dikecualikan (mustasna)
tidak menghabiskan jumlah yang diambil pengecualiannya (mustasna minhu).
|
وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا عَدَمُ اسْتِغْرَاقِ الْمُسْتَثْنَى
الْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
|
Sehingga, jika menghabiskan seperti ucapan
“engkau tertalak tiga kecuali tiga”, maka pengecualian tersebut batal.
|
فَإِنِ اسْتَغْرَقَ كَأَنْتِ طَالِقٌ ثَلَاثًا إِلَّا
ثَلَاثًا بَطَلَ الْاِسْتِثْنَاءُ
.
|
Ta’liq (Penggantungan) Talak
Sah menta’liq talak dengan sifat dan syarat.
Seperti kata-kata “jika engkau masuk
rumah, maka engkau tertalak”, maka sang istri menjadi tertalak ketika
masuk rumah.
|
(وَيَصِحُّ
تَعْلِيْقُهُ) أَيِ الطَّلَاقِ (بِالصِّفَةِ وَالشَّرْطِ) كَإِنْ دَخَلْتِ الدَّارَ
فَأَنْتِ طَالِقٌ فَتُطَلَّقُ إِذَا دَخَلَتْ
|
Talak
tidak bisa jatuh kecuali terhadap istri.
|
(وَ)
الطَّلَاقُ لَا يَقَعُ إِلَّا عَلَى زَوْجَةٍ
|
Kalau demikian, maka talak tidak bisa jatuh -terhadap
seorang wanita- sebelum menikah.
|
وَحِيْنَئِذٍ (لَا يَقَعُ الطَّلَاقُ قَبْلَ النِّكَاحِ)
|
Sehingga tidak sah mentalak wanita lain -bukan
istri- dengan bentuk talak secara langsug seperti ucapan seorang laki-laki
pada wanita tersebut, “aku mentalakmu.”
|
فَلَا يَصِحُّ طَلَاقُ الْأَجْنَبِيَّةِ تَنْجِيْزًا
كَقَوْلِهِ لَهَا طَلَّقْتُكِ
|
Dan juga tidak dengan bentuk talak yang
digantungkan seperti ucapan seorang laki-laki pada wanita yang bukan
istrinya, “jika aku menikah denganmu,
maka engkau tertalak”, atau “jika
aku menikah dengan fulanah, maka ia tertalak.”
|
وَلَا تَعْلِيْقًا كَقَوْلِهِ لَهَا إِنْ تَزَوَّجْتُكِ
فَأَنْتِ طَالِقٌ أَوْ إِنْ تَزَوَّجْتُ فُلَانَةً فَهِيَ طَالِقٌ .
|
Orang-Orang
Yang Tidak Sah Menjatuhkan Talak
Ada empat orang yang tidak bisa menjatuhkan
talak, yaitu anak kecil, orang gila, yang semakna dengan orang gila adalah
orang epilepsi.
|
(وَأَرْبَعٌ
لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمُ الصَّبِيُّ وَالْمَجْنُوْنُ) وَفِيْ مَعْنَاهُ الْمُغْمَى
عَلَيْهِ
|
Orang yang tidur dan orang yang dipaksa
menjatuhkan talak, maksudnya dengan tanpa alasan yang benar.
|
(وَالنَّائِمُ
وَالْمُكْرَهُ) أَيْ بِغَيْرِ حَقٍّ
|
Sehingga, jika pemaksaan tersebut di dasari
dengan alasan yang benar, maka jatuh talak.
|
فَإِنْ كَانَ بِحَقٍّ وَقَعَ
|
Bentuk pemaksaan dengan alasan yang benar seperti
penjelasan sekelompok ulama’, adalah pemaksaan talak yang dilakukan oleh
seorang qadli terhadap suami yang melakukan sumpah ila’ setelah melewati masa ila’.
|
وَصُوْرَتُهُ كَمَا قَالَ جَمْعٌ إِكْرَاهُ الْقَاضِيْ
لِلْمُوْلِيْ بَعْدَ مُدَّةِ الْإِيْلَاءِ عَلَى الطَّلَاقِ
|
Syarat-Syarat
Pemaksaan
Syarat ikrah / paksaan adalah kemampuan al mukrih (orang yang memaksa), dengan
terbaca kasrah huruf ra’nya, untuk membuktikan ancamannya terhadap al mukrah (orang yang dipaksa), dengan
terbaca fathah huruf ra’nya, baik
dengan mengandalkan kekuasaan atau kekuatan.
|
وَشَرْطُ الْإِكْرَاهِ قُدْرَةُ الْمُكْرِهِ بِكَسْرِ
الرَّاءِ عَلَى تَحْقِيْقِ مَا هَدَّدَ بِهِ الْمُكْرَهَ بِفَتْحِهَا بِوِلَايَةٍ
أَوْ تَغَلُّبٍ
|
Lemahnya al
mukrah (orang
yang dipaksa), dengan terbaca fathah huruf ra’nya, untuk melawan /
menghentikan al mukrih (orang yang
memaksa), dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, baik dengan lari darinya,
meminta tolong pada orang yang bisa menyelamatkannya, atau cara-cara
sesamanya.
|
وَعَجْزُ الْمُكْرَهِ بِفَتْحِ الرَّاءِ عَنْ دَفْعِ
الْمُكْرِهِ بِكَسْرِهَا بِهَرَبٍ مِنْهُ أَوْ اسْتِغَاثَةٍ بِمَنْ يُخْلِصُهُ أَوْ
نَحْوِ ذَلِكَ
|
Dan al
mukrah (orang yang dipaksa) mempunyai dugaan bahwa sesungguhnya jika ia
tidak mau melakukan apa yang dipaksakan padanya, maka al mukrih (orang yang memaksa) akan membuktikan ancamannya.
|
وَظَنُّهُ أَنَّهُ إِنِ امْتَنَعَ مِمَّا أُكْرِهَ عَلَيْهِ
فَعَلَ مَا خَوَّفَهُ بِهِ
|
Pemaksaan bisa hasil dengan ancaman pukulan
keras, penjara, merusakkan harta atau sesamanya.
|
وَيَحْصُلُ الْإِكْرَاهُ بِالتَّخْوِيْفِ بِضَرْبٍ شَدِيْدٍ
أَوْ حَبْسٍ أَوْ إِتْلَافِ مَالٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ
|
Ketika
dari al mukrah (orang yang dipaksa)
nampak ada qarinah (petunjuk) bahwa
ia melakukan dengan keinginan sendiri, dengan contoh semisal seseorang
dipaksa menjatuhkan talak tiga namun kemudian dia menjatuhkan talak satu,
maka talak yang ia lakukan sah / jatuh.
|
وَإِذَا ظَهَرَ مِنَ الْمُكْرَهِ بِفَتْحِ الرَّاءِ قَرِيْنَةُ
إخْتِيَارٍ بِأَنْ أُكْرِهَ شَخْصٌ عَلَى طَلَاقِ ثَلَاثٍ فَطَلَّقَ وَاحِدَةً وَقَعَ
الطَّلَاقُ
|
Ketika ada orang mukallaf menggantungkan talak
dengan sifat dan sifat tersebut baru wujud ketika orang tersebut tidak dalam
keadaan mukallaf, maka sesungguhnya talak yang dita’liq dengan sifat tersebut
menjadi jatuh.
|
وَإِذَا صَدَرَ تَعْلِيْقُ الطَّلَاقِ بِصِفَةٍ مِنْ
مُكَلَّفٍ وَوُجِدَتْ تِلْكَ الصِّفَةُ فِيْ غَيْرِ تَكْلِيْفٍ فَإِنَّ الطَّلَاقَ
الْمُعَلَّقَ بِهَا يَقَعُ
|
Orang yang sedang mabuk ketika menjatuhkan talak,
maka talaknya sah seperti penjelasan di depan.
|
وَالسَّكْرَانُ يَنْفُذُ طَلَاقُهُ كَمَا سَبَقَ
|
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Baca juga artikel kami lainnya : Asal Mula Kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar