(Fasal) menjelaskan
hukum-hukum wakalah.
|
(فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ
الْوَكَالَةِ
|
Lafadz “wakalah” dengan
terbaca fathah atau
kasrah huruf waunya, secara bahasa memiliki arti memasrahkan.
|
وَهِيَ
بِفَتْحِ الْوَاوِ وَكَسْرِهَا فِي اللُّغَةِ التَّفْوِيْضُ
|
Dan secara syara’ adalah
pemasrahan seseorang terhadap sesuatu yang boleh ia kerjakan sendiri dan bisa
untuk digantikan kepada orang lain agar ia mengerjakannya saat orang yang
memasrahkan masih hidup.
|
وَفِيْ
الشَّرْعِ تَفْوِيْضُ شَخْصٍ شَيْئًا لَهُ فِعْلُهُ مِمَّا يَقْبَلُ النِّيَابَةَ
إِلَى غَيْرِهِ لِيَفْعَلَهُ حَالَ حَيَاتِهِ
|
Dengan qayyid ini (saat
masih hidup), mengecualikan isha’
(wasiat).
|
وَخَرَجَ
بِهَذَا الْقَيِّدِ الْإِيْصَاءُ
|
Syarat
Wakalah
Mushannif menyebutkan
batasan wakalah di dalam perkataan beliau, -di bawah ini-
|
وَذَكَرَ
الْمُصَنِّفُ ضَابِطَ الْوَكَالَةَ فِي قَوْلِهِ
|
Setiap sesuatu yang boleh
dikerjakan sendiri oleh seseorang, maka baginya diperbolehkan untuk
mewakilkan pada orang lain, atau menerima beban wakil dari orang lain untuk
mengerjakan hal tersebut.
|
(وَكُلُّ مَا جَازَ
لِلْإِنْسَانِ التَّصَرُّفُ فِيْهِ بِنَفْسِهِ جَازَ لَهُ أَنْ يُوَكِّلَ)
فِيْهِ غَيْرَهُ (أَوْ يَتَوَكَّلَ فِيْهِ) عَنْ غَيْرِهِ
|
Sehingga anak kecil dan orang
gila tidak bisa menjadi orang yang mewakilkan atau menjadi wakil.
|
فَلَا
يَصِحُّ مِنْ صَبِيٍّ أَوْ مَجْنُوْنٍ أَنْ يَكُوْنَ مُوَكِّلًا وَلَا وَكِيْلًا
|
Syarat
Pekerjaan Yang Diwakilkan
Syarat pekerjaan yang
diwakilkan harus bisa digantikan orang lain.
|
وَشَرْطُ
الْمُوَكَّلِ فِيْهِ أَنْ يَكُوْنَ قَابِلًا لِلنِّيَابَةِ
|
Sehingga tidak sah
mewakilkan dalam ibadah badaniyah,
kecuali ibadah haji dan membagikan zakat semisal.
|
فَلَا
يَصِحُّ التَّوْكِيْلُ فِيْ عِبَادَةٍ بَدَنِيَّةٍ إِلَّا الْحَجَّ وَتَفْرِقَةَ
الزَّكَاةِ مَثَلًا
|
-syaratnya lagi- orang yang
mewakilkan sudah memiliki hak atas apa yang akan diwakilkan.
Sehingga seandainya seseorang mewakilkan pada orang lain untuk menjual budak
yang baru akan dia miliki, atau mewakilkan untuk melakukan talak terhadap
seorang wanita yang baru akan dia nikahi, maka akad wakalah tersebut batal.
|
وَأَنْ
يَمْلِكَهُ فَلَوْ وَكَّلَ شَخْصًا فِيْ بَيْعِ عَبْدٍ سَيَمْلِكُهُ أَوْ فِيْ
طَلَاقِ امْرَأَةٍ سَيَنْكِحُهَا بَطَلَ.
|
Konsekwensi
Wakalah
Wakalah adalah akad yang jaiz
dari kedua belah pihak.
|
(وَالْوَكَالَةُ عَقْدٌ
جَائِزٌ) مِنَ الطَّرَفَيْنِ
|
Dengan demikian, maka
masing-masing dari keduanya, maksudnya muwakkil dan wakil, diperkenankan
merusak akad kapanpun mereka menghendaki.
|
(وَ) حِيْنَئِذٍ (لِكُلٍّ
مِنْهُمَا) أَيِ الْمُوَكِّلِ وَالْوَكِيْلِ (فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ
|
Akad wakalah menjadi rusak
sebab salah satu dari keduanya meninggal dunia, gila, atau pingsan.
|
وَتَنْفَسِخُ)
الْوَكَالَةُ (بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا) أَوْ جُنُوْنِهِ أَوْ إِغْمَائِهِ
|
Wakil adalah orang yang
dipercaya.
|
(وَالْوَكِيْلُ آمِيْنٌ)
|
Perkataan mushannif, “ pada
barang yang ia terima dan tasharruf yang ia lakukan”, tidak tercantum di dalam kebanyakan
redaksi.
|
وَقَوْلُهُ
(فِيْمَا يَقْبِضُهُ وَفِيْمَا يَصْرِفُهُ) سَاقِطٌ فِيْ أَكْثَرِ النَّسْخِ
|
Seorang wakil tidak dibebani
untuk menganti kecuali sebab teledor terhadap sesuatu yang diwakilkan
padanya.
|
(وَلَا يَضْمَنُ) الْوَكِيْلُ (إِلَّا
بِالتَّفْرِيْطِ) فِيْمَا وُكِّلَ فِيْهِ
|
Diantara bentuk teledor
adalah ia menyerahkan barang yang dijual sebelum menerima tsamannya.
|
وَمِنَ
التَّفْرِيْطِ تَسْلِيْمُهُ الْمَبِيْعَ قَبْلَ قَبْضِ ثَمَنِهِ
|
Wakalah
Dalam Bai’
Bagi wakil yang melakukan
akad wakalah secara mutlak, tidak diperkenankan melakukan jual beli kecuali
dengan tiga syarat :
|
(وَلَا يَجُوْزُ) لِلْوَكِيْلِ
وَكَالَةً مُطْلَقَةً (أَنْ يَبِيْعَ
وَيَشْتَرِيَ إِلَّا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ)
|
Salah satunya adalah menjual
dengan tsaman (harga)
standar,
maksudnya tidak di bawanya dan tidak dengan menanggung
rugi yang terlalu parah.
|
أَحَدُهَا
(أَنْ يَبِيْعَ بِثَمَنِ الْمِثْلِ) لَا بِدُوْنِهِ وَلَا بِغَبْنٍ فَاحِشٍ
|
Rugi yang terlalu parah
adalah rugi yang tidak bisa ditolelir secara umum.
|
وَهُوَ
مَالَا يُحْتَمَلُ فِيْ الْغَالِبِ
|
Yang kedua, tsaman mitsli
harus dibayar secara kontan.
|
(وَ) الثَّانِيْ (أَنْ يَكُوْنَ)
ثَمَنُ الْمِثْلِ (نَقْدًا)
|
Sehingga, bagi wakil tidak
diperkenankan menjual dengan cara tempo walaupun dengan kadar tsaman mitsli.
|
فَلَا
يَبِيْعُ الْوَكِيْلُ نَسِيْئَةً وَإِنْ كَانَ قَدْرَ ثَمَنِ الْمِثْلِ
|
Yang ke tiga, pembayaran
kontan harus dengan mata uang negara tersebut.
|
(وَ) الثَّالِثُ (أَنْ
يَكُوْنَ) النَّقْدُ (بِنَقْدِ الْبَلَدِ)
|
Seandainya di negara
tersebut terdapat dua mata uang, maka si wakil menjual dengan mata uang yang
paling dominan
digunakan dari kedua mata uang tersebut.
|
فَلَوْ
كَانَ فِي الْبَلَدِ نَقْدَانِ بَاعَ بِالْأَغْلَبِ مِنْهُمَا
|
Jika ukurannya sama, maka si
wakil menjual dengan mata uang yang paling bermanfaat bagi muwakkil.
|
فَإِنِ
اسْتَوَيَا بَاعَ بِالْأَنْفَعِ لِلْمُوَكِّلِ
|
Jika tetap sama, maka ia
diperkenankan memilih.
|
فَإِنِ
اسْتَوَيَا تُخُيِّرَ
|
Bagi wakil tidak
diperkenankan menjual dengan uang receh walaupun laku seperti lakunya uang
emas dan perak.
|
وَلَا
يَبِيْعُ بِالْفُلُوْسِ وَإِنْ رَاجَتْ رَوَاجَ النُّقُوْدِ
|
Bagi wakil tidak
diperkenankan menjual pada dirinya sendiri secara mutlak.
|
(وَلَا يَجُوْزُ أَنْ يَبِيْعَ)
الْوَكِيْلُ بَيْعًا مُطْلَقًا (مِنْ نَفْسِهِ)
|
Dan tidak boleh juga pada
anaknya sendiri yang masih kecil walaupun muwakkil secara jelas
memperkenankan pada wakil untuk menjual pada anak kecil sebagaimana yang
disampaikan oleh imam al Mutawalli, berbeda dengan imam al Baghawi.
|
وَلَا
مِنْ وَلَدِهِ الصَّغِيْرِ وَلَوْ صَرَّحَ الْمُوَكِّلُ لِلْوَكِيْلِ فِيْ
الْبَيْعِ مِنَ الصَّغِيْرِ كَمَا قَالَهُ الْمُتَوَلِّي خِلَافًا لِلْبَغَوِيِّ
|
Menurut pendapat ashah,
sesungguhnya seorang wakil diperkenankan menjual pada orang tuanya
walaupun hingga ke atas, dan pada anaknya yang sudah baligh walaupun
sebawahnya jika si anak tidak dalam keadaan safih dan gila.
|
وَالْأَصَحُّ
أَنَّهُ يَبِيْعُ لِأَبِيْهِ وَإِنْ عَلَا وَلِابْنِهِ الْبَالِغِ وَإِنْ سَفُلَ
إِنْ لَمْ يَكُنْ سَفِيْهًا وَلَا مَجْنُوْنًا
|
Jika muwakkil secara jelas
menyuruh menjual pada keduanya, maka hukumnya sah secara pasti.
|
فَإِنْ
صَرَّحَ الْمُوَكِّلُ بِالْبَيْعِ مِنْهُمَا صَحَّ جَزْمًا
|
Wakil
Tidak Boleh Iqrar
Seorang wakil tidak
diperkenankan melakukan iqrar yang memberatkan muwakilnya.
|
(وَلَا يُقِرُّ) الْوَكِيْلُ
(عَلَى مُوَكِّلِهِ)
|
Sehingga, seandainya
seseorang mewakilkan pada orang lain dalam urusan sengketa, maka si wakil
tidak berhak melakukan iqrar yang memberatkan muwakkil, tidak berhak
membebaskan hutang yang dimiliki muwakkil, dan tidak memiliki hak melakukan
akad shuluh terhadap hutang tersebut.
|
فَلَوْ
وَكَّلَ شَخْصًا فِيْ خُصُوْمَةٍ لَمْ يَمْلِكِ الْإِقْرَارَ عَلَى الْمُوَكِّلِ
وَلَا الْإِبْرَاءَ مِنْ دَيْنِهِ وَلَا الصُّلْحَ عَنْهُ
|
Perkataan mushannif,
“kecuali dengan izin muwakkil”, tidak tercantum di dalam sebagian redaksi.
|
وَقَوْلُهُ (إِلَّا بِإِذْنِهِ) سَاقِطٌ فِيْ بَعْضِ
النُّسَخِ
|
Menurut pendapat ashah,
sesungguhnya mewakilkan iqrar hukumnya tidak sah.
|
وَالْأَصَحُّ
أَنَّ التَّوَكُّلَ فِي الْإِقْرَارِ لَا يَصِحُّ
|
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Baca juga artikel kami lainnya : Sifat Setan - Musuh-Musuh Dan Kawan-Kawan Setan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar