Perhatian Seorang Pedagang Terhadap Agamanya

Bagi seorang pedagang hendaknya tidak hanya sibuk mencari kehidupan dunia tanpa memperhatikan akhiratnya, sehingga umurnya akan terbuang sia-sia dan transaksi yang di lakukannya akan rugi.

Keuntungan akhirat yang hilang tidak akan bisa di gantikan oleh keuntungan yang di dapat di dunia, sehingga orang yang demikian termasuk golongan yang membeli kehidupan duniawi dengan akhiratnya.

Maka bagi orang yang berakal hendaknya memperhatikan dirinya. Bentuk perhatian terhadap diri adalah dengan menjaga modal utama yaitu agamanya, dan berdagang dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunannya. Perhatian terhadap agama hanya bisa sempurna dengan menjaga tujuh perkara :

Pertama, memulai berdagang dengan niat yang baik. Maka hendaknya berdagang di sertai niat agar tidak sampai meminta-minta dan mengharapkan pemberian orang lain, karena sudah merasa cukup dengan penghasilan yang halal. Dan niat berdagang agar bisa membantu untuk melaksanakan perintah agama dan memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan niat demikian, di harapkan dia masuk dalam golongan orang yang berjuang mencari rizki yang halal.

Hendaknya dia juga niat mengharapkan kebaikan untuk kaum muslimin, dan senang melakukan sesuatu yang dia senangi jika di lakukan pada dirinya. Hendaknya niat melakukan transaksi dengan cara yang adil dan ihsan sebagaimana yang telah saya jelaskan. Dan Hendaknya dia niat untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar setiap melihat sesuatu yang tidak baik di pasar.

Ketika seseorang berdagang di sertai niat seperti ini, maka dia adalah orang yang bekerja di jalan akhirat. Seandainya mendapatkan laba, maka itu menjadi bonus baginya. Dan jika rugi di dunia, maka sesungguhnya dia akan mendapatkan laba di akhirat.

Kedua, menyengaja melakukan pekerjaan dan dagang untuk melaksanakan satu bentuk fardlu dari macam-macamnya fardlu kifayah. Karena sesungguhnya pekerjaan dan perdagangan seandainya di tinggalkan, niscaya tidak akan ada penghasilan dan banyak makhluk yang akan mati. Teraturnya urusan manusia tergantung pada sosial mereka, dan saling bahu membahu untuk bekerja.

Diantara pekerjaan ada pekerjaan yang paling penting, dan pekerjaan yang tidak begitu di butuhkan karena kembalinya hanya mencari kesenangan dan berhias di dunia. Maka hendaknya tersibukkan dengan pekerjaan yang penting agar dengan melakukan hal tersebut dia bisa mewakili kaum muslimin dan memperhatikan urusan agama.

Ketiga, pasar dunia tidak menghalangi dirinya dari pasar akhirat. Yang di kehendaki dengan pasar akhirat adalah masjid-masjid. Allah Swt berfirman dalam surat An Nur ayat 37 :

Artinya : “ laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat ”.

Ulama’ salaf ketika mendengar adzan, maka mereka bergegas –ke masjid- dan meninggalkan pasar untuk ahli dzimah dan para anak kecil.

Ke empat, tidak hanya melakukan hal ini –hal-hal yang di jelaskan di atas- akan tetapi selalu berdzikir kepada Allah Swt saat berada di pasar, dan menyibukkan diri dengan membaca tahlil dan tasbih. Dzikir saat berada di pasar, di tengah-tengah orang yang lupa -kepada Allah-, itu termasuk sesuatu yang afdlol.

Ke lima, tidak terlalu senang di pasar dan berdagang, sehingga menjadi orang pertama yang datang ke pasar dan yang terakhir keluar.

Ke enam, tidak hanya menjauhi yang haram akan tetapi juga menjauhi tempat-tempat syubhat dan tempat yang masih di ragukan kehalalannya. Bertanya pada hati, jika di dalam hati merasa tidak yaman –ragu- maka jauhilah. Ketika ada seseorang menawarkan barang namun dia masih ragu-ragu akan perihalnya, maka tanyakanlah. Setiap orang yang mempunyai predikat dhalim, penghianat, pencuri atau riba, maka janganlah bertransaksi dengannya.

Ke tujuh, hendaknya meneliti seluruh transaksi yang di lakukan dengan setiap orang. Karena sesungguhnya dia akan di teliti dan di hisab, maka hendaknya dia mempersiapkan jawaban untuk hari hisab.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)

Baca juga artikel kami lainnya :  Sifat Nabi dan Rasul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer