IKHLAS

Ikhlas
Al-Faqih berkata : Muhammad bin Al-Fadl bin Ahnaf menceritakan kepada kami, di mana dia berkata : Muhammad bin Jafar Al-Karayisi menceritakan kepada kami, di mana dia berkata : Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, di mana dia berkata : Ismail bin Jafar menceritakan kepada kami dari Amr pelayan Al-Thalib dari Ashim dari Muhammad bin Labid, di mana ia mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda :

 "Sesuatu yang paling aku kawatirkan atas kamu adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya : ' Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu? ' Beliau bersabda : Riya'. Allah Ta'ala akan berfirman kepada mereka pada hari dibalasnya para hamba atas amal-amal perbuatan mereka : 'Pergilah kamu kepada orang-orang yang kamu pameri sewaktu di dunia, maka lihatlah apakah kamu dapat memperoleh sesuatu kebaikan dari mereka' "

Al-Faqih mengatakan bahwa mereka dikatakan seperti itu karena amal mereka sewaktu di dunia itu adalah hanya tipuan belaka, di mana mereka beramal untuk akhirat hanya tipuan saja, sebagaimana dijelaskan oleh Allah melalui firman-Nya :

"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka" (QS. An-Nisa, 4 : 142)

Maksudnya, Allah akan membalas mereka dengan balasan tipuan, maka hilanglah pahala amal mereka dan dikatakan kepada mereka : "Pergilah kamu kepada orang-orang yang kamu beramal karena mereka, karena sesungguhnya amal-amalmu tidak ada pahala sama sekali di sisi-Ku".

Hal itu disebabkan karena amal-amal mereka tidak iklas karena Allah Ta'ala. Seseorang akan memperoleh pahala apabila amalnya itu ikhlas hanya karena Allah semata-mata. Apabila seseorang beramal karena yang lain, maka di situ ada penyekutuan terhadap Allah, oleh karenanya Allah terlepas daripadanya.

Al-Faqih berkata : Muhammad bin Al-Fadl menceritakan kepada kami, Muhammad bin Jafar menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Ismail menceritakan kepada kami dari Amr dari Said bin Abu Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah dari Nabi saw., di mana beliau bersabda :

"Allah Ta'ala berfirman : 'Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan syirik. Aku tidak membutuhkan amal yang didalamnya terkandung persekutuan kepada selain Aku. Barang siapa yang mengerjakan suatu amal perbuatan yang di dalamnya terkandung persekutuan selain Aku, maka aku lepas daripadanya' "

Maksudnya, Allah lepas dari amal perbuatan itu, dan ada yang mengatakan bahwa Allah lepas dari orang yang mengerjakannya.

Dalam hadits di atas terkandung petunjuk bahwa Allah Ta'ala tidak menerima sedikitpun amal perbuatannya, kecuali amal yang dikerjakan karena ikhlas kepada-Nya. Apabila amal itu tidak ikhlas, maka Ia tidak akan menerimanya, di akhirat tidak ada pahala baginya dan tempat kembalinya adalah neraka Jahannam. Dalil yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah :

"Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini" (QS.Al-Isra', 17 : 18)

Maksudnya, barang siapa yang dengan amalnya hanya mengharapkan dunia dan tidak menginginkan pahala akhirat, maka Kami akan memberikannya di dunia sesuai dengan yang Kami kehendaki kepada orang yang Kami kehendaki pula. Allah berhak untuk membinasakan orang seperti itu dan berhak pula untuk memberikan kesenangan dunia kepadanya, kemudian di akhirat dia akan masuk neraka dalam keadaan hina dan dicerca. Akan tetapi barang siapa yang menginginkan pahal di akhirat dan berusaha melakukan setiap amal yang termasuk amal shalih itu  untuk akhirat dengan ikhlas karena Allah dan ia beriman kepada Allah tidak akan menerima amal yang tanpa didasari dengan iman, maka amal mereka itu diterima dengan baik oleh Allah.

Namun demikian masing-masing dari dua kelompok manusia itu (baik yang beramal bukan karena Allah maupun yang beramal ikhlas karena Allah semata) senantiasa mendapatkan kemurahan Allah yang tidak bisa dihalangi oleh siapapun. Maksudnya, Allah tetap mengaruniakan rezeki-Nya kepada siapa saja, baik orang mukmin dan orang yang baik maupun orang kafir dan orang jahat. Pada ayat di atas dijelaskan bahwa barang siapa yang beramal bukan karena Allah, maka ia tidak akan mendapatkan balasan di akhirat dan tempatnya adalah di neraka Jahannam, dan barang siapa yang beramal karena Allah, maka amalnya diterima oleh-Nya. Apabila seseorang beramal bukan karena Allah, maka ia tidak mendapat apa-apa dari amalnya itu kecuali letih dan capek, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits.
            
Al-Faqih berkata : Muhammad bin Jafar menceritakan kepada kami, di mana ia berkata : Muhammad bin Jafar menceritakan kepada kami, dimana ia berkata : Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Ismail menceritakan kepada kami dari Amr dari Abu Hurairah, bawasannya Nabi saw., bersabda :

"Acap kali ada orang yang berpuasa yang ia tidak memperoleh bagian apa-apa dari puasanya itu kecuali kecuali lapar dan dahaga, dan kadang-kadang orang yang mengerjakan sholat malam yang ia tidak memperoleh bagian apa-apa dari sholat malamnya itu kecuali jaga malam dan letih"

Maksudnya, apabila puasa dan shalat itu dikerjakan bukan karena Allah, maka tidak ada pahala baginya, sebagaimana yang diceritakan dari orang bijak, bawasannya ia mengumpamakan orang yang mengerjakan ibadah karena riya' (pamer kepada orang lain) dan sum'ah (menginginkan kepopuleran) adalah seperti orang yang pergi ke pasar yang memenuhi kantongnya dengan kerikil, kemudian orang-orang berkata : "Betapa penuhnya kantong orang itu", namun ia sendiri tidak bisa mengambil manfaatnya kecuali hanya pujian orang. Bila ia ingin membeli sesuatu, maka kerikil itu sama sekali tidak bisa digunakan sebagai alat beli dan ia tidak mendapatkan apa-apa. Demikian pula orang yang beramal karena riya' dan sum'ah, ia tidak akan bisa mengambil manfaat apa-apa dari amalnya itu kecuali hanya pujian orang, dan ia tidak akan mendapatkan pahala nanti di akhirat, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

"Dan kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan " (QS. Al-Furqan, 25 : 23)

Maksudnya amal yang merekan kerjakan bukan karena Allah Ta'ala, maka Allah membatalkan pahalanya dan dijadikan seperti debu yang berterbangan, yakni debu berhamburan di terik matahari.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer