Makna Hiqdu (Dendam), Buah Dendam Yaitu Selalu Merasa Berat di Dalam Hati, dan Keutaman Sifat Belas Kasih

Ketahuilah sesungguhnya kemarahan ketika di tahan sebab tidak bisa di lampiaskan seketika, maka akan masuk ke dalam hati dan menancap di dalamnya sehingga menjadi hiqdu (dendam). Makna hiqdu adalah hati selalu merasa berat, marah dan ingin menghidar dari orang yang di benci, semua itu akan selalu ada dan tetap di dalam hati.

Sesungguhnya baginda Nabi Muhammad Saw telah bersabda,

الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحَقُوْدٍ
 “orang mukmin bukan orang yang pendendam.”

Dendam adalah buah dari kemarahan, dan dendam akan bisa membuahkan beberapa perkara mungkar :

    Pertama, dendam. Dendam akan mendorongmu untuk berharap agar nikmat yang di dapat orang yang di dendam menjadi hilang. Maka engkau merasa sedih jika dia mendapatkan kenikmatan, dan merasa senang jika dia terkena musibah. Dan ini termasuk perbuatan orang-orang munafik.

    Kedua, dendam itu akan lebih menancapkan kedengkian di dalam hati, sehingga merasa gembira dengan mushibah yang menimpa orang yang di dendam.

    Ketiga, akan mendiamkan, memisahkan diri dan memutus hubungan dengan orang yang engkau benci, walaupun dia mencari dan menghadap padamu.

    Ke empat, ini lebih rendah daripada yang ketiga, yaitu engkau berusaha berpaling darinya karena meremehkan dia.

    Kelima, engkau akan membicarakan tentang dia dengan hal-hal yang tidak di halalkan, seperti kebohongan, menggunjing, menyebarkan rahasia, membuka kejelekan dan kekurangannya.

    Ke enam, engkau berusaha menirukan perbuatan-perbuatanya karena untuk mencela dan menghina.

    Ke tujuh, engkau berusaha menyakiti dengan pukulan dan melakukan hal-hal yang bisa menyakiti badannya.

    Kevdelapan, engkau akan berusaha mencega haknya. Yaitu tidak mau melunasi hutang, menyambung silaturahmi, dan menolak penganiayaan. Dan  semua tiu hukumnya adalah haram.

    Minimal tingkatan dendam _ jika semisal bisa terhindar dari delapan sikap di atas _ adalah tidak lagi berwajah ramah, belas kasih, perhatian, berusaha memenuhi kebutuhan orang yang di dendam, atau tidak lagi mau menolongnya untuk mendapatkan hal-hal yang bermanfaat. Semua itu adalah sikap yang akan mengurangi derajat dalam agama dan menghilangkan pahala yang sangat besar.

    Ketika sahabat Abu Bakar Ra bersumpah tidak akan memberi nafkah kepada Misthah, kerabat beliau, karena suatu hal, maka turunlan firman Allah Swt dalam surat An Nur ayat 22 :

Artinya : “dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Lalu Abu Bakar pun berkata, “iya, aku menginginkan ampunan Allah tersebut”. Beliau kembali memberi nafkah kepada Misthah.

Yang lebih utama adalah tetap bersikap seperti biasa. Jika bisa lebih menambah sikap baik karena untuk memerangi nafsu dan mengalahkan syetan, maka hal itu termasuk derajat para shidiqin, dan termasuk diantara perbuatan-perbuatan utama orang-orang yang di dekatkan dengan Allah Swt.

(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 2)

Baca juga artikel kami lainnya :  Pandangan Kristen Terhadap Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer