# Kelompok amalan pertama, saat perjalanan yaitu sejak
pertama berangkat hingga melaksanakan ihram. Dalam bagian ini terdapat beberapa
permasalahan :
1.
Masalah harta.
Orang yang akan melaksanakan ihram hendaknya memulai
aktifitasnya dengan bertaubat, mengembalikan barang-barang yang di dhalimi, melunasi hutang, mempersiapkan nafkah untuk
orang-orang yang wajib di nafkahi hingga pulang, mengembalikan barang-barang
titipan, membawa bekal yang halal dan cukup selama perjalanan serta tidak
terlalu ngirit, yaitu membawa perbekalan yang agak banyak agar bisa
leluasa di gunakan diri sendiri dan di berikan pada orang-orang yang lema dan
fuqoro’, dan bersedekah sebelum berangkat. Jika
meyewa kendaraan, maka hendaknya menjelaskan pada peyewa apa saja
yang akan di bawa, baik sedikit ataupun banyak agar si peyewa
betul-betul rela.
2.
Masalah teman dalam perjalanan.
Hendaknya mencari teman yang sholeh, senang terhadap
kebaikan, suka menolong, jika lupa maka mengingatkan, jika ingat maka menolong,
jika takut maka dia memberikan keberanian, jika lemah maka menguatkan, dan jika
hati sedih maka dia membuat sabar. Orang yang akan ihram hendaknya berpamitan
pada teman-temannya yang mukim dan tetangga-tetangganya serta meminta doa
mereka. Saat berpamitan sunnah berdoa :
" أَسْتَوْدِعُ
اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِمَ عَمَلِكَ "
“aku titipkan pada Allah, agamamu,
amanatmu dan akhir dari amal perbuatanmu”
Baginda nabi Muhammad Saw berdo’a untuk orang yang
hendak berangkat bepergian:
" فِيْ حِفْظِ
اللهِ وَكَنَفِهِ زَوَّدَكَ اللهُ التَقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَوَجَّهَكَ الْخَيْرَ
أَيْنَمَا كُنْتَ "
“semoga engkau selalu dalam
penjagaan dan perlindungan Allah. Semoga Allah memberi bekal taqwa padamu,
mengampuni dosa-dosamu dan mengarahkan kebaikan padamu di manapun engkau
berada”
3. Saat keluar dari rumah.
Ketika akan keluar dari rumah hendaknya melaksanakan
sholat dua rokaat terlebih dahulu. Selesai sholat kemudian
mengangkat kedua tangan dan berdoa secara ikhlas kepada Allah Swt dengan
mengucapkan do’a :
"
اَللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِيْ السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةِ فِيْ الأَهْلِ وَالْوَلَدِ
وَالْأَصْحَابِ احْفَظْنَا وَإِيَّاهُمْ مِنْ كُلِّ أَفَةٍ وَعَاهَةٍ . اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ مَسِيْرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالْتَقْوَى , وَمِنَ الْعَمَلِ
مَا تَرْضَي . اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِثَاءِ السَّفَرِ وَكَأْبَةِ
الْمُنْقَلَبِ وَسُوْءِ الْمَنْظَرِ فِيْ الْأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْوَلَدِ "
“ya Allah, Engkaulah dzat yang menemani di perjalanan dan
menjadi pengganti untuk keluarga, anak dan teman-temanku, maka jagalah aku dan
mereka dari segala bahaya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon taqwa pada-Mu di
perjalanan daratku ini, dan memohon hal yang Engkau ridloi dari amal perbuatan.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung
pada-Mu dari kesulitan di dalam
perjalanan, susahnya tempat kembali dan jeleknya pandangan pada keluarga, harta
dan anak kami .”
4.
Ketika berada di pintu rumah.
Ketika berada di pintu rumah -hendak
berangkat- maka hendaknya membaca doa :
" بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ
أَذِلَّ أَوْاُذَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلَا بَطَرًا وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً
بَلْ خَرَجْتُ اِتِّقَاءَ سُخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ وَقَضَاءَ فَرْضِكَ وَاتِّبَاعَ
سُنَّةِ نَبِيِّكَ "
“dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri pada Allah, tidak ada daya
kekuatan kecuali dari Allah. Ya Tuhanku, aku berlindung padamu dari perbuatan
sesat, meyesatkan, hina, membuat hina, dhalim, di dhalimi, bodoh, di bodohi,
atau aku di buat bodoh. Ya Allah, sesungguhnya aku tidak berangkat dalam
keadaan sombong, tinggi diri, riya’ dan pamer. Akan tetapi aku berangkat karena
takut murka-Mu, mengharap ridlo-Mu, memenuhi kewajiban-Mu dan mengikuti sunnah
Nabi-Mu”
5. Saat naik kendaraan.
Ketika naik kendaraan hendaknya berdoa :
" سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا
لَهُ مُقْرِنِيْنَ, وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ "
“Mahasuci Tuhan yang telah melulutkan hal ini padaku dan aku tidak ikut
melulutkannya. Dan sesungguhnya kita akan kembali pada Tuhan kita”
# Kelompok amalan ke dua adalah etika saat ihram mulai dari miqot sampai masuk ke Makkah :
1.
Melakukan mandi disertai niat
mandi ihram, yaitu ketika sampai di miqot tempat orang-orang melaksanakan ihram. Menyempurnakan
mandinya dengan membersihkan seluruh badan, meyisir jenggot dan rambut kepala,
memotong kuku dan kumis, berusaha menyempurnakan kebersihan dengan melakukan
apa yang telah aku jelaskan dalam bab thaharah.
2.
Melepas semua pakaian yang
berjahit dan mengenakan dua pakaian ihram, berselendang, mengenakan jarik berwarna putih, dan memakai wewangian pada
pakaian dan badan.
3.
Setelah mengenakan pakaian, hendaknya
bersabar dulu -tidak langsung niat ihram- hingga
kendaraan bergerak -jika naik kendaraan- atau
mulai berjalan -jika berjalan kaki-. Pada
saat inilah baru niat ihram haji atau umrah, baik cara qiron atau ifrod sesuai
dengan yang di kehendaki, seraya mengucapkan doa :
" لَبَيْكَ
اللَّهُمَّ لَبَيْكَ لَا شَرِيْكَ لَك لَبَيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالْنِعْمَةَ لَكَ
وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ بِحَجَّةٍ حَقًّا تَعَبُّدًا وَرِقًّا, اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّدٍ "
“Aku penuhi panggilanmu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu,tidak ada sekutu
bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat itu milik
Engkau dan seluruh kekuasaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu
dengan melaksanakan haji sebagai bentuk hak, karena untuk beribadah dan
menghambakan diri. Ya Allah, curahkanlah rahmat-Mu pada Nabi Muhammad
dan keluarga Beliau”
4.
Sunnat mengulang-ngulangi talbiyah selama ihram, terutama saat
bertemu rombongan lain, saat berkumpulnya manusia, setiap naik tempat yang
tinggi, turun dari tempat yang tinggi, naik kendaraan, turun dari kendaraan
seraya mengeraskan suara, namun tidak sampai menyebabkan tenggorokannya sakit
-tidak terlalu keras-.
Karena sesungguhnya dia tidak berdoa pada Dzat yang
tuli dan Dzat yang jauh sebagaimana yang di jelaskan di dalam hadits.
Ketika baginda nabi Muhammad Saw kagum
pada sesuatu, maka beliau bersabda, “aku
penuhi panggilanmu ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang sejati adalah
kehidupan akhirat.”
# Kelompok amalan ke tiga adalah etika saat masuk
Makkah hingga melaksanakan thowaf.
Sunnah melakukan mandi di Dzi Thuwah karena akan
masuk Makkah. Ketika melihat Ka’bah hendaknya mengucapkan :
" اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ
وَدَارُكَ دَارُ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَاذَاالْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ
إِنَّ هَذَا بَيْتُكَ عَظَّمْتَهُ وَكَرَّمْتَهُ وَشَرَّفْتَهُ اّللَّهُمَّ فَزِدْهُ
تَشْرِيْفًا وَتَكْرِيْمًا وَزِدْهُ مَهَابَةً وَزِدْ مَنْ حَجَّهُ بِرًّا وَكَرَامَةً
. اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ وَأَدْخِلْنِيْ جَنَّتَكَ وَأَعِذْنِيْ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ "
Kemudian
tidak melakukan sesuatu sebelum melakukan thowaf Qudum, kecuali menjumpai orang-orang yang sedang
melakukan jama’ah sholat fardlu, maka ikut sholat berjama’ah dulu kemudian melakukan thowaf.
# Kelompok amalan ke empat adalah amalan saat thowaf
Ketika
akan memulai thowaf, baik thowaf Qudum atau thowaf yang lain, hendaknya menjaga enam perkara :
1.
Menjaga syarat-syarat sholat,
yaitu suci dari hadats dan najis pada pakaian, badan, tempat thowaf dan menutup
aurat. Karena thowaf di Baitullah itu sama dengan sholat, hanya saja Allah Swt
memperbolehkan berbicara saat thowaf. Hendaknya mengenakan selendang sebelum
melakukan thowaf, yaitu meletakkan bagian tengah selendang di bawah ketiak
kanan dan meletakkan kedua ujungnya di pundak, dengan menurunkan satu ujung ke
arah punggung dan ujung satunya ke arah dada. Menghentikan bacaan talbiyah dan menggantinya dengan membaca
do’a-do’a yang di riwayatkan dari baginda Nabi Muhammad Saw.
2.
Setelah selesai berselendang,
maka hendaknya memposisikan Ka’bah di sebelah kiri badan, dan menempatkan diri
di samping Hajar Aswad agak kebelakang sedikit agar posisi hajar aswad berada
di depannya, sehingga saat mulai thowaf, maka seluruh badan bisa tepat pada
Hajar Aswad. Hendaknya jarak dirinya dengan Ka’bah kira-kira tiga langka agar
lebih dekat dengan Ka’bah, karena sesungguhnya itu yang lebih utama.
3.
Sebelum melewati Hajar Aswad
bahkan saat memulai thowaf, maka membaca doa :
"
بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ وَتَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ
وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ "
Lalu thowaf.
4.
Melakukan romal -berjalan agak cepat- di tiga putaran pertama, dan berjalan
seperti biasa di empat putaran terakhir. Makna romal adalah berjalan agak cepat dengan memperkecil jangka. Kadar
kecepatan Romal itu di bawah
kecepatan lari dan di atas berjalan biasa. Tujuan dari memakai selendang
seperti di atas dan melakukan romal adalah menampakkan kegagahan dan
keperkasaan, begitulah awal mula dulu -saat zaman baginda Nabi-, Karena untuk
menciutkan nyali orang kafir. Dan sampai sekarang kesunahan ini di lestarikan.
Yang afdol adalah melakukan romal di
dekat Ka’bah. Jika tidak memungkinkan karena terlalu ramai –berdesakkan-, maka
yang afdol adalah melakukan romal
agak jauh dari Ka’bah, yaitu hendaknya berada di pinggir tempat thowaf dan
melakukan romal tiga kali, kemudian mendekat ke Ka’bah dengan berdesak-desakan
dan berputar empat kali. Jika memungkinkan mengusap Hajar Aswad di setiap
putaran maka itu lebih baik, namun jika tidak bisa karena berdesak-desakan maka
cukup memberi isyarat dengan tangan dan menciumnya. Begitupula sunnah mengusap
rukun Yamani, salah satu dari rukun-rukunnya –sudut-sudut- Ka’bah.
5.
Ketika sudah sempurna melakukan
thowaf tujuh kali, maka hendaknya berada di Multazam, yaitu tempat diantara
Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Ini adalah tempat yang mustajab untuk berdoa. Hendaknya dia menempel pada Ka’bah, memegang
selambunya, menempelkan perut, meletakkan pipi kanan, kedua lengan dan kedua
telapak tangan pada Ka’bah serta berdoa :
"
اَللَّهُمَّ رَبَّ بَيْتِ الْعَتِيْقِ أَعْتِقْ رَقَبَتِيْ مِنَ النَّارِ . اَللَّهُمَّ
هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ "
“ya Allah, Tuhan Ka’bah, merdekakanlah tubuhku dari
api neraka. Ya Allah, ini adalah tempat orang yang berlindung pada-Mu dari api
neraka”
Kemudian
hendaknya berdo’a sesuai dengan hajatnya dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
6.
Ketika selesai melakukan itu
semua, maka hendaknya sholat dua rokaat di belakang Maqam Ibrahim, yaitu sholat
dua rokaat setelah thowaf. Setelah selesai hendaknya berdoa dengan mengucapkan
doa :
"
اَللَّهُمَّ يَسِّرْ لِيْ الْيُسْرَى وَجَنّبْنِيْ الْعُسْرَى وَاغْفِرْلِي فِي الْأُخْرَى
وَالْأُوْلَى "
“ya Allah, mudahkanlah surga bagiku dan jauhkanlah
neraka dariku, dan ampunilah aku di akhirat dan duni”
# Kelompok amalan ke lima adalah amalan saat sa’I
Setelah selesai thowaf, maka hendaknya keluar dari
pintu Shofa. Setelah sampai di Shofa yaitu sebuah bukit, maka naik ke anak
tangga yang berada di puncak bukit kemudian melakukan sa’I tujuh kali di antara
bukit Shofa dan Marwa. Hukum thaharah saat sa’I adalah sunnah tidak wajib,
berbeda dengan saat thowaf.
# Kelompok amalan ke enam adalah amalan-amalan saat
wukuf dan sebelumnya
Bagi orang haji yang sudah sampai di Arafah pada
hari Arafah, maka hendaknya tidak masuk Makkah dan melakukan Thowaf Qudum
sebelum melaksanakan wukuf. Namun jika beberapa hari sebelum itu sudah sampai
Makkah, maka melakukan thowaf Qudum dan tetap ihram hingga tanggal tujuh Dzul
Hijjah. Kemudian ada seorang imam yang melakukan khutbah satu kali setelah
Dhuhur di dekat Ka’bah, dengan memerintahkan agar orang-orang bersiap-siap
menuju Mina pada hari Tarwiyah dan menginap di sana. Lalu di pagi harinya
berangkat ke Arafah untuk menjalankan wukuf fardlu setelah Zawal (Dhuhur).
Karena waktunya wukuf adalah mulai dari zawal hingga terbitnya fajar Shodiq
hari raya kurban.
Saat berangkat ke Mina hendaknya sambil membaca talbiyah dan berada di sana semalaman.
Ketika Shubuhnya hari Arafah, maka melakukan sholat Shubuh dan berangkat ke
Arafah saat matahari nampak di puncak gunung Tsabir. Hendaknya melakukan mandi
karena wukuf, melakukan jama’ qoshor sholat Dhuhur dan Ashar dengan satu kali
adzan dan dua iqomat serta memperbanyak bacaan tahmid, tasbih, tahlil, memuji
Allah Azza Wa Jalla, do’a dan bertaubat.
Pada hari ini hendaknya dia tidak berpuasa agar kuat
untuk selalu berdoa. Di hari Arafah hendaknya tidak memutus bacaan talbiyah secara total, akan tetapi
sesekali membaca talbiyah dan
sesekali berdoa. Hendaknya dia berdo’a apapun yang ada di benaknya, memohon
ampun buat dirinya, kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Saat berdo’a, hendaknya dengan cara yang seakan memaksa dan meminta yang besar
dan banyak. Karena sesungguhnya menurut Allah tidak ada sesuatu yang banyak dan
besar.
# Kelompok amalan ke tujuh adalah amalan-amalan yang
lain di dalam ibadah haji
Ketika berangkat dari Arafah setelah terbenamnya
matahari, maka hendaknya dia dalam keadaan tenang dan damai. Setelah sampai di
Muzdalifah, maka melakukan sholat jama’ qoshor Maghrib dan Isya’ dengan satu
kali adzan dan dua iqomat, kemudian bermalam di sana. Membawa bekal batu
kerikil dari sana sebanyak tujuh puluh, karena itu sudah mencukupi kebutuhan.
Kemudian melakukan mandi, melakukan sholat Shubuh dan berjalan hingga sampai di
Mas’aril Haram -batas akhir Muzdalifah-, berada disana dan berdoa hingga waktu
isfar -agak terang-. Kemudian beranjak dari sana sebelum terbitnya matahari
hingga sampai ketempat yang bernama “Wadi Muhassir”. Ketika sampai di tempat
tersebut, maka sunnah untuk menggerakkan kendaraannya hingga melewati bentangan
luas tempat tersebut. Jika berjalan kaki maka sunnah untuk mempercepat
jalannya.
Ketika masuk waktu Shubuh hari raya kurban, maka hendaknya
mencampur bacaan talbiyah dengan
takbir. Sesekali membaca talbiyah dan
sesekali membaca takbir. Setelah sampai di Mina dan di tempat melempar Jumrah
yang berjumlah tiga, maka dia menuju ke Jumrah
Aqabah tanpa melempar Jumrah Ula dan
Tsaniyah. Karena pada hari raya kurban tidak ada kewajiban melempar kedua jumrah tersebut.
Melempar Jumrah
di mulai setelah terbitnya matahari dengan menggunakan tujuh buah kerikil
seraya mengangkat tangan, menghadap kiblat atau menghadap jumrah. Dan setiap melempar satu kerikil, maka sunnah mengucapkan :
"
اَللهُ أَكْبَرُ عَلَى طَاعَةِ الرَّحْمَنِ وَرَغَمِ الشَّيْطَانِ اَللَّهُمَّ تَصْدِيْقًا
بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ "
“Allahuakbar,
atas taat kepada Yang Maha Belaskasih dan untuk menghancurkan syetan. ya Allah,
karena membenarkan kitab-Mu dan mengikuti sunnah Nabi-Mu”
Kemudian menyembeli binatang yang menjadi hadiah
jika memang ada. Yang lebih utama adalah menyembelih sendiri dan hendaknya
mengucapkan doa :
" بِسْمِ
اللهِ اَللُه أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَبِكَ وَإِلَيْكَ تَقَبَّلْ مِنِّيْ كَمَا
تَقَبَّلْتَ مِنْ خَلِيْلِكَ إِبْرَاهِيْمَ "
Yang paling utama adalah kurban onta kemudian sapi
lalu kambing. Kambing domba lebih utama dari pada kambing kacang. Binatang yang
berwarna putih lebih utama dari pada yang berwarna abu-abu dan hitam. Hendaknya
memakan sebagian dari binatang hadiahnya jika memang hadiah yang sunnah. Dan
jangan menyembelih binatang kurban yang pincang, hilang telinganya dan yang
kurus. Kemudian setelah itu hendaknya melakukan halqu –bercukur-.
Ketika melakukan halqu
setelah melempar jumrah maka dia
telah melaksanakan tahallul awal,
sehingga hal-hal yang di haramkan saat ihram menjadi halal selain yang
berhubungan dengan wanita dan binatang buruan. Setelah itu berangkat ke Mekkah
dan melaksanakan thowaf sebagaimana yang telah aku jelaskan. Thowaf ini adalah
thowaf rukun di dalam haji dan di sebut dengan thowaf ziaroh. Awal
pelaksanaannya adalah mulai dari tengah malam hari raya kurban. Sedangkan waktu
yang paling utama adalah siang hari raya kurban.
Tidak halal berhubungan dengan wanita hingga selesai
melaksanakan thowaf. Setelah selesai thowaf, maka tahallul menjadi sempurna,
halal melakukan jima’, dan hal-hal yang terkait dengan ihram sudah selesai
kecuali melempar jumrah di hari
Tasyrik dan mabit di Mina, yaitu beberapa kewajiban yang di laksanakan setelah
selesainya ihram karena masih mengikut pada haji.
Sebab hasilnya tahallul ada tiga, yaitu melempar jumrah Aqabah, halqu, dan thowaf rukun. Ketika sudah melaksanakan dua dari tiga
hal di atas, maka dia telah melaksanakan satu tahallul (tahallul awal). Tidak
masalah melakukan ketiganya sebelum atau setelah menyembelih binatang hadiah,
akan tetapi yang lebih baik adalah melempar jumrah,
kemudian menyembelih binatang, lalu halqu dan terakhir thowaf.
Ketika selesai thowaf, maka kembali ke Mina untuk
melakukan mabit dan melempar jumrah
hari tasyrik. Dan pada malam itu menginap di Mina. Di pagi hari kedua dari hari
raya -tanggal 11- ketika tergelincirnya matahari, maka melaksanakan mandi
karena hendak melempar jumrah, kemudian menuju jumrah Ula dan melemparnya dengan tujuh buah kerikil. Ketika
selesai melewati jumrah Ula, maka
berdiri dengan menghadap kiblat, memuji kepada Allah Swt, membaca tahlil,
takbir dan berdoa dengan menghadirkan hati dan anggota badan dalam keadaan
tenang. Kemudian menuju ke Jumrah
Wushto, melemparnya dan berdiri setelahnya sama seperti ketika melempar jumrah Ula. Lalu menuju jumrah Aqabah dan melemparnya tujuh kali.
Setelah itu, kembali ke penginapan dan malam itu
menginap di Mina. Besoknya setelah selesai sholat Dhuhur di hari tasyrik kedua,
maka melempar jumrah di hari itu
dengan dua puluh satu buah kerikil seperti saat melempar di hari sebelumnya.
Setelah itu, maka dia di perkenankan memilih antara
tetap berada di Mina atau kembali ke Mekkah. Jika keluar dari Mina sebelum
terbenamnya matahari, maka dia tidak terkena kewajiban apa-apa. Namun jika
masih berada di Mina hingga malam tiba, maka tidak di perkenankan baginya
keluar dari Mina, akan tetapi harus melakukan mabit hingga selesai melempar jumrah di hari ketiga sebanyak dua puluh
satu buah kerikil seperti hari-hari sebelumnya.
Ketika meninggalkan mabit dan tidak melempar jumrah, maka wajib menyembelih binatang
sebagai denda. Baginya di perkenankan berkunjung ke Baitullah di malam-malam
saat mabit di Mina dengan syarat menginap di Mina. Hendaknya jangan sampai
meninggalkan jamaah sholat fardlu bersama imam di masjid Al Khoif, karena
fadilahnya sangat besar.
# Kelompok amalan ke delapan adalah tentang sifat
umrah dan amaliah setelahnya hingga pelaksanaan thowaf Wada’.
Bagi orang yang akan melaksanakan umrah sebelum atau
setelah haji, maka hendaknya melakukan mandi dan mengenakan pakaian ihram
seperti di dalam pelaksanaan ihram haji. Melaksanakan ihram di sertai niat
umrah dari miqot, membaca talbiyah, sholat dua rokaat dan berdoa sesuai dengan
yang di inginkan. Kemudian kembali ke Mekkah seraya membaca talbiyah hingga
masuk ke masjid al Haram. Ketika sudah masuk masjid, maka menghentikan bacaan
talbiyah, melakukan thowaf tujuh kali dan melakukan sa’I diantara bukit Shofa
dan Marwa tujuh kali seperti yang telah aku jelaskan. Setelah itu melakukan
halqu maka ibadah umrah yang dia lakukan sudah selesai.
Bagi orang yang berada di Makkah hendaknya
memperbanyak melakukan umrah, dan thowaf. Hendaknya juga membanyak minum air zamzam
hingga puas.
# Kelompok amalan ke sembilan adalah tentang thowaf
Wada’
Ketika hendak pulang ke daerah asal setelah selesai
menyempurnakan ibadah haji dan umrah, maka hendaknya pertama kali menuntaskan
aktifitasnya dan mempersiapkan pemberangkatan. Dan hendaknya aktifitas yang di
lakukan terakhir adalah berpamitan ke Baitullah.
Cara berpamitan ke Baitullah adalah melakukan thowaf
tujuh kali seperti yang sudah di jelaskan, namun tanpa melakukan romal dan
tanpa mengenakan selendang. Setelah itu melaksanakan sholat di belakang maqam
Ibrohim dan minum air Zamzam, kemudian menuju Multazam dan berdoa dengan
sepenuh hati dengan mengucapkan :
" اَللّهُمَّ
أَصْحِبْنِي الْعَافِيَةَ فِيْ بَدَنِيْ وَالْعِصْمَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَأَحْسِنْ مُنْقَلَبِيْ
وَارْزُقْنِيْ طَاعَتَكَ أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِيْ وَاجْمَعْ لِيْ خَيْرَالدُّنْيَا
وَالْأَخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ "
“ya Allah,
sertakanlah kesehatan pada badanku, penjagaan pada agamaku, baguskanlah tempat
kembali, berilah rizki padaku bisa taat pada Engkau selamanya, dan kumpulkanlah
kebaikan dunia akhirat padaku. Sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Mahakuasa
atas semua perkara”
# Kelompok amalaan ke sepuluh adalah tentang berkunjung ke kota Madinah dan etika saat berkunjung ke sana.
Bagi orang
yang akan berkunjung ke Madinah hendaknya memperbanyak membaca sholawat kepada
baginda Nabi Muhammad Saw selama perjalanan. Sebelum
masuk Madinah hendaknya mandi terlebih dahulu, memakai wewangian, dan
mengenakan pakaiannya yang paling bersih.
Ketika
masuk Madinah, maka hendaknya masuk dalam
keadaan tawadlu’ dan ta’dzim, Menuju masjid dan melaksanakan sholat dua rokaat
di samping mimbar. Kemudian menuju ke Makam baginda Nabi Muhammad Saw dan
menghadap ke wajah beliau, dengan membelakangi kiblat dan
menghadap ke dinding makam yang berada kira-kira empat dziro’ dari tiang yang berada di sudut
dinding makam.
Tidak
sunnah menyentuh dan mencium dinding makam karena sesungguhnya menyentuh dan
mencium makam adalah kebiasaan orang Nasrani dan Yahudi, bahkan berada agak
jauh itu lebih memuliakan.
Berdiri
seraya mengucapkan :
اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ
يَا نَبِيَّ اللهِ, اَلسّلَامُ عَلَيْكَ يَا أَمِيْنَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ
يَا حَبِيْبَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا صَفْوَةَ اللهِ, اَلسَّلَامُ عَلَيِكَ
يَا أَبَا الْقَاسِمِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا سَيِّدَ الْمُرْسَلِيْنَ, اَلسَّلَامُ
عَلَيْكَ يَا خَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ,
اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا قَاعِدَ الْخَيْرِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا فَاتِحَ الْبِرِّ,
اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ الرَّحْمَةِ, اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا هَادِيَ
الْأُمَّةِ, اَلسَّلَاُم عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِ بَيِتِكَ وَأَصْحَابِكَ الطَّيِّبِيْنَ
جَزَاكَ اللهُ عَنَّا أَفْضَلَ مَا جَزَى نَبِيًّا عَنْ قَوْمِهِ وَرَسُولًا عَنْ
أُمَّتِهِ وَصَلَّى عَلَيْكَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَأَكْمَلَ مَا صَلَّى عَلَى أَحَدٍ
مِنْ خَلْقِهِ كَمَا اسْتَنْقَذْنَا بِكَ مِنَ الضَّلَالَةِ وَبَصُرْنَا بِكَ مِنَ
الْعِمَايَةِ وَهَدَانَا بِكَ مِنَ الْجَهَالَةِ أَشْهَدُ أَنَّكَ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ
وَأَدَّيْتَ الْأَمَانَةِ وَنَصَحْتَ الْأُمَّةَ وَجَاهَدْتَ عَدُوَّكَ وَهَدَيْتَ
أُمَّتَكَ وَعَبَدْتَ رَبَّكَ حَتَّى أَتَاكَ الْيَقِيْنُ فَصَلَّى اللهُ عَلَيْكَ وَعَلَى
أَهْلِ بَيْتِكَ الطَّيِّبِيْنَ وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَعَظَّمَ
Kemudian
mundur kira-kira satu dziro’ dan
mengucapkan salam kepada sahabat Abu Bakar Ra. Lalu mundur kira-kira satu dziro’ lagi dan mengucapkan salam kepada
sahabat Umar Al Faruq Ra serta mengucapkan, “assalamualaikuma
wahai kedua patih baginda Nabi Muhammad Saw dan penolong beliau untuk
menegakkan agama saat Nabi masih hidup, dan yang mengurusi permasalahan agama
umat ketika beliau sudah tiada. Anda berdua telah mengikuti jejak baginda Nabi
Saw di dalam menegakkan agama dan melaksanakan sunnah beliau. Semoga Allah
memberikan kepada anda berdua balasan terbaik yang pernah di berikan pada kedua
patih seorang Nabi atas agamanya.”
Kemudian
menuju ke Raudloh dan sholat dua rokaat serta berdoa sebanyak-banyaknya yang
mampu dia lakukan. Sunnah mendatangi gunung Uhud untuk berziarah ke makam para
syuhada’. Mendatangi pemakaman Baqi’ dan berziarah kepada orang-orang pilihan
di sana. Mendatangi masjid Kuba’ setiap hari Sabtu dan melaksanakan sholat di
sana. Jika memungkinkan berada di Madinah dengan menjaga khidmah maka hal itu mengandung keutamaan yang sangat besar.
Kemudian
jika ingin keluar dari Madinah, maka sunnah ziarah ke Makam baginda Nabi
Muhammad Saw dan mengulangi do’a ziarah seperti di depan, serta memohon pada
Allah Swt agar di beri rizki bisa kembali ziarah ke makam baginda beliau.
Kemudian sholat dua rokaat di Raudloh. Saat keluar, maka hendaknya mengeluarkan
kaki kiri dulu kemudian kaki kanan. Dan hendaknya bersedekah semampunya pada
orang-orang yang bertetangga dengan baginda Nabi Muhammad Saw.
Kesunahan-Kesunahan Saat Pulang Dari Perjalanan Ihram
Setiap berada di tempat yang subur / mulia, maka
sunnah membaca takbir tiga kali seraya mengucapkan,
" لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ,
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.أَيِّبُوْنَ
تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُوْنَ"
“tidak ada Tuhan selain Allah.
Tuhan yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Seluruh kekuasaan dan pujian hanya
untuk-Nya. Ia Mahakuasa atas semua perkara. Kami adalah orang-orang yang
kembali, taubat, menyembah, sujud dan memuji pada Tuhan kami’
Ketika
sudah mendekati daerahnya, maka sunnah mengerakkan kendaraan dan mengirimkan
seseorang yang membawa kabar kepada keluarganya agar kedatangannya tidak
mengejutkan. Dan sebaiknya tidak
pulang ke rumah di malam hari.
Ketika
masuk daerahnya, maka hendaknya pertama kali menuju ke masjid dan melaksanakan
sholat dua rokaat. Setelah berada di rumah, hendaknya tidak lupa atas nikmat
yang di berikan Allah Swt padanya, yaitu bisa berkunjung ke tanah Haram dan ke
makam baginda Nabi Muhammad Saw. Dia dianggap mengkufuri nikmat ini jika
kembali lupa kepada Allah Swt, melakukan hal-hal yang tidak berguna dan
terjerumus dalam kemaksiatan. Maka perilaku jelek seperti ini bukanlah tanda
haji Mabrur, akan tetapi tanda haji Mabrur adalah pulang dalam keadaan cinta
kepada urusan akhirat dan setelah berkunjung ke Baitullah, maka mempersiapkan
diri untuk bertemu Allah Swt, Tuhan Baitullah.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)
Baca juga artikel kami lainnya : Arti Mukmin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar