(Fasal) menjelaskan beberapa hukum khulu’.
|
(فَصْلٌ
فِيْ أَحْكَامِ الْخُلْعِ)
|
Lafadz “al
khul’u’” dengan terbaca dlammah huruf kha’nya yang diberi titik satu di
atas, adalah lafadz yang tercetak dari lafadz “al khal’u” dengan terbaca fathah huruf kha’nya. Dan lafadz “al khal’u” bermakna mencopot.
|
وَهُوَ بِضَمِّ الْخَاءِ الْمُعْجَمَةِ مُشْتَقٌّ مِنَ
الْخَلْعِ بِفَتْحِهَا وَهُوَ النَّزَعُ
|
Secara syara’, khul’u adalah perceraian dengan menggunakan ‘iwadl (imbalan) yang maqsud
(layak untuk diinginkan).
|
وَشَرْعًا فُرْقَةٌ بِعِوَضٍ مَقْصُوْدٍ
|
Maka mengecualikan khulu’ dengan ‘iwadl
berupa darah dan sesamanya.
|
فَخَرَجَ الْخُلْعُ عَلَى دَمٍّ وَنَحْوِهَا
|
Syarat
Khulu’
Khulu’ hukumnya sah dengan menggunakan ‘iwadl yang ma’lum dan mampu
diserahkan.
|
(وَالْخُلْعُ
جَائِزٌ عَلَى عِوَضٍ مَعْلُوْمٍ) مَقْدُوْرٍ عَلَى تَسْلِيْمِهِ
|
Sehingga, jika khulu’ menggunakan ‘iwadl
yang tidak ma’lum seperti seorang suami melakukan khulu’ pada istrinya dengan
‘iwadl berupa pakaian yang tidak
ditentukan, maka sang istri tertalak ba’in
dengan memberikan ganti mahar mitsil.
|
فَإِنْ كَانَ عَلَى عِوَضٍ مَجْهُوْلٍ كَأَنْ خَالَعَهَا
عَلَى ثَوْبٍ غَيْرِ مُعَيَّنٍ بَانَتْ بِمَهْرِ الْمِثْلِ
|
Konsekwensi
Khulu’
Dengan khulu’ yang sah, maka seorang wanita
berhak atas dirinya sendiri. Dan sang suami tidak bisa ruju’ pada wanita tersebut, baik ‘iwadl yang digunakan sah ataupun tidak.
|
(وَ)
الْخُلْعُ الصَّحِيْحُ (تَمْلِكُ بِهِ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا وَلَا رَجْعَةَ لَهُ)
أَيِ الزَّوْجِ (عَلَيْهَا) سَوَاءٌ كَانَ الْعِوَضُ صَحِيْحًا أَوْ لَا
|
Dan ungkapan mushannif, “kecuali dengan akad
nikah yang baru” tidak tercantum di kebanyakan redaksi.
|
وَقَوْلُهُ (إِلَّا بِنِكَاحٍ جَدِيْدٍ) سَاقِطٌ فِيْ
أَكْثَرِ النُّسَخِ
|
Khulu’ boleh dilakukan saat sang istri dalam
keadaan suci dan dalam keadaan haidl, dan khulu’ yang dilakukan ini tidaklah
haram.
|
(وَيَجُوْزُ
الْخُلْعُ فِيْ الطُّهْرِ وَفِيْ الْحَيْضِ) وَلَا يَكُوْنُ حَرَامًا
|
Wanita yang telah dikhulu’ tidak bisa ditalak.
Berbeda dengan istri yang tertalak raj’i,
maka bisa untuk ditalak.
|
(وَلَا
يَلْحَقُ الْمُخْتَلِعَةَ الطَّلَاقُ) بِخِلَافِ الرَّجْعِيَّةِ فَيَلْحَقُهَا.
|
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Baca juga artikel kami lainnya : Asal Mula Kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar