BAB KESUNNAHAN-KESUNNAHAN WUDLU’

Membaca Basmalah

Kesunnahan-kesunnahan wudlu’ ada sepuluh perkara. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa ”sepuluh khishal”.

(وَسُنَنُهُ) أَيِ الْوُضُوْءِ (عَشْرَةُ أَشْيَاءَ) وَفِيْ بَعْضِ نُسَخِ الْمَتْنِ عَشْرُ حِصَالٍ
Yaitu membaca basmalah di awal pelaksanaan wudlu’. Minimal bacaan basmalah adalah bismillah. Dan yang paling sempurna adalah bismillahirrahmanirrahim.

(التَّسْمِيَّةُ) أَوَّلَهُ وَأَقَلُّهَا بِسْمِ اللهِ وَأَكْمَلُهَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Jika tidak membaca basmalah di awal wudlu’, maka sunnah melakukannya di pertengahan pelaksanaan. Jika sudah selesai melaksanakan wudlu’-dan belum sempat membaca basmalah-, maka tidak sunnah untuk membacanya.
فَإِنْ تَرَكَ التَّسْمِيَّةً أَوَّلَهُ أَتَى بِهَا فِيْ أَثْنَائِهِ. فَإِنْ فَرَغَ مِنَ الْوُضُوْءِ لَمْ يَأْتِ بِهَا.

Membasuh Kedua Telapak Tangan

Dan membasuh kedua telapak tangan hingga kedua pergelangan tangan sebelum berkumur.

(وَغَسْلُ الْكَفَّيْنِ) إِلَى الْكَوْعَيْنِ قَبْلَ الْمَضْمَضَةِ
Dan membasuh keduanya tiga kali jika masih ragu-ragu akan kesuciannya, sebelum memasukkannya ke dalam wadah yang menampung air kurang dari dua Qullah.

وَيَغْسِلُهُمَا ثَلَاثًا إِنْ تَرَدَّدَ فِيْ طَهْرِهِمَا (قَبْلَ إِدْخَالِهِمَا الْإِنَاءَ) الْمُشْتَمِلَ عَلَى مَاءٍ دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ.
Sehingga, jika belum membasuh keduanya, maka bagi dia di makruhkan memasukkannya ke dalam wadah air.

فَإِنْ لَمْ يَغْسِلْهُمَا كُرِهَ لَهُ غَمْسُهُمَا فِي الْإِنَاءِ.
Jika telah yaqin akan kesucian keduanya, maka bagi dia tidak dimakruhkan untuk memasukkannya ke dalam wadah.
وَإِنْ تَيَقَّنَ طُهْرَهُمَا لَمْ يُكْرَهْ لَهُ غَمْسُهُمَا

Berkumur dan Memasukkan Air Ke Hidung

Dan berkumur setelah membasuh kedua telapak tangan.

(وَالْمَضْمَضَةُ) بَعْدَ غَسْلِ الْكَفَّيْنِ.
Kesunnahan berkumur sudah bisa hasil / didapat dengan memasukkan air ke dalam mulut, baik di putar-putar di dalamnya kemudian di muntahkan ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dengan cara memuntahkannya.

وَيَحْصُلُ أَصْلُ السُّنَّةِ فِيْهَا بِإِدْخَالِ الْمَاءِ فِي الْفَمِّ سَوَاءٌ أَدَارَهُ فِيْهِ وَمَجَّهُ أَمْ لَا. فَإِنْ أَرَادَ الْأَكْمَلَ مَجَّهُ
Dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) setelah berkumur.

َالْاِسْتِنْشَاقُ) بَعْدَ الْمَضْمَضَةِ.
Kesunnahan istinsyaq sudah bisa didapat dengan memasukkan air ke dalam hidung, baik ditarik dengan nafasnya hingga ke janur hidung lalu menyemprotkannya ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dia harus mennyemprotkannya.

وَيَحْصُلُ أَصْلُ السُّنَّةِ فِيْهِ بِإِدْخَالِ الْمَاءِ فِي الْأَنْفِ, سَوَاءٌ جَذَبَهُ بِنَفَسِهِ إِلَى خَيَاشِيْمِهِ وَنَثَرَهُ أَمْ لَا, فَإِنْ أَرَادَ الْأَكْمَلَ نَثَرَهُ.
Mubalaghah (mengeraskan) di anjurkan saat berkumur dan istinsyaq.

وَالْمُبَالَغَةُ مَطْلُوْبَةٌ فِي الْمَضْمَضَةِ وَالْاِشْتِنْشَاقِ.
Mengumpulkan berkumur dan istinsyaq dengan tiga cidukan air, yaitu berkumur dari setiap cidukan kemudian istinsyaq, adalah sesuatu yang lebih utama daripada memisah di antara keduanya.

وَالْجَمْعُ بَيْنَ الْمَضْمَضَةِ وَالْاِسْتِنْشَاقِ بِثَلَاثِ غُرَفٍ يَتَمَضْمَضُ مِنْ كُلٍّ مِنْهَا ثُمَّ يَسْتَنْشِقُ أَفْضَلُ مِنَ الْفَصْلِ بَيْنَهُمَا.

Mengusap Seluruh Kepala

Dan mengusap seluruh bagian kepala. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “dan meratakan kepala dengan usapan”.

(وَمَسْحُ جَمْيِعْ الرَّأْسِ) وَفِيْ بَعْضِ نُسَخِ الْمَتْنِ وَاسْتِيْعَابِ الرَّأْسِ بِالْمَسْحِ.
Sedangkan untuk mengusap sebagian kepala hukumnya adalah wajib sebagaimana keterangan di depan.

أَمَّا مَسْحُ بَعْضِ الرَّأْسِ فَوَاجِبٌ كَمَا سَبَقَ.
Dan seandainya tidak ingin melepas sesuatu yang berada di kepalanya yaitu surban atau sesamanya, maka dia disunnahkan menyempurnakan usapan air itu ke seluruh surbannya.
وَلَوْ لَمْ يُرِدْ نَزْعَ مَا عَلَى رَأْسِهِ مِنْ عِمَامَةٍ وَنَحْوِهَا كَمَّلَ بِالْمَسْحِ عَلَيْهَا.

Mengusap Kedua Telinga

Dan mengusap seluruh bagian kedua telinga, bagian luar dan dalamnya dengan menggunakan air yang baru, maksudnya bukan basah-basah sisa usapan kepala.

(وَمَسْحُ) جَمِيْعِ (الْأُذُنَيْنِ ظَاهِرِهِمَا وَبَاطِنِهِمَا بِمَاءٍ جَدْيِدٍ) أَيْ غَيْرِ بَلَلِ الرَّأْسِ.
Dan yang sunnah di dalam cara mengusap keduanya adalah ia memasukkan kedua jari telunjuk ke lubang telinganya, memutar-mutar keduanya ke lipatan-lipatan telinga dan menjalankan kedua ibu jari di telinga bagian belakang, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya yang dalam keadaan basah pada kedua telinganya guna memastikan meratanya usapan air ke telinga.
وَالسُّنَّةُ فِيْ كَيْفِيَّةِ مَسْحِهِمَا أَنْ يُدْخِلَ مُسَبِّحَتَيْهِ فِيْ صَمَاخَيْهِ وَيُدِيْرَهُمَا عَلَى الْمَعَاطِفِ وَيُمِرَّ إِبْهَامَيْهِ عَلَى ظُهُوْرِهِمَا ثُمَّ يُلْصِقَ كَفَّيْهِ وَهُمَا مَبْلُوْلَتَانِ بِالْأُذُنَيْنِ اسْتِظْهَارًا.

Menyelah-Nyelahi Jenggot, Jari Kedua Tangan dan Kaki

Dan menyelah-nyelahi bulu jenggotnya orang laki-laki yang tebal. Lafadz ”al katstsati” dengan menggunakan huruf yang di beri titik tiga (huruf tsa’).

(وَتَخْلِيْلِ اللِّحْيَةِ الْكَثَّةِ) بِمُثَلَّثَةٍ مِنَ الرَّجُلِ.
Sedangkan jenggotnya laki-laki yang tipis, jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib untuk diselah-selahi.

أَمَّا لِحْيَةُ الرَّجُلِ الْخَفِيْفَةُ وَلِحْيَةُ الْمَرْأَةِ وَالْخُنْثَى فَيَجِبُ تَخْلِيْلُهُمَا.
Cara menyelah-nyelahi adalah seorang laki-laki memasukkan jari-jari tangannya dari arah bawah jenggot.

وَكَيْفِيَّتُهُ أَنْ يُدْخِلَ الرَّجُلُ أَصَابِعَهُ مِنْ أَسْفَلِ اللِّحْيَةِ.
Dan sunnah menyelah-nyelahi jari-jari kedua tangan dan kaki, jika air sudah bisa sampai pada bagian-bagian tersebut tanpa diselah-selahi.

(وَتَخْلِيْلُ أَصَابِعِ الْيَدَّيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ) إِنْ وَصَلَ الْمَاءُ إِلَيْهَا مِنْ غَيْرِ تَخْلِيْلٍ.
Jika air tidak bisa sampai pada bagian tersebut kecuali dengan cara diselah-selahi seperti jari-jari yang menempel satu sama lain, maka wajib untuk diselah-selahi.

فَإِنْ لَمْ يَصِلْ إِلَّا بِهِ كَالْأَصَابِعِ الْمُلْتَفَّةِ وَجَبَ تَخْلِيْلُهَا.
Jika jari-jari yang menempel itu sulit untuk diselah-selahi karena terlalu melekat, maka haram di sobek karena tujuan untuk diselah-selahi.

وَإٍنْ لَمْ يَتَأَتَّ تَخْلِيْلُهَا لِالْتِحَامِهَا حَرُمَ فَتْقُهَا لِلتَّخْلِيْلِ.
Cara menyelah-nyelahi kedua tangan adalah dengan tasybik. Dan cara menyelah-nyelahi kedua kaki adalah dengan menggunakan jari kelingking tangan kanan di masukkan dari arah bawah kaki, di mulai dari selah-selah jari kelingking kaki kanan dan di akhiri dengan jari kelingking kaki kiri.
وَكَيْفِيَّةُ تَخْلِيْلِ الْيَدَّيْنِ بِالتَّشْبِيِكِ وَالرِّجْلَيْنِ بِأَنْ يَبْدَأَ بِخِنْصِرِ يَدِّهِ الْيُسْرَى مِنْ أَسْفَلِ الرِّجْلِ مُبْتَدِئًا بِخِنْصِرِ الرِّجْلِ الْيُمْنَى خَاتِمًا بِخِنْصِرِ الْيُسْرَى.

Mendahulukan Bagian Kanan

Dan sunnah mendahulukan bagian kanan dari kedua tangan dan kaki sebelum bagian kiri dari keduanya.

(وَتَقْدِيْمُ الْيُمْنَى) مِنْ يَدَّيْهِ وَرِجْلَيْهِ (عَلَى الْيُسْرَى) مِنْهُمَا.
Sedangkan untuk dua anggota yang mudah dibasuh secara bersamaan seperti kedua pipi, maka tidak disunnahkan untuk mendahulukan bagian yang kanan dari keduanya, akan tetapi keduanya di sucikan secara bersamaan.
أَمَّا الْعُضْوَانِ اللَّذَانِ يَسْهُلُ غَسْلُهُمَا مَعًا كَالْخَدَّيْنِ فَلَا يُقَدَّمُ الْأَيْمَنُ مِنْهُمَا بَلْ يُطَهَّرَانِ دَفْعَةً وَاحْدَةً.

Mengulangi Tiga Kali dan Muwwallah (Terus Menerus)


Mushannif menyebutkan kesunnahan mengulangi basuhan dan usapan anggota wudlu’ sebanyak tiga kali di dalam perkataan beliau, “dan sunnah melakukan bersuci tiga kali tiga kali.” Dalam sebagian teks diungkapkan dengan bahasa “mengulangi anggota yang dibasuh dan yang diusap.

وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ سُنِّيَّةَ تَثْلِيْثِ الْعُضْوِ الْمَغْسُوْلِ وَالْمَمْسُوْحِ فْيْ قَوْلِهِ (وَالطَّهَارَةُ ثَلَاثًا ثَلَاثًا) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ وَالتِّكْرَارُ أَيْ لِلْمَغْسُوْلِ وَالْمَمْسُوْحِ.
Dan muwallah (terus menerus). Muwallah diungkapkan dengan bahasa “tatabbu’”(terus menerus). Muwallah adalah antara dua anggota wudlu’ tidak terjadi perpisahan yang lama, bahkan setiap anggota langsung disucikan setelah mensucikan anggota sebelumnya, sekira anggota yang dibasuh sebelumnya belum kering dengan keaadan angin, cuaca dan zaman dalam keadaan normal.

(وَالْمُوَالَّاةُ) وَيُعَبَّرُ عَنْهَا بِالتَّتَابُّعِ وَهِيَ أَنْ لَا يَحْصُلَ بَيْنَ الْعُضْوَيْنِ تَفْرِيْقٌ كَثِيْرٌ بَلْ يُطَهِّرُ الْعُضْوَ بَعْدَ الْعُضْوِ بِحَيْثُ لَا يَجِفُّ الْمَغْسُوْلُ قَبْلَهُ مَعَ اعْتِدَالِ الْهَوَاءِ وَالْمِزَاجِ وَالزَّمَانِ.
Ketika mengulangi basuhan hingga tiga kali, maka yang jadi patokan adalah basuhan yang terakhir.

وَإِذَا ثَلَّثَ فَالْاِعْتِبَارُ لِآخِرِ غَسْلَةٍ.
Muwallah hanya disunnahkan di selain wudlu’nya shahibud dlarurah (orang yang memiliki keadaan darurat). Sedangan untuk shahibur dlarurah, maka muwallah hukumnya wajib bagi dia.

وَإِنَّمَا تُنْدَبُ الْمُوَالَّاةُ فِيْ غَيْرِ وُضُوْءِ صَاحِبِ الضَّرُوْرَةِ. أَمَّا هُوَ فَالْمُوَالَّاُة وَاجِبَةٌ فِيْ حَقِّهِ.
Dan masih ada lagi kesunnahan-kesunnahan wudlu’ lainnya yang disebutkan di dalam kitab-kitab yang panjang keterangannya.
وَبَقِيَ لِلْوُضُوْءِ سُنَنٌ أُخْرَى مَذْكُوْرَةٌ فِي الْمُطَوَّلَاتِ.

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

Baca juga artikel kami lainnya :  Malaikat Dan Tugasnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer