Apa itu islam ? 27 MACAM PERILAKU ISLAM

Apa itu islam : 27 MACAM PERILAKU ISLAM
ORANG yang baik keislamannya tidak hanya saleh secara ritual, melainkan juga saleh secara sosial. Maksudnya, orang tersebut tidak cukup cuma sholat, berpuasa, membayar zakat dan pergi haji, namun juga harus senantiasa berperilaku baik sebagaimana diajarkan dalam Islam. "Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (secara) keseluruhannya, dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. 2/Al-Baqoroh: 208) Berikut ini penulis ketengahkan sekelumit tentang perilaku Islami.

A. Adil adalah sikap tidak memihak atau tidak berat sebelah dalam hal apapun, baik dalam berperilaku sehari-hari maupun dalam menetapkan suatu hukum terhadap siapa pun. Keadilan juga harus diterapkan di rumah tangga kita, dalam memperlakukan para istri dan semua anak-anak kita. "Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu sehingga kamu tidak berlaku adil." (QS. 4/AnNisa': 135) Dan jika engkau memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah perkara di antara mereka dengan adil." (QS. 5/Al- Maidah: 42)

B. Amal Saleh, adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Misalnya menuntut ilmu, bersedekah bagi fakir miskin, menyantuni anak-anak yatim, melindungi orang yang lemah, menyelamatkan orang yang teraniaya, dan lain sebagainya. "Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (QS. 2/ Al-Baqoroh: 82) "Dan masing-masing orang memperoleh derajat menurut apa yang mereka kerjakan (amalnya), dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. 6/Al- An'am: 132) Kedua ayat ini menjelaskan bahwa betapa menjadi umat Islam itu tidak cukup hanya dengan beriman saja, melainkan juga harus disertai dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.

C. Amanah (jujur), adalah menyampaikan sesuatu kepada yang berhak. Pengertian amanah berdasarkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur'an ada dua macam:
a. tunduk dan patuh kepada Allah SWT, yakni mengerjakan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul, dan jangan mengkhianati yang diamanatkan kepadamu padahal kamu mengetahui." (QS. 8/ Al-Anfal: 27)
b. Menjalankan tanggung jawab dengan baik. "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." (QS. 4/An-Nisa': 58)

D. Amar Ma'ruf, adalah menyeru atau mengajak orang lain kepada kebajikan, baik melalui lisan maupun tindakan. "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf (baik) dan mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. 3/Ali-Imron: 104)

E. Bakti kepada orang-tua. Keharusan berbakti kepada orang tua yang diajarkan dalam Islam ini sangat rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu bapak dalam membesarkan dan merawat anak-anaknya. "Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya: 'ah'. Janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS 17/ Al-Isro': 23)

Termasuk dalam hal berbakti kepada kedua orang-tua adalah mematuhi semua perintahnya. Kecuali jika kita diperintah mempersekutukan Allah SWT, harus menolaknya. "Dan Kami wajibkan kepada manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya.." (QS. 29/Al-Ankabut: 8)

F. Cinta (Kasih Sayang). Orang yang beriman wajib memprioritaskan cintanya kepada Allah SWT, dan Rosul-Nya, Muhammad saw. Cara mewujudkan cinta kepada-Nya, adalah dengan memegang teguh ajaran-ajaran-Nya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap akan melakukan sesuatu akan berpikir lebih dulu, apakah Allah ridho atau tidak dengan sesuatu yang akan dilakukan itu. Sedangkan cinta kepada Rosulullah saw. dapat direalisasikan dengan meneladani sepak terjang beliau, memegang teguh sunnah-sunnah beliau, dan senantiasa bersholawat kepadanya. Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 3/ Ali-Imron: 31)

Prioritas cinta berikutnya, terserah kepada kita sepenuhnya. Yang jelas cintailah kedua orang-tua, keluarga (istri dan anak-anak), dan saudara-saudara seiman terutama yang masih ada hubungan saudara. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Tidak beriman seseorang di antara kalian sebelum ia mencintai saudaranya seperti kecintaannya terhadap dirinya sendiri". (HR. Bukhori)

Salah satu contoh mencintai saudara seperti mencintai diri sendiri adalah memberinya nasehat secara baik-baik sekalipun tanpa diminta. Tujuannya agar saudaranya tidak salah langkah. Namun kadang ada memang di antara saudara kita yang berprasangka bahwa nasihat itu cermin dari kebencian kita kepadanya. Padahal sesungguhnya nasehat itu cermin dari rasa kasih sayang, bagaimanapun cara menyampaikannya.

G. Dermawan (murah hati) adalah menafkahkan sebagian harta yang kita miliki kepada yang membutuhkannya di jalan yang benar. Misalnya menyekolahkan anak yatim, menyantuni fakir miskin, memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan. "Dan barangsiapa yang kikir, maka sesungguhnya kekikirannya atas dirinya." (QS. 47/Muhammad: 38)

H. Hemat (Tidak Boros). Dalam membelanjakan uang hendaknya berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan (hawa nafsu). Sebab segala sesuatu berupa barang yang kita beli karena keinginan (entah keinginan pamer atau untuk bersaing dengan tetangga) biasanya tidak banyak gunanya. Apalagi jika yang kita beli karena keinginan itu berupa makanan, umumnya menimbulkan penyakit. Bukankah keinginan makan secara terus-menerus, jika dituruti akan membuat kita kekenyangan lalu malas bergerak dan malas berpikir. Karena itu Allah SWT berfirman, "Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya, (juga kepada) orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros." (QS. 17/ Al-Isro': 26)

I. Hormat adalah suatu sikap yang tidak meremehkan orang lain. Dalam hal ini Islam mengajarkan agar kita hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Bukanlah dari golongan kami, orang yang tidak mau menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang lebih muda, serta tidak menyuruh berbuat baik, dan tidak melarang berbuat mungkar (aniaya keburukan/maksiat)". (HR. Ahmad, dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas ra.)

J. Iffah adalah memelihara kesucian diri. Setiap orang yang beriman dituntut memelihara kesucian diri baik lahir maupun batin. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang mensucikan diri." (QS. 2/ Al-Baqoroh: 222)

Demi kesucian diri manusia itu sendiri, maka Islam melarang dengan tegas pergaulan bebas antara pria dan wanita. "Hendaklah orang-orang yang tidak mampu menikah menjaga kesucian dirinya, hingga Allah memberikan kemampuan (rezeki) kepada mereka dengan karunia-Nya." (QS. 24/An-Nur: 33) Islam juga melarang pemeluknya memakan harta haram, dan mewajibkan umatnya mencari harta secara terpuji. "Dan janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan batil (tidak halal)." (QS. 2/ Al-Baqoroh: 188)

K. Ihsan adalah berbuat baik untuk orang lain. Allah SWT memerintahkan setiap orang yang beriman agar berbuat ihsan kepada sesama manusia tanpa memandang suku, warna kulit, dan status sosial. Terutama kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. "Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang kehabisan bekal dalam perjalanan bukan untuk maksiat) serta hamba sahayamu (pembantu rumah tangga)." (QS. 4/ An-Nisa': 36)

L. Ikhlas adalah melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan. Maksudnya, perbuatannya itu diniatkan sebagai ibadah sematamata mencari ridho Allah SWT. "Mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (QS. 98/Al-Bayyinah: 5). Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sungguh Allah SWT tidak menerima amal itu, kecuali amal dari orang yang ikhlas dan yang mengharapkan keridhoan-Nya". (HR. Abu Dawud dan Nasai dari Abu Umamah Al Bahili ra.)

Tetapi kini banyak terjadi penafsiran kata ikhlas secara salah. Misalnya seorang ustadz yang mau menerima honor sebagai imbalan jerih-payahnya mengajar ngaji atau ceramah divonis tidak ikhlas. Jelas vonis tersebut tidak pada tempatnya. Sebab jika ustadz tersebut tidak menerima honornya, darimana ia mendapatkan penghasilan untuk menafkahi anak istrinya. Sedangkan penghasilannya hanya dari mengajar ngaji dan ceramah tersebut.

M. Ilmu (Menuntut). Berkaitan dengan ilmu ini ada dua kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang yang beriman, yaitu belajar (menuntut) dan mengajar (menyebarkan) ilmu.

Kewajiban menuntut ilmu itu tersirat dari pemberian penghargaan oleh Allah SWT kepada orang beriman yang memiliki ilmu berupa derajat yang lebih tinggi dari manusia lainnya. "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. 58/ Al-Mujadalah: 11) Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Kelebihan orang berilmu dibandingkan dengan 'abid (seorang ahli ibadah) adalah tujuh puluh derajat." (HR. Ashbahaani) Ibadah orang yang tidak berilmu umumnya hanya ikut-ikutan gerak-gerik orang lain yang dilihatnya. Jadi tidak memenuhi syarat rukunnya, dengan demikian ibadahnya sia-sia belaka. Misalnya orang yang sholat hanya karena ikut-ikutan. Dia hafal betul gerakan sholat, namun tidak membaca fatihah karena tidak tahu bahwa fatihah adalah syarat sahnya sholat. Maka sholatnya tidak berpahala.

N. Instropeksi Diri adalah usaha mengevaluasi atau meneliti perilaku diri sendiri. Ada baiknya hal ini dilakukan setiap menjelang tidur malam. Kita simak apa saja yang kita kerjakan dalam sehari tadi. Adakah kesalahan yang telah kita perbuat? Jika ada sudah seharusnya kita bertekad memperbaikinya agar tidak terulang pada waktu-waktu mendatang. Dengan demikian perilaku kita dari hari ke hari semakin lebih baik. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Berbahagialah orang yang meneliti kesalahannya sendiri, dari kesalahan orang lain." (HR. Al-Bazzar) Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa tidak ada gunanya meneliti kesalahan orang lain.

O. Janji (Tepati). Salah satu tolok ukur kadar keimanan seseorang adalah dengan melihat bagaimana ia memelihara janjinya. Sebab Allah SWT mewajibkan orang yang beriman agar menepati janji. "Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janji." (QS. 5/Al Maidah: 1) Yang dimaksud segala janji di sini adalah janji kepada Allah SWT, janji terhadap diri sendiri dan terhadap sesama manusia

P. Kerja. Islam melarang pemeluknya menjadi pengangguran, apalagi meminta-minta. Jadi setiap orang yang beriman, wajib bekerja. Apapun jenis pekerjaannya, asalkan halal jauh lebih terpuji daripada menganggur. Allah SWT berfirman, Katakanlah (Hai Muhammad), "Bekerjalah kamu, Allah dan Rosul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu." (QS. 9/AtTaubah: 105)

Kewajiban bekerja ini telah dicontohkan oleh para nabi dan rosul terdahulu. Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi Adam as. mencari nafkah denganbercocok-tanam. Nabi Dawud as. seorang pandai besi. Nabi Nuh as. seorang tukang kayu. Nabi Idris as. bekerja menjadi penjahit. Nabi Musa as. adalah seorang penggembala. Nabi Muhammad saw. sendiri pada masa mudanya juga menjadi penggembala, lalu berdagang. Bahkan setelah menjadi Rosul Allah SWT, beliau masih bekerja memberi makan untanya, menambal sandal, menjahit pakaian, dan menggiling gandum sewaktu pembantunya sedang sakit. Sesekali beliau juga pergi belanja ke pasar serta membawa belanjaannya sendiri.

Q. Maaf-memaafkan adalah tradisi yang harus dihidupkan di antara umat Islam. Allah SWT memerintahkan, "Maafkanlah dan serulah mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A'rof: 199). Melakukan pembalasan terhadap perbuatan merugikan seseorang memang bukan suatu kesalahan, namun memaafkan lebih terpuji. "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang seimbang. Barangsiapa memaafkan dan mengadakan perdamaian, maka pahalanya atas tanggungan Allah." (QS. 42/Asy-Syuro: 40)

R. Malu berbuat yang tidak terpuji dan malu membuat kerusakan. Prioritas malu hendaknya kepada Allah SWT. Sebab jika kita sudah malu kepada Allah SWT, dalam keadaan sendirian pun, Insya Allah kita tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Iman terdiri dari tujuh puluh bagian. Yang paling utama adalah pengakuan bahwa 'Tiada Tuhan selain Allah'. Yang paling rendah tingkatannya adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan. Dan rasa malu adalah sebagian dari iman". (HR. Bukhori) "Sesungguhnya malu itu hanya membawa kepada kebaikan." (HR. Bukhori Muslim)

S. Nahi Munkar adalah suatu tindakan untuk mencegah kemungkaran. Maksudnya apabila kita melihat suatu ketidakberesan, maka wajib meluruskannya baik dengan lisan (menasehati) maupun dengan tindakan menggagalkannya. Tetapi jika kita tidak memiliki keberanian meluruskannya, maka cukuplah melakukannya dalam hati, dan itulah selemah-lemah iman.

T. Ridho adalah sikap menerima segala takdir/ketetapan dari Allah SWT dengan senang hati. Ciri orang yang ridho kepada keputusan Allah adalah tidak pernah berkeluh-kesah saat ditimpa musibah, dan tidak menyesali nasibnya sekalipun kurang beruntung. Tentu saja yang dimaksud rela di sini bukan menyerah begitu saja, melainkan wajib berusaha semaksimal mungkin memperbaiki nasib dengan menempuh cara yang dibenarkan agama. Sikap ridho ini biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa. "Daging-daging dan darahnya itu tidak sampai (mencapai keridhoan) Allah. Tetapi ketakwaan kamulah yang sampai kepada-Nya." (QS. 22/Al-Hajj: 37)

U. Sabar adalah menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Juga dapat diartikan berusaha mengendalikan hawa nafsu dalam menghadapi segala cobaan hidup. "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat." (QS. 2/Al-Baqoroh: 155) Maksudnya memintalah pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan sholat. "Sesungguhnya hanya mereka yang sabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas." (QS. 39/Az-Zumar: 10) Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Malu merupakan perhiasan, takwa merupakan kemuliaan. Sebaik-baik kendaraan adalah sabar. Dan menanti jalan keluar dari Allah SWT merupakan ibadah"(HR. Hakim dari Jabir ra.) Hadits di atas mengumpamakan sabar dengan kendaraan, mengapa? Sebab hanya orang yang sabarlah yang dapat mencapai tujuannya, yakni menyelesaikan permasalahannya dengan baik.

V. Sedekah adalah memberikan bantuan lahir atau batin kepada orang-orang yang membutuhkannya. Tentang makna sedekah dan ragam perbuatan yang tergolong sedekah diterangkan dalam hadits berikut ini. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Setiap anggota tubuh manusia mempunyai kesempatan untuk bersedekah tiap-tiap hari. Yaitu, mendamaikan orang-orang berselisih, adalah sedekah.
Menolong orang naik kendaraan, itupun sedekah. Setiap langkah yang anda lakukan untuk pergi sholat, sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan umum, adalah sedekah." (HR. Muslim dari Abu Huroiroh ra.)

W. Sederhana adalah suatu sikap atau tindakan yang tidak berlebihan. Islam memang mengajarkan kepada pemeluknya agar berperilaku yang sedang-sedang saja. "Dan sederhana dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah 'suara keledai." (QS. 31/Luqman: 19) Ayat menyuruh kita agar berperilaku sopan dalam pergaulan. Terutama dalam berbicara jangan sampai mengeluarkan suara keras dan "pedas" yang dapat menyakitkan orang-orang yang mendengarnya.

X. Silaturrohmi adalah mempererat tali persaudaraan dengan sanak kerabat, tetangga, dan sesama umat Islam dengan cara saling mengunjungi. Tujuannya agar tercipta iklim komunikasi dua arah dan terpeliharanya hubungan baik. Dengan demikian kemungkinan kecil terjadi salah paham, karena bisa saling menasehati dan apabila ada masalah bisa diselesaikan secara musyawarah. "Dan (peliharalah hubungan) keluarga." (QS. 4/AnNisa': 1) Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Siapa yang ingin rezekinya dilapangkan Allah, atau ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menghubungkan silaturrohmi". (HR. Muslim dari Anas bin Malik ra.)

Y. Syukur adalah sikap gembira sekaligus berterima kasih atas segala nikmat pemberian Allah SWT yang tidak mungkin kita mampu menghitungnya. "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka beritakanlah (mensyukuri)nya." (QS. 93/Adh-Dhuha: 11) "Sungguh jika kamu bersyukur, Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. dan jika kamu mengingkarinya, maka sungguh siksa-Ku sangat keras." (QS. 14/Ibrohim: 7)
Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Ada dua watak yang apabila keduanya terdapat dalam diri seseorang, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang sabar dan bersyukur. Yakni seseorang yang apabila melihat ada orang lain lebih pintar atas dirinya dalam masalah agama, ia mengikutinya. Dan jika ia melihat orang lain lebih miskin darinya, lalu ia memuji Allah atas karunia yang diterimanya. Orang seperti itulah yang dicatat oleh Allah SWT sebagai orang yang bersabar dan bersyukur". (HR. Tirmidzi dari Ibnu Amr ra.)

Z. Taat adalah suatu sikap yang menunjukkan ketundukan dan kepatuhan. Kepada siapakah kita harus taat. Pertama, tentu kepada Allah SWT dan Rosul-Nya. Katakanlah (Hai Muhammad), "Taatlah kamu kepada Allah dan Rosul-Nya, namun jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (QS. 3/Ali-Imron: 32). Kedua, taat kepada penguasa yang sah yang tidak menyuruh kepada kedzaliman. "Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rosul dan kepada pemangku kekuasaan di antaramu." (QS. 4/An-Nisa': 39)

AA. Zuhud, adalah lebih menomorsatukan pahala di sisi Allah dibandingkan dengan segala sesuatu yang dimilikinya. Namun sebagian masyarakat kita mengartikannya zuhud secara salah. Ada yang mengatakan bahwa kalau kita ingin hidup zuhud berarti kita harus menjauhi harta benda duniawi. Dengan kata lain kita harus hidup miskin. Bukan demikian. Sebab orang Islam itu harus kaya agar bisa bersedekah, bisa menyantuni anak yatim, dan bisa naik haji.

Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Zuhud terhadap masalah duniawi bukanlah dengan cara mengharamkan barang yang halal. Juga bukan dengan cara menyia-nyiakan harta benda Tetapi zuhud dalam masalah duniawi adalah hendaknya engkau memegang apa yang ada di sisi Allah SWT daripada apa yang ada di tanganmu. Dan hendaklah engkau lebih men-yukai pahala musibah yang menimpamu seandainya musibah itu menimpamu selama-lamanya” (HR. Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer