Perang Nabi Muhammad

Perang Nabi Muhammad

Sesungguhnya Islam mengajarkan kasih sayang dan perdamaian pada segenap umat manusia, tanpa memandang warna kulit dan agama. Oleh karenanya tatkala Kaum Muslim pada masa awal kemunculan Islam diperlakukan sewenang-wenang oleh Kaum Kafir, Nabi Muhammad saw. tidak mengadakan pembalasan. Beberapa waktu lamanya, Nabi menunggu petunjuk dari Allah SWT untuk mengatasi masalah itu. Baru setelah turun firman Allah yang mengatakan, bahwa Kaum Muslim boleh "membela diri", Nabi memutuskan mengadakan serangan balasan setiap kali diserang. Peperangan pun tidak bisa dihindarkan pada masa-masa awal penyebaran agama Islam. Peperangan yang diputuskan oleh Nabi saw. itu sendiri, tidak lebih dari sekadar untuk menegakkan agama Allah SWT dan mempertahankan diri.
Perang-perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw., sebagai berikut:

1. Perang Badar

Setelah Nabi Muhammad Rosululah saw hijrah ke kota Madinah, Islam semakin banyak pemeluknya, tidak kecuali dari bangsa Yahudi yang jumlahnya mayoritas di kota itu. Kenyataan tersebut menimbulkan gerakan anti Islam di kalangan Yahudi, terlebih lagi setelah Allah SWT. memerintahkan berkiblat dari Baitul maqdis ke Ka'bah. Sekalipun demikian Rosulullah saw. melayani kaum Yahudi dengan ramah, dan lemah-lembut.

Bahkan beliau membuat perjanjian dengan mereka yang isinya:
a. orang Yahudi dan orang Islam hidup berdampingan sebagai suatu bangsa.

b. masing-masing bebas menjalankan agama yang diyakininya, dan tidak boleh mengganggu agama orang lain.

c. jika salah satu pihak diserang musuh, maka pihak yang lain harus memberikan bantuan.

d. apabila kota Madinah mendapat serangan, maka orang-orang Islam dan Yahudi harus bahu-membahumempertahankannya.

e. kalau di antara kedua belah pihak terjadi perselisihan, maka Nabi saw yang akan mengadilinya.

Beberapa waktu setelah perjanjian itu ditandatangani, orang-orang Yahudi yang anti Islam melanggarnya dengan mengadakan hasutan untuk mengusir umat Islam. Ketika itu kaum kafir Quraisy di Mekah telah bersiap-siap untuk menyerang umat Islam dengan kekuatan besar. Nabi Muhammad Rosulullah saw. merasa sulit menghadapi masalah ini, karena selama ini orang-orang Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk menghindari peperangan dengan berhijrah (pindah). Pada saat itulah turun wahyu yang memerintahkan agar orang-orang Islam membalas menyerang apabila diserang.

Akhirnya peperangan antara umat Islam dan kaum kafir tak terelakkan. Perang yang pertama ini terjadi pada 17 Romadhon, 4 tahun kedua Hijriyah. Meletus di daerah Badar yang terletak antara Kota Mekah dan kota Madinah. Tentara Islam yang hanya berjumlah 313 orang berhadapan dengan kaum kafir Quraisy yang berjumlah 1.000 orang. Melihat jumlah tentara lawan yang lebih dari tiga kali lipat tentara muslim, Rosulullah saw berdoa, "Yaa Allah, menangkanlah pasukan hamba-Mu. Bila umat yang kecil ini binasa, maka akan jayalah agama berhala, dan di muka bumi ini tidak akan ada orang yang menyembah-Mu."

Ketika itulah turun wahyu yang memerintahkan agar Nabi mengerahkan pasukan orang-orang mukmin untuk bertempur. Allah memberi jaminan bahwa 20 orang mukmin yang sabar akan dapat mengalahkan 200 orang musuh, dan seratus orang mukmin akan dapat membinasakan 1000 orang kafir. Sebab orang kafir tidak memiliki pegangan yang teguh.

Nabi segera mengambil segenggam pasir, lalu melemparkannya ke arah musuh sebagai isyarat perintah menyerang. Sesaat kemudian, orang-orang mukmin melakukan penyerangan dengan memekik, "Ahad (Esa), Ahad (Esa), Ahad (Esa)..." Pada saat itulah angin berhembus kencang, menerbangkan debu-debu ke arah musuh. Keadaan ini sangat membantu Kaum Muslimin, dan kemenangan yang dijanjikan Allah SWT menjadi kenyataan.

Al-Qur'an mengungkapkan bahwa dalam Perang Badar ini Allah SWT menurunkan ribuan malaikat untuk membantu Nabi saw. dan orang-orang muslim. Dan sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah, oleh karena itu bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu bersyukur. (Ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang-orang mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kamu apabila Tuhanmu membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan?" Bahkan jika kamu sabar dan bersiap siaga dan mereka datang menyerbu kamu pada saat itu juga, niscaya Tuhanmu akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang diturunkan yang memakai tanda. (QS. 3/Ali Imron: 123-125)

Dalam perang ini tentara Islam hanya 14 orang yang syahid. Sedangkan pihak kafir 70 orang tewas termasuk tokoh-tokohnya seperti Abu Jahal bin Hisyam (panglima), 'Uttibah bin Rabiah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Umaiyah bin Shift.

2. Perang Uhud

Perang ini pecah akibat dendam dari Kaum Kafir Quraisy atas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka mengerahkan 3000 tentara, sedangkan Kaum Muslimin hanya mempunyai 1000 prajurit. Itu pun kemudian berkurang, karena orang-orang munafik yang sebanyak 300 akhirnya mengundurkan diri oleh pengaruh orang-ornag Yahudi.

Nabi Muhammad Rosulullah saw. menempatkan pasukan muslimin di Bukit Uhud, sedangkan sebelah kirinya terdapat Bukit Ainain. Kemudian 50 prajurit di bawah pimpinan Ibnu Zubair diperintahkan menjaga celah bukit dari belakang dan dilarang meninggalkan tempat itu, apa pun yang akan terjadi. Al-Qur'an melukiskan demikian, Dan (ingatlah) ketika engkau berangkat pada pagi hari dari keluargamu menempatkan orang-orang mukmin pada beberapa kedudukan (pos-pos strategis) untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, sewaktu dua pasukan dari padamu ingin mundur (karena takut), padahal Allah penolong bagi kedua pasukan itu, dan kepada Allah sajalah orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. 3/Ali Imron: 121-122)

Melihat posisi Kaum Muslimin tersebut, pasukan Kafir Quraisy mengadakan serangan dengan formasi berbentuk bulan sabit, yakni setengah lingkaran. Serangan mereka dapat dipatahkan. Belasan pasukan Kafir Quraisy berguguran, sedangkan lainnya meninggalkan medan. Keadaan ini membuat pasukan Ibnu Jubair terpancing untuk turut mengadakan pengejaran dengan harapan dapat memperoleh harta yang ditinggalkan musuh.

Sebagian pasukan Kaum Kafir yang mengetahui tempat Ibnu Zubair dan pasukannya telah kosong, segera memanfaatkannya untuk melakukan serangan balik. Akibatnya dalam pertempuran ini umat Islam menderita kerugian. 70 orang tewas, sedangkan di pihak kafir hanya 25 orang yang tewas. Kekalahan ini menginsafkan mereka, bahwa melanggar dan mengabaikan perintah Nabi,saw akan mendatangkan kerugian.

3. Perang Ghotafan

Pecah pada tahun ketiga Hijrah. Dalam perang ini terjadi peristiwa besar, yakni pada waktu Nabi beristirahat seorang diri, muncullah seorang kafir bernama Du'tsur secara diam-diam seraya menghunuskan pedangnya.
"Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?" olok Du'tsur penuh kebencian.
Dengan tenang, Nabi menjawab. "Allah Ta'ala."

Seketika Du'tsur gemetar. Pedangnya yang sudah terhunus di leher Nabi terjatuh. Lalu Nabi mengambilnya, sesaat kemudian menghunuskannya kepada Du'tsur sambil bertanya. "Siapakah yang dapat melindungimu dariku?"
"Tidak ada," Du'tsur ketakutan.
Nabi memaafkannya. Akhirnya Du'tsur masuk Islam dan mengajak kaumnya memeluk Islam.

4. Perang Khondaq (Parit)

Perang Khondaq atau dinamakan Perang Ahzab (gabungan). Ahzaab merupakan bentuk jamak dari kata hizb yang berarti golongan. Jadi penamaan Perang Ahzab karena orang-orang Yahudi bergabung dengan seluruh kabilah Arab yang membenci Islam untuk menyerang Nabi Muhammad Rosulullah saw. dan pengikutnya.

Perang ini berawal dari adanya hasutan beberapa orang Yahudi dari Bani Nadir (Abdullah bin Sallam bin Abi Huqoiq, Kinanah ar-Robi bin Abi Huqoiq, dan Huyayy bin Akhtab) dan Bani Wa'il (Abu Ammar dan Huwazah bin Qois). Guna melaksanakan dendam terhadap Nabi saw dan kaum muslimin, mereka menggalang kerjasama dengan semua kabilah Arab yang masih kafir di Mekah. Maka terhimpunlah kekuatan pasukan mereka yang cukup besar, jumlah seluruhnya mencapai 10.000 prajurit. Padahal Nabi saw saat itu hanya dapat mengumpulkan sebanyak 2.000 orang prajurit muslim.

Melihat kekuatan yang sangat tidak seimbang, Salman Al Farisi mengusulkan agar dibangun sistem pertahanan berupa parit (khondaq) di perbatasan kota Madinah untuk menghambat gerakan musuh yang datang dari Mekah. Nabi Muhammad saw. menyetujui usulan tersebut. Bahkan selama enam hari beliau memimpin langsung pembuatan parit yang besar dan dalam tersebut. Lalu di pinggir parit diletakkan batu-batu yang siap dilemparkan ketika musuh menyerang. Rumah-rumah di belakang parit dikosongkan. Pertahanan di kota Madinah juga diperkuat. Dinding-dinding rumah yang menghadap arah datangnya musuh diperkokoh. Dan keselamatan bagian lain kota Madinah diserahkan kepada Bani Quroizah yang telah membuat perjanjian damai dan bersumpah saling menolong.

Dengan adanya parit tersebut, pasukan Ahzab (gabungan Yahudi dan Kafir yang datang dari Mekah) tidak bisa langsung menyerbu Kota Madinah. Akhirnya mereka membagi kekuatan menjadi tiga kelompok untuk mengepung Nabi saw. dan kaum muslimin. Pasukan yang dipimpin Abu Sufyan menghadapi kaum muslimin di bagian parit. Pasukan yang dipimpin Ibnu A'war as- Salami mengambil posisi dari arah atas lembah. Dan satu pasukan lainnya, pimpinan Uyainah bin Hisn menyerang dari arah samping. Pengepungan kota Madinah itu berlangsung hampir satu bulan. Selama itu pula tidak terjadi pertempuran. Hanya beberapa orang kesatria Quraiys (Ikrimah bin Abu Jahal, Amr bin Abdul Wudd, dan Diror bin Khottab) menyeberangi parit dan menantang perang tanding. Mereka dilawan dan berhasil dikalahkan oleh beberapa orang muslim yang dipimpin oleh Ali bin Abi Tholib.

Dalam keadaan terkepung, beban kaum muslimin bertambah berat dengan pengkhianatan Bani Quroizah yang sebelumnya dipercaya menjaga bagian lain Kota Madinah. Keberpihakan Bani Quroizah kepada Pasukan Ahzab memudahkan pasukan kafir memasuki kota Madinah. Tentu saja hal ini membuat kalang kabut kaum muslimin, namun Nabi Muhammad saw. berhasil menenangkan mereka. Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin Auf, dinyatakan bahwa Nabi saw. berdoa, " Ya Allah, Tuhan yang menurunkan wahyu, yang maha cepat menuntut perhitungan, kalahkan pasukan Ahzab, kalahkanlah mereka, dan menangkanlah kami atas mereka."

Di tengah suasana yang menegangkan tersebut, Nu'man bin Mu'az, seorang dari Kabilah Gatafan menghadap Nabi saw. menyatakan bahwa ia telah masuk Islam tanpa diketahui kawan-kawannya. Kemudian Nabi saw. menugaskankan menemui para petinggi kelompok-kelompok yang bergabung dalam pasukan sekutu (Yahudi dan kaum kafir Arab) untuk menurunkan semangat juang mereka.

Pertempuran antara Pasukan Ahzab dan Kaum Muslimin belum sempat terjadi, ketika pertolongan itu tiba. Suatu malam Allah SWT mengirimkan angin yang bertiup kencang, disertai hujan deras dan gelegar petir yang bersahutan hingga memporak-porandakan perkemahan Pasukan Ahzab. Karena mereka ketakutan dan khawatir adanya serangan dadakan dari kaum. Muslimin, akhirnya Abu Sufyan memerintahkan kaum Quraisy kembali ke Mekah. Keputusan mereka diikuti oleh kabilah Gatafan dan kabilah-kabilah lainnya.

Kini kaum Muslimin dihadapkan pada masalah Bani Quroizah yang melanggar perjanjian damai dan sumpah untuk saling menolong. Sebab jika masalah ini tidak dituntaskan, pengkhianatan mereka kelak pasti kembali terulang. Masalah Bani Quroizah ini Nabi saw. serahkan kepada Sa'ad bin Mu'az. Dengan tegas Sa'ad memerintahkan Bani Quroizah meletakkan senjata, dan keluar dari benteng persembunyian mereka. Lalu Sa'ad memutuskan bahwa kaum lelaki yang terlibat kejahatan perang dijatuhi hukuman mati. Nabi saw. menyetujui keputusan tersebut.

Al-Qur'an menggambarkan pengkhianatan Bani Quroizah sebagai berikut, Mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan dan perjanjian terhadap orang mukmin. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara-saudara kamu segama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. Dan jika mereka melanggar sumpah (janjinya) sesudah mereka berjanji dan mereka mencaci agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpinorang kafir, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, supaya mereka berhenti (menyerang kaum muslimin). (QS. 9/ At-Taubah: 10-12)

5. Perang Khoibar

Terjadi pada tahun ketujuh Hijrah. Meletus di kota Khoibar. Pasukan Muslim berjumlah 1.600 prajurit yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Rosulullah saw. berhasil mengepung orang-orang Yahudi selama enam hari. Dan pada hari ketujuh, mereka dapat ditaklukkan.

6. Perang Mu'tah

Terjadi pada tahun kedelapan Hijrah. Ketika pasukan Muslimin yang berjumlah 3.000 orang memasuki kota Mu'tah, dihadang oleh 2.00.000 prajurit Romawi. Pertempuran dahsyat pun tak terelakkan.
Dalam peperangan ini, Pasukan Muslim kehilangan prajurit-prajurit terbaik. Zaid bin Haritsah yang ditunjuk sebagai Panglima gugur. Lalu digantikan oleh Ja'far bin Abi Tholib, yang akhirnya juga terbunuh . Penggantinya, Abdullah bin Rowahah terbunuh pula. Terakhir Pasukan Muslim dipimpin oleh Kholid bin Walid. Berkat pertolongan Allah SWT, perang dapat mereka menangkan.

7. Perang Hunain

Terjadi pada tahun kedelapan Hijrah. Peperangan ini meletus di pegunungan Hunain. Dalam perang ini Nabi Muhammad Rosulullah saw. berhasil mengumpulkan 12.000 prajurit. Sedemikian banyaknya jumlah prajurit Pasukan Muslim, sehingga sebagian kecil menyombongkan diri bahwa kemenangan akan mereka dapatkan. Karena kesombongan inilah mereka lengah. Ketika Pasukan Muslim baru menyeberangi Wadi Hunain, Pasukan Kafir melakukan penyerangan secepat kilat. Berguguranlah barisan prajurit-prajurit yang menyombongkan diri.

Melihat kenyataan tersebut, Rosulullah saw segera memperingatkan yang lain agar bertobat dan minta ampun. Selain itu beliau juga menyerukan agar niat mereka yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, mengubahnya dengan niat menegakkan agama. Berkat pertolongan Allah SWT yang menurunkan bala tentara yang terdiri dari para malaikat, keadaan menjadi terbalik. Pasukan Muslim dapat dengan leluasa menguasai medan. Pasukan Kafir akhirnya lari tunggang-langgang. Dan kemenangan dapat diperoleh dengan gampang.

Al-Qur'an menerangkan peristiwa Perang Hunain sebagai berikut, "Sungguh Allah telah menolong kamu di medan pertempuran yang banyak, dan pada Hari Hunain, ketika itu kamu sombong karena banyaknya jumlahmu, maka (jumlah yang banyak itu) tidaklah dapat menolongmu sedikit pun. Dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu (terpaksa) mundur ke belakang. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rosul-Nya dan kepada orang-orang mukmin serta Allah menurunkan bala tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah mengazab orang-orang kafir. Demikianlah balasan kepada orang-orang kafir." (QS. 9/At Taubah: 25-26)

Pada perang inilah Pasukan Muslim mendapatkan banyak harta rampasan yang kesemuanya itu dimanfaatkan oleh Rosulullah saw. untuk syiar Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer