Allah Swt menjadikan Baitul ‘Atiq (kuno) sebagai tempat kembali dan tempat yang aman
bagi manusia. Allah Swt memuliakannya dengan menisbatkan pada-Nya sebagai bentuk memuliakan,
penjagaan dan anugerah. Menjadikan ziarah dan thowaf disana sebagai penghalang
dan perisai dari siksaan bagi hamba. Diantara rukun dan pondasi islam, haji
adalah ibadah yang wajib di lakukan satu kali seumur hidup sebagai penyempurna
agama.
Merupakan sesuatu hal yang layak jika mencurakan
keinginan untuk menjelaskan ibadah ini, memerinci rukun, etika, keutamaan dan rahasia-rahasia di
dalamnya.
“dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap
penjuru yang jauh,” .
Sahabat Qotadah berkata, “ketika Allah Azza Wa Jalla memerintahkan kepada
Nabi Ibrahim As agar berseru kepada manusia untuk mengerjakan haji, maka
beliau berseru, ‘wahai manusia,
sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah membangun Bait, maka
hajilah kalian semua kesana’.”
Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda,
مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ خَرَجَ
مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“barang siapa menunaikan ibadah haji ke Baitullah
dan tidak berbicara jorok serta tidak berbuat kefasikan, maka dia
akan terbebas dari dosa-dosanya seperti saat
awal dia di lahirkan ibunya”.
Ada riwayat yang menjelaskan bahwa sesungguhnya
kelak Ka’bah akan di iring sebagaimana pengantin baru. Setiap orang yang pernah melaksanakan haji maka akan
memegang selambunya dan berjalan di sekelilingnya hingga Ka’bah masuk kesorga.
Di riwayatkan dari imam Hasan Basri,
sesungguhnya sedekah satu dirham untuk Ka’bah itu sama dengan sedekah seratus
ribu dirham. Begitupula setiap melakukan satu kebaikan di Baitullah itu sama dengan
melakukan seratus ribu kebaikan. Ada yang mengatakan, bahwa
kejelekan yang di lakukan di Baitullah juga di lipat gandakan sebagaimana di
lipat gandakannya kebaikan di sana.
Ketika baginda Nabi Muhammad Saw kembali ke Makkah, maka
beliau menghadap Ka’bah seraya bersabda,
إِنَّكَ لَخَيْرُ أَرْضِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأَحَبُّ بِلَادِ
اللهِ تَعَالَى إِلَيَّ وَلَوْلَا أَنِّيْ أُخْرِجْتُ مِنْكَ لَمَّا خَرَجْتُ
“sesungguhnya engkau adalah bumi Allah Azza Wa Jalla
yang terbaik dan merupakan negri Allah Ta’ala yang paling aku cintai,
seandainya aku tidak di keluarkan darimu niscaya aku tidak akan keluar.”
Setelah Makkah, tidak ada daerah yang lebih
utama daripada kota Madinah Rosulullah Saw. Amal perbuatan di sana juga di
lipat gandakan -sebagaimana di Makkah-. Baginda
Nabi Muhammad Saw bersabda,
صَلَاةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ
فِيْمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“melaksanakan sholat di masjidku ini lebih baik dari
pada melakukan sholat seribu kali di masjid yang lain selain Masjidil Haram”.
Setelah masjid Nabawi, tempat
yang utama adalah Baitul Maqdis, karena sesungguhnya sholat di sana sama dengan
sholat lima ratus kali di tempat yang lain selain masjidil Haram.
Selain ketiga tempat ini, semuanya
sama selain tempat yang di jadikan benteng. Karena bertempat di benteng untuk
menjaga keamanan mengandung keutaman yang sangat besar. Oleh karena semua
tempat _selain tiga tempat tadi _ itu sama, maka baginda Nabi Muhammad Saw
bersabda,
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِيْ هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
“janganlah berangkat selain ketiga masjid yaitu
masjidil Haram, masjiku ini (masjid Nabawi) dan masjidil Aqsho.”
Karena selain ketiga masjid itu, semuanya
sama. Tidak ada Negara kecuali disana ada masjidnya, maka
tidak ada gunanya berangkat kemasjid daerah lain.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)
Baca juga artikel kami lainnya : Arti Mukmin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar