Di setiap pekerjaan di dalam ibadah ihram terdapat
pengingat bagi yang ingin mengingatnya dan teladan bagi orang yang mencarinya.
Ketika bab ibadah ihram di buka, maka bagi setiap orang yang melaksanakan haji
akan nampak rahasia-rahasia di dalamnya yang bisa di ketahui dengan hati yang
bersih dan pemahaman yang baik.
Sesungguhnya
Allah Swt memuliakan Baitul Atiq dengan menyandarkan pada dzat-Nya.
Membangunnya sebagai tempat tujuan bagi hamba-hamba-Nya. Menjadikan daerah
sekitarnya sebagai tanah Haram karena bentuk pengagungan yang di berikan
padanya. Memperkuat kemuliannya dengan mengharamkan binatang buruan dan
tanaman-tanamannya. Menjadikannya seakan sebagai tempat pengaduan kepada
raja-raja yang di datangi orang dari berbagai penjuru yang jauh dalam keadaan
kusut rambut, wajah dan tawadlu’ kepada tuhan Baitullah serta keagungan-Nya,
dengan tetap meyaqini bahwa Allah Swt tidak bertempat di Baitullah dan di
Negara manapun. Hal ini di lakukan sebagai bentuk kesungguhan dalam kehambaan
dan menyempurnakan rasa tunduk kepada-Nya.
Di
dalam ihram dan talbiyah terdapat unsur memenuhi panggilan Allah Azza wa Jalla,
di dalam masuk Makkah terdapat pengingat bahwa telah sampai ke tanah Haram
Allah Swt, maka jangan sampai menjadi orang yang bukan ahli ibadah ibadah, dan
hendaknya mengharap rahmat-Nya. Di dalam melihat baitullah terdapat hikmah
menghadirkan keagungan Allah Swt di dalam hati, dan mengira-ngirakan seakan
melihat pada Tuhan Baitullah karena sangat mengagungkan-Nya. Di dalam thowaf
terdapat keserupaan dengan malaikat muqorrobin
yang mengelilingi ‘Arsy. Tujuannya bukanlah hanya badan yang melakukan thowaf,
akan tetapi hati yang thowaf dengan mengingat kepada Allah Swt. Di dalam
memegang selambu Ka’bah dan menempel pada Multajam terdapat unsur berusaha
mendekatkan diri karena sangat cinta kepada Baitullah dan Tuhannya Baitullah,
mencari berkah dengan menyentuh dan bersungguh-sungguh memohon ampunan dan
keamanan, seperti orang yang telah melakukan salah yang memegang pakaian orang
yang telah di salahinya, bersungguh-sungguh meminta maaf padanya,
memperlihatkan bahwa tidak ada tempat lain selain dirinya, dan tidak akan
melepaskan pakaiannya kecuali telah mendapat ampunannya.
Di
dalam sa’I diantara Shofa dan Marwa terdapat keserupaan dengan seorang hamba
yang mondar mandir di halaman seorang raja, karena menampakkan keikhlasan di
dalam berkhidmah dan mengharap di lihat dengan pandangan belas kasih oleh
rajanya, sebagaimana orang yang menghadap raja dan saat keluar belum tahu apa
keputusan yang di berikan raja untuk dirinya, apakah di terima ataukah di
tolak, sehingga dia mondar-mandir kesana kemari di halaman istana raja berharap
mendapat belas kasih.
Wukuf
di Arafah dan melihat berdesak-desakannya manusia disertai suara-suara keras
dengan bahasa yang beragam, mengingatkan bagaimana keadaan saat manusia
berkumpul di hari kiamat, kebingungan mereka antara di terima atau di tolak
saat berada di tempat yang satu. Saat mengingat semua itu, maka akan menetapkan
hati agar memohon bersungguh-sungguh kepada Allah azza Wa Jalla, mengharap di
kumpulkan dalam golongan orang-orang beruntung dan mendapat rahmat, serta
memantapkan hati bahwa harapannya akan terkabul. Karena sesungguhnya tempat
wukuf adalah tempat yang mulia, sedangkan rahmat itu hanya akan datang dari
sisi Allah Azza Wa Jalla ke seluruh makhluk dengan perantara hati-hati yang
bersih, sedangkan Arafah tidak akan sepi dari berbagai tingkatan orang-orang
sholeh dan orang-orang yang mempunyai hati sempurna. Ketika tujuan orang-orang
soleh itu berkumpul dan bersungguh-sungguh memohon sepenuh hati, mengangkat
tangan, leher kepada Allah Swt dan mengarahkan pandangan kelangit dengan satu
tujuan yaitu meminta rahmat dari Allah Swt, maka sungguh jangan kau kira
harapan dan usaha mereka di sia-siakan oleh Allah, sehingga tidak memberikan
rahmat-Nya.
Di
dalam melempar jumrah terdapat unsur
tunduk kepada perintah Allah Swt, menampakkan kehambaan, menyengaja melempar
wajah syetan dan mengahncurkan punggungnya.
Di
dalam ziarah ke Madinah dan saat melihatnya, mengingatkan bahwa ini adalah
Negara yang di pilih oleh Allah Azza Wa Jalla untuk Nabi-Nya Saw, dan
menjadikannya sebagai tempat hijrah baginda Nabi Muhammad saw. Mengingatkan
sesungguhnya Madinah adalah tempat baginda Nabi Meyebarkan kewajiban dan
kesunahan-kesunahan dari Tuhannya Azza Wa Jalla, memerangi musuhnya dan
menampakan agamanya hingga Allah Azza Wa Jalla memanggil ke haribaan-Nya.
Mengingatkan bahwa sesungguhnya Allah Swt memillih Madinah sebagai tempat bagi
Nabi-Nya dan kaum muslimin pertama yaitu golongan yang paling utama.
Mengingatkan bahwa kewajiban-kewajiban syareat Allah Swt pertama kali di
tegakkan di sana. Dan sesungguhnya Madinah adalah satu tempat yang di tempati
makhluk Allah Swt yang termulia saat masih hidup dan setelah meninggal dunia.
Semoga Allah Swt selalu memuliakan beliau.
(Sumber : BEKAL DAKWAH AL-GHOZALI jilid 1)
Baca juga artikel kami lainnya : Arti Mukmin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar