Majelis tafsir Al Quran

Majelis tafsir Al Quran - Tafsir Al-Qur'an

Makna Tafsir dari segi bahasa adalah mengungkapkan (al-kasyf), menjelaskan (al-idhoh) dan menerangkan (al-bayan). Sebab kata tafsir berasal dari katafassaro — yufassiru — tafsiron yang artinya penjelasan atau uraian. Dengan demikian Tafsir Al-Qur'an adalah penjelasan mengenai lafal, makna, apa yang dikehendaki oleh nash, dan hikmah ayat-ayat Al-Qur'an.

Macam-Macam Tafsir Al-Qur'an

Berdasarkan sumber-sumbernya, tafsir dibagi menjadi dua.

1. Tafsir bi Al-Ma'tsur (bi ar riwayah dan an naql) yaitu menafsirkan Al-Qur'an sesuai dengan keterangan Al-Qur'an itu sendiri, penjelasan Nabi Saw. dan pendapat para sahabat, serta pendapat tabi'in.

Pertumbuhan Tafsir bi al-ma'tsur telah melewati tiga periode. Pertama, pada masa Nabi Muhammad saw., para sahabat, dan awal masa tabi'in. Pada periode ini penafsiran Al-Qur'an dilakukan sebatas secara lisan. Kedua, pada masa mengodifikasi secara resmi yang dimulai pada masa pemerintahan Umar bin Abd. Aziz. Pada waktu itu penulisan tafsir bi al-ma'tsur digabung dengan penulisan hadits dan dijadikan dalam satu bab. Ketiga, dimulai sejak disusunnya tafsir bil ma'tsur itu sendiri.

Tafsir bi al-ma'tsur memiliki sejumlah keistimewaan dan sejumlah kelemahan. Keistimewaannya, menurut Quraish Shihab, adalah:

a) menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-Qur'an;

b) memaparkan ketelitian redaksi ayat dalam menyampaikan pesan-pesannya; dan

c) mengikat mufassir dalam bingkai ayat-ayat sehingga tidak terjerumus ke dalam subjektivitas yang berlebihan.

Sejumlah kelemahannya, menurut Adz-Dzahabi, adalah:

a) terjadi pemalsuan dalam tafsir, yaitu pada tahun-tahun berkecamuknya peperangan antar umat Islam yang memunculkan beberapa aliran (Syi'ah, Khowarij, dan Murji'ah). Penyebabnya antara lain fanatisme madzhab dan politik.

b) penghilangan sanad, padahal inilah salah satu kualifikasi keakuratan sebuah riwayat;

c) uraian bahasa dan sastranya bertele-tele, yang mengakibatkan pesan pokok Al-Qur'an menjadi kabur;

d) masuknya unsur Isroiliyat (unsur-unsur Yahudi dan Nasrani); dan

e) konteks asbabun nuzulnya atau kronologis turunnya ayat-ayat hukum sering terabaikan.

2. Tafsir bi Ar Ro'yi (Ad Dirayah). Tafsir yang menurut Adz-Dzahabi penjelasannya berdasarkan pendapat dan pemikiran mufassir (penafsir) itu sendiri. Para ulama membagi tafsir bi Ar-Ro'yi menjadi dua, yakni yang terpuji atau dapat diterima (mahmudah/ maqbul) dan tercela atau yang ditolak (madzmum/mardud)

Berdasarkan metodenya, tafsir dibagi menjadi tiga.

1. Metode Tahlili, yaitu menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan meneliti aspeknya dan menyingkap seluruh maksudnya, mulai dari menguraikan makna kosakata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, dan kaitan antar pemisah sampai keterkaitan antar pemisah itu. Tentu saja dengan bantuan asbabun nuzulnya, penjelasan-penjelasan dari Nabi saw., serta keterangan para sahabat dan tabi'in.

2. Metode Ijmali, yakni menafsirkan Al-Qur'an secara global. Maksudnya mufassir menerangkan kandungan ayat-ayat Al-Qur'an secara singkat dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh semua golongan.

3. Metode Muqoron, yaitu menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an dengan merujuk kepada keterangan-keterangan para mufassir yang lain atau terdahulu.

4. Metode Mauhu'i, yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan temanya. Metode ini dipelopori oleh Jalil Ahmad As-Sa'id, Ketua Jurusan Tafsir Universitas Al Azhar.

Berikut langkah-langkah menafsirkan Al-Qur'an dengan metode maudhu'i:

a) menetapkan topik/masalah yang akan dibahas;

b) mengumpulkan ayat-ayat tentang topik tersebut;

c) menyusun urutan turunnya ayat dan asbabun nuzulnya;

d) memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing;

e) menyiapkan kerangka pembahasan yang sempurna;

f) mengumpulkan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan;

g) mempelajari seluruh ayat-ayat yang terkumpul, kemudian mengelompokkannya menjadi: ayat yang memiliki makna yang sama; mengompromikan ayat yang umum dan yang khusus; ayat yang mutlak dan ayat yang muqoyyad (terikat) sampai seluruhnya itu mencapai titik temu tanpa pemaksaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer