Musuh Utama Islam

Musuh Utama Islam

Sejak Nabi Muhammad Rosulullah saw mensyiarkan Islam secara terang-terangan, orang-orang kaya dari golongan bangsawan dan para penguasa kafir Quraisy mengobarkan permusuhan. Sebagaimana yang dialami oleh para nabi dan rosul terdahulu, Nabi saw. juga mendapatkan caci-maki, dan intimidasi. Hampir setiap gerak langkah dakwahnya, beliau mendapatkan rintangan, tekanan, dan tantangan, bahkan sampai beberapa kali usaha percobaan pembunuhan. "Dan Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh (berupa) setan-setan (dari) manusia dan jin." (QS. 6/Al-An'am: 112)

Seseorang pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Rosulullah saw. "Siapakah manusia yang menghadapi ujian paling berat?" Lalu beliau menjawab, "Para nabi, kemudian orang-orang yang seperti mereka." (HR. Ibnu Hibban).

Tantangan yang dialami oleh Nabi Muhammad Rosulullah saw dalam mendakwahkan Islam memang sangat luar biasa. Bukan saja dari keluarganya sendiri seperti pamannya yang bernama Abu Lahab, melainkan juga dari berbagai suku Arab yang ada saat itu. Jumlah mereka yang melawannya pun bukan cuma puluhan atau ratusan orang, melainkan hampir dari seluruh kaum kafir Mekah. Dan dari ribuan orang yang memusuhinya, lima orang di antara mereka dapat digolongkan sebagai musuh utama. Hal tersebut dilihat dari peran kelimanya yang sangat luar biasa dalam menentang dan meyerang Rosulullah saw. Mereka adalah: (1) Abdullah bin Ubai; (2) Abu Jahal Amru bin Hisyam; (3) Abu Lahab, paman Nabi saw sendiri; 4) Al-Walid bin Muqhiroh dan 5) An-Nadhr Al-Harits.

1. Abu Lahab (Abdul Uzza bin Abdul Mutholib)

Ia termasuk kalangan elit kaum Quraisy yang menentang ajaran Nabi, bahkan yang paling vokal kecamannya. Selain sebagai paman, Abu Lahab juga tetangga dekat Nabi saw. Ialah satu-satunya paman Nabi saw yang memusuhi beliau. Ia juga salah satu tetangga Nabi saw yang jahat selain Uqbah bin Abu Mu'ith. Ke mana pun Nabi pergi Abu Lahab mengikutinya, sambil mengatakan kepada setiap orang yang bicara dengan Nabi. "Janganlah kalian mentaatinya, karena dia pendusta." Bahkan Ummu Jamil, istri Abu Lahab, seringkali mengadu domba antara Nabi dengan orang lain. Ia juga membawa duri untuk perangkap menyakiti Nabi saw. jika beliau keluar pada malam hari. Lebih dari itu ia tak segan-segan menyerang Khodijah.

Ketika kaum kafir Quraisy memboikot Nabi saw. dan para pengikutnya, Abu Tholib, Hamzah, dan Abbas mendampingi beliau, kecuali Abu Lahab. Sewaktu Abul Ash bin Ar-Robi' menikah dengan putri Nabi bernama Zainab Al-Kubro, Abu Lahab merasa iri. Segera saja ia mempengaruhi Bani Hasyim, sehingga Nabi saw bersedia menikahkan kedua putrinya Ruqoyyah dan Ummu Kultsum dengan anak lelaki Abu LahabUtbah dan Utaibah. Pernikahan keduanya itu terjadi sebelum Nabi menjadi Rosul. Dan pada saat kaum Quraisy akan menganiaya Nabi saw., Ummu Jamil turut menyerangnya dengan menceraikan kedua anaknya dari kedua putri Rosulullah saw.

Memang, Abu Lahab tidak ikut bergabung dengan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar, karena sakit. Meskipun demikian, ia memberikan dukungan moral tiada hentinya. Dan setelah peperangan dimenangkan oleh Umat Islam, ia merasa terpukul. Tidak lama kemudian meninggal dunia dalam kekafiran.
Kekejian Abu Lahap terhadap Nabi Muhammad Saw. diungkap dalam Al-Qur'an. "Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia. Tidak berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala. Dan istrinya pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dan sabut." (QS. 111/Al Lahab: 1-5) Yang dimaksud tali dan sabut di leher, menggambarkan bahwa dia senantiasa berusaha mencari-cari bahan untuk memfitnah dan memusuhi Nabi Muhammad saw.

2. Abu Jahal Amru bin Hisyam

Ia adalah seorang hartawan yang berasal dari Bani AbdidDar dan Bani Abdi Manaf yang memiliki kedudukan terpandang. Ia bersama Umar bin Khoththob, adalah orang yang paling sengit dan paling berani memusuhi umat Islam. Kekejaman mereka dalam menganiaya umat Islam sangat luar biasa. Dalam menghadapi mereka, Rosulullah saw. berdoa, "Ya Allah aku serahkan kepadamu dua Umar, yakni Abu Jahal Amru bin Hisyam dan Umar bin Khoththob, agar Engkau beri petunjuk." Akhirnya Umar bin Khoththob memeluk Islam menjadi pendamping setia Nabi saw., sedangkan Abu Jahal tetap dalam kekafirannya.

Cara-cara kotor yang dilakukan oleh Abu Jahal dalam memusuhi Nabi saw., antara lain:

(1) menyiksa para pengikut Nabi saw.;

(2) mengajak dan memimpin kaum kafir Quraisy memboikot (memutuskan hubungan kekerabatan dan tidak megadakan transaksi) dengan keluarga Nabi saw. dan pengikutnya;

(3) mengatakan kepada segenap warga kaum Quraisy bahwa peristiwa Isro' Mi'roj Nabi saw. hanyalah kebohongan belaka;

(4) mengolok-olok ayat-ayat Al-Qur'an, namun ia termasuk pembesar Quraisy yang secara diam-diam sering mendengarkan Nabi mengaji.

Abu Jahal meninggal dunia dalam kekafirannya. Anehnya, Ikrimah anak Abu Jahal menjadi pengikut Nabi saw. yang setia. Dan ia termasuk Sahabat yang saleh.

3. Abdullah bin Ubai

Ia adalah pemimpin kabilah Khozroj yang kaya raya dan suka memperdagangkan kehormatan wanita. Setelah terjadi peperangan antara kabilah Khozroj dan kabilah Aus yang banyak memakan korban di kedua pihak, para pembesar mereka sepakat berdamai dengan mengangkat Abdullah bin Ubai sebagai pemimpin. Meskipun begitu, peperangan antara kedua kabilah itu masih sering terjadi. Baru setelah kehadiran Rosulullah saw. di Madinah, kedamaian yang mereka inginkan benar-benar tercipta. Untuk itu kedua belah pihak sepakat mengangkat Rosulullah saw. sebagai pemimpin mereka. Dari sinilah tumbuh kebencian Abdullah bin Ubai kepada Rosulullah.

Sekalipun Abdullah bin Ubai juga memeluk Islam, namun hatinya bertekad menjatuhkan Nabi saw dengan berbagai cara. Sikapnya yang lain di mulut dan lain pula di hati inilah yang membuatnya disebut munafik.

Cara-cara kotor yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubai untuk menjatuhkan Nabi Muhammad saw, antara lain:

(1) menyebarkan fitnah, bahwa Nabi saw orang yang tidak berlaku adil karena telah merampas kekuasaannya;

(2) mengajak para pemimpin Anshor untuk berpaling darinya;

(3) mengadu domba antara kaum Muhajirin dan kaum Anshor;

(4) mempengaruhi kaum muslim agar tidak turut mendukung Nabi saw dalam Perang Badar, namun kemudian ia merasa terpukul ketika kaum muslim yang hanya 313 orang dapat mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang berkekuatan 1.000 orang;

(5) menghasut kaum Yahudi agar lebih gencar memusuhi Nabi saw;

(6) mempengaruhi kaum muslim agar tidak turut mendukung Nabi saw. dalam Perang Uhud dan berhasil mengajak pulang kembali sepertiga dari pasukan muslimyang akan berangkat ke medan laga;

(7) melemparkan tuduhan zina kepada Sayyidah Aisyah, istri Rosulullah saw. Mengetahui hal ini, para sahabat berniat membunuh Abdullah bin Ubai, namun Rosulullah saw melarangnya. Dan ketika para sahabat memenjarakan Abdullah bin Ubai, Rosulullah saw membebaskannya.

Walaupun sudah berkali-kali Rosulullah saw memaafkannya, namun Abdullah bin Ubai tidak pernah tergugah untuk memperbaiki perilakunya yang munafik hingga akhir hayatnya. Dan ketika Abdullah bin Ubai meninggal dunia, Rosulullah saw. tidak keberatan mengabulkan permintaan anak Abdullah bin Ubai yang bernama Abdullah untuk mensholatinya. Namun sebelum melakukan sholat jenazah, turunlah firman Allah SWT. "Dan janganlah kamu mensholati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka selama-lamanya, dan janganlah (pula) kamu berdiri di atas kuburannya (untuk mendoakannya). Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rosul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9/At-Taubah: 84). Sekalipun Abdullah bin Ubai seorang yang munafik, namun putranya bernama Abdullah dan seorang putrinya menjadi sahabat Nabi yang saleh.

4. Al-Walid bin Mughiroh

Ia berasal dari keluarga terhormat di kalangan Bani Makhzum. Karena faktor kekayaan dan banyak jumlah anggotanya, kelompok ini paling kuat di Suku Quraisy. Ayahnya, Al-Mughiroh bin Abdullah, adalah seorang pemimpin Bani Makhzum yang sangat berpengaruh. Al-Walid sendiri bergelar al-adl dan al-wahid, karena pernah menanggung pembiayaan kiswah (kain penutup) Ka'bah selama beberapa tahun seorang diri. Dia juga mendapat gelar Roihanah Quraisy (sumber penghidupan Quraisy), sebab dia melarang ada api lain yang menyala kecuali apinya sendiri untuk memberi makan para peziarah ke Baitullah saat di Mina.

Empat saudara Al-Walid lainnya, yaitu Hisyam, Al-Fakih, Abu Hudzaifah, Ilan Abu Umayyah juga termasuk orang-orang terpandang. Hisyam menjadi komandan pasukan Bani Makhzum dalam perang Fujjar, yang turut disaksikan Nabi saw. ketika beliau masih kecil. Pasar Mekah pun pernah ditutup karena berkabung atas kematiannya. Al-Fakih mempunyai rumah khusus untuk perjamuan. Abu Hudzaifah adalah salah seorang di antara empat pemimpin kabilah yang memegang ujung kain pengusung Hajar Aswad saat usai perbaikan Ka'bah. Sedangkan Abu Umayyah mendapat gelar Zadur-Rokib (bekal bagi musafir), sebab ia selalu memberi bekal kepada sahabat-sahabatnya yang bepergian. Dialah yang mengusulkan bahwa orang yang pertama kali masuk Baitullah dari pintu Babus-Salam, yang berhak meletakkan hajar Aswad usai perbaikan Ka'bah. Lalu Nabi saw. yang pertama masuk melewati pintu tersebut.

Semula Al-Walid tidak peduli dengan dakwah Nabi Muhammad saw. Tetapi ia agak terganggu setelah orang-orang yang utang kepadanya masuk Islam, lalu hanya mau membayar pokok utangnya. Tanpa membayar bunganya. Padahal salah satu sumber kekayaannya berasal dari membungakan utang.

Suatu waktu Nabi Muhammad saw. membaca ayat Al-Qur'an, "Sungguh Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. 16/ An-Nahl: 90)

Mendengar ayat tersebut, Al-Walid yang menguasai ilmu bahasa dan kuat hafalannya berkomentar, "Demi Allah aku mendengar dari Muhammad suatu ucapan yang bukan ucapan manusia dan juga bukan ucapan jin." Ia pun mengakui betapa ucapan (ayat) itu mengagumkan, indah, dan tinggi nilainya. Maka tersebarlah desas-desus bahwa Al-Walid telah beriman kepada Nabi Muhammad saw.

Atas desakan Abu Jahal, Al-Walid akhirnya mengingkari suara hatinya sendiri. Lalu dia menyatakan tentang Nabi saw. kepada kaum kafir Quraisy, "Dia adalah ahli sihir yang ilmunya bisa dipelajari. Apakah kalian tidak melihat dia yang telah memisahkan antara seseorang dengan keluarga, anak-anak, dan tuan-tuannya."
Al-Walid termasuk di antara orang-orang Quraisy yang berada di barisan paling depan dalam memusuhi Nabi Muhammad saw. Ia pernah membayar orang-orang yang mau memperdaya dan mencaci-maki nabi Muhammad saw. Ia juga termasuk utusan kaum Kafir Quraisy yang menawarkan harta, dan kedudukan kepada Rosulullah saw. agar tidak berdakwah. Kemudian ia turut membujuk dan mengancam Abu Tholib supaya menghentikan dakwah Nabi saw.

Sebagaimana pembesar kaum Kafir Quraisy, Al-Walid juga heran mengapa wahyu diturunkan kepada Muhammad bin Abdullah yang miskin. Sebab mereka bepikir kenabian sama dengan kepemimpinan yang bisa dipilih dan diperebutkan. Ia berkata penuh keraguan. "Adakah wahyu turun kepada Muhammad sedang aku adalah pembesar dan pemimpin Mekah?" Berkaitan dengan hal ini turunlah wahyu, Dan mereka (juga) berkata, "Mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?" (QS. 43/Az-Zukhrif 31)

Al-Walid meninggal dunia dalam keadaan tetap kafir. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia berpesan kepada anak-anaknya, antara lain: "Janganlah merasa sungkan mengambil ribaku di Bani Tsaqif" Ia meninggalkan dua orang anak, ialah Amarah dan Kholid. Amarah pernah ditawarkan kepada Abu Tholib untuk ditukar dengan Nabi Muhammad saw., namun beliau menolak mentah-mentah, "Kamu memberikan anakmu kepadaku untuk kubesarkan. Lalu aku harus memberikan anakku (Muhammad saw) kepadamu untuk kamu bunuh. Demi Allah, ini tidak adil." Sedangkan anak Al-Walid yang bernama Kholid kelak masuk Islam dan pahlawan perang kaum Muslimin yang mendapat gelar Saifullah (Pedang Allah).

5. An-Nadhr Al-Harits

Ialah salah satu tokoh kafir Quraisy yang menghalangi dakwah Islam tidak secara frontal. Usaha memadamkan cahaya Islam dilakukannya secara halus.

Yakni selalu berusaha mengalihkan perhatian manusia dari mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan tindak maksiat. Adakalanya dengan mengajak mereka menenggak minuman keras. Terkadang juga membujuk mereka untuk bersenang-senang dengan wanita. Di lain kesempatan, ia menjadikan Al-Qur'an bahan ejekan. Lalu mengacaukan pembacaan Al-Qur'an dengan berbagai cara, antara lain, dengan siulan, musik, nyanyian, dan tepukan tangan.

Tetapi segala cara yang ditempuh oleh An-Nadhr tidak membuahkan hasil. Malahan ia mendapat ancaman dari Allah SWT dengan azab yang pedih. "Dan orang-orang yang kafir berkata, Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka). Maka sungguh, akan Kami timpakan adzab yang keras kepada orang-orang yang kafir itu. Dan sungguh, akan kami beri balasan mereka dengan seburuk-buruk balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. 41/Fushshilat: 26-27)

Pada waktu perang Badar, An-Nadhr turut serta keluar bersama kaumnya. Ia termasuk tawanan perang kaum muslimin. Karena selama ini ia terus-menerus melecehkan Al-Qur'an, dan menghalang-halangi syiar Islam, maka Nabi Muhammad saw. menolak tebusan untuknya. Dan ia meninggal dunia dalam keadaan tetap musyrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Dakwah Islam - Artikel Populer