(Fasal)
menjelaskan hukum-hukum qasamah. Qasamah adalah beberapa sumpah atas
pembunuhan.
|
(فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ الْقَسَامَةِ
وَهِيَ أَيْمَانُ الدِّمَاءِ
|
Ketika
tuduhan pembunuhan bersertaan dengan lauts.
Lafdz “lauts” dengan menggunakan
huruf tsa’ yang diberi titik tiga.
|
(وَإِذَا اقْتَرَنَ بِدَعْوَى الدَّمِّ
لَوْثٌ) بِمُثَلَّثَةٍ
|
Lauts secara bahasa adalah lemah.
Dan secara syara’ adalah qarinah
(tanda-tanda) yang menunjukkan atas kebenaran penuduh dengan gambaran, qarinah tersebut menimbulkan dugaan
atas kebenaran si penuduh di dalam hati.
|
وَهُوَ لُغَةً
الضُّعْفُ وَشَرْعًا قَرِيْنَةٌ تَدُلُّ عَلَى صِدْقِ الْمُدَّعِيْ بِأَنْ تُوقِعَ
تِلْكَ الْقَرِيْنَةُ فِيْ الْقَلْبِ صِدْقَهُ
|
Pada
gambaran inilah, mushannif memberi isyarah dengan perkataan beliau, “lauts tersebut menimbulkan dugaan
kebenaran si penuduh di dalam hati.”
|
وَإِلَى هَذَا
أَشَارَ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (يَقَعُ فِيْهِ فِيْ النَّفْسِ صِدْقُ الْمُدَّعِيْ)
|
Semisal
korban pembunuhan atau sebagian anggotanya seperti kepalanya ditemukan di
dusun yang terpisah dari kota yang besar sebagaimana keterangan di dalam
kitab ar Raudlah dan aslinya kitab ar Raudlah.
|
بِأَنْ وُجِدَ
قَتِيْلٌ أَوْ بَعْضُهُ كَرَأْسِهِ فِيْ مَحِلَّةٍ مُنْفَصِلَةٍ عَنْ بَلَدٍ كَبِيْرٍ
كَمَا فِيْ الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا
|
Atau
korban ditemukan di desa luas yang dihuni oleh musuh-musuh korban dan tidak
ada selain mereka di desa tersebut.
|
أَوْ وُجِدَ
فِيْ قَرْيَةٍ كَبِيْرَةٍ لِأَعْدَائِهِ وَلَايُشَارِكُهُمْ فِيْ الْقَرْيَةِ غَيْرُهُمْ
|
Maka
penuduh disumpah sebanyak lima puluh kali.
|
(حُلِّفَ الْمُدَّعِيْ خَمْسِيْنَ
يَمِيْنًا)
|
Tidak
disyaratkan sumpah tersebut diucapkan secara terus menerus menurut al
madzhab.
|
وَلَا يُشْتَرَطُ
مُوَالَاتُهَا عَلَى الْمَذْهَبِ
|
Seandainya
antara sumpah-sumpah tersebut terpisah oleh gila atau pingsannya orang yang
bersumpah, maka setelah sadar ia tinggal meneruskan sisa dari sumpah yang
sudah diucapkan, jika qadli yang menjadi juru hukum saat sumpah qasamah yang sudah diucapkan tersebut
belum dipecat.
|
وَلَوْ تَخَلَّلَ
بَيْنَ الْأَيْمَانِ جُنُوْنٌ مِنَ الْحَالِفِ أَوْ إِغْمَاءٌ مِنْهُ بَنَى
بَعْدَ الْإِفَاقَةِ عَلَى مَا مَضَى مِنْهَا إِنْ لَمْ يُعْزَلِ الْقَاضِيْ الَّذِيْ
وَقَعَتِ الْقَسَامَةُ عِنْدَهُ
|
Sehingga,
jika qadli tersebut telah dipecat dan telah diganti qadli yang lain, maka
wajib mengulangi sumpah qasamah-nya
lagi.
|
فَإِنْ عُزِلَ وَ وُلِّيَ غَيْرُهُ وَجَبَ اسْتِئْنَافُهَا
|
Dan
ketika penuduh telah bersumpah, maka ia berhak mendapatkan diyat.
|
(وَ) إِذَا حَلَفَ الْمُدَّعِيْ
(اسْتَحَقَّ الدِّيَّةَ)
|
Sumpah qasamah tidak berlaku dalam kasus
memotong anggota badan.
|
وَلَا تَقَعُ
الْقَسَامَةُ فِيْ قَطْعِ طَرَفٍ.
|
Dan
jika di sana tidak terdapat lauts,
maka bagi orang yang tertuduh harus bersumpah. maka ia bersumpah sebanyak
lima puluh kali.
|
(وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ لَوْثٌ
فَالْيَمِيْنُ عَلَى الْمُدَّعَى عَلَيْهِ) فَيَحْلِفُ خَمْسِيْنَ يَمِيْنًا
|
Kafarat
Pembunuhan
Wajib
membayar kafarat bagi orang yang telah membunuh nyawa yang diharamkan secara
sengaja, khatha’ atau syibh ‘amdin.
|
(وَعَلَى قَاتِلِ النَّفْسِ الْمُحَرَّمَةِ)
عَمْدًا أَوْ خَطَأً أَوْ شِبْهَ عَمْدٍ (كَفَارَةٌ)
|
Seandainya
si pembunuh adalah anak kecil atau orang gila, maka wali keduanya harus
memerdekakan budak dari harta keduanya.
|
وَلَوْ كَانَ
الْقَاتِلُ صَبِيًّا أَوْ مَجْنُوْنًا فَيُعْتِقُ الْوَلِيُّ عَنْهُمَا مِنْ مَالِهِمَا
|
Kafaratnya
adalah memerdekakan budak mukmin yang selamat dari cacat-cacat yang bisa
berbahaya, maksudnya mencacatkan amal dan pekerjaan.
|
وَالْكَفَارَةُ
(عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ الْمُضِرَّةِ) أَيِ الْمُخِلَّةِ
بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ
|
Kemudian,
jika ia tidak menemukan budak, maka wajib melaksanakan puasa dua bulan dengan
perhitungan tanggal secara berturut-turut disertai niat kafarat.
|
(فَإِنْ لَمْ يَجِدْ) هَا (فَصِيَامُ
شَهْرَيْنِ) بِالْهِلَالِ (مُتَتَابِعَيْنِ) بِنِيَّةِ الْكَفَارَةِ
|
Tidak
disyaratkan niat tatabu’ (berturut-turut)
menurut pendapat al ashah.
|
وَلَا يُشْتَرَطُ
نِيَّةُ التَّتَابُعِ فِيْ الْأَصَحِّ
|
Kemudian,
jika orang yang membayar kafarat tidak mampu untuk berpuasa dua bulan karena
lanjut usia, terdapat kesulitan yang terlalu berat padanya sebab berpuasa,
atau khawatir sakitnya bertambah parah, maka ia wajib membayar kafarat dengan
memberi makan enam puluh orang miskin atau faqir.
|
فَإِنْ عَجَزَ
الْمُكَفِّرُ عَنْ صَوْمِ شَهْرَيْنِ لِهَرَمٍ أَوْ لَحِقَهُ بِالصَّوْمِ مَشَقَّةٌ
شَدِيْدَةٌ أَوْ خَافَ زِيَادَةَ الْمَرَضِ كَفَّرَ بِإِطْعَامِ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا
أَوْ فَقِيْرًا
|
Masing-masing
dari mereka ia beri satu mud bahan makanan yang cukup digunakan untuk zakat
fitri.
|
يَدْفَعُ
لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مُدًّا مِنْ طَعَامٍ يُجْزِئُ فِيْ الْفِطْرَةِ
|
Tidak diperkenankan
baginya memberi makan orang kafir, Bani Hasyim dan Bani Muthallib.
|
وَلَا يُطْعِمُ
كَافِرًا وَلَا هَاشِمِيًّا وَلَا مُطَلِّبِيًّا .
|
(Sumber : Kitab Fathul Qorib)
Baca juga artikel kami lainnya : Sejarah Perkembangan Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar